Andara mengantar Sandrina ke kamar. Boneka yang baru di beli Sandrina pun di simpan di atas rak bersama boneka-boneka yang lain milik Sandrina.
" Kamu cuci muka aja, ganti pakaian terus bobo. " Andara membuka lemari mengambil piyama untuk putrinya.
" Cuci muka aja, gak mandi? " tanya Sandrina.
" Gak usah, ntar masuk angin. Cuci muka saja, pakaian ganti nya Mami simpan di atas kasur. Mami tinggal dulu ya, mau mandi. " Andara menyimpan piyama di atas tempat tidur.
Sandrina pun menuruti perintah Mami nya, ia segera masuk kamar mandi untuk cuci muka.
Saat hendak keluar kamar, langkah Andara tertahan oleh bunyi tawa boneka. Ia pun memutar badan, menatap satu persatu deretan boneka yang di simpan di atas rak dekat tempat tidur.
Perlahan ia melangkah maju, mendekati rak tersebut. Suara tawa itu hanya terdengar sekali, tapi begitu jelas hingga Andara memutuskan untuk mengecek boneka mana yang tadi mengeluarkan bunyi.
Kini Andara berdiri tepat di depan rak, ia menatap satu persatu deretan boneka yang terpajang di sana. Hingga netra nya berhenti di satu titik. Boneka berpakaian hitam yang baru di belinya.
Perlahan tangan nya meraih boneka itu, belum sempat ia menyentuhnya. Andara di kejutkan oleh suara Sandrina.
" Mami, " seru Sandrina heran melihat Maminya masih berada di kamarnya.
" Sedang apa Mami di situ? Bukannya tadi mau mandi? " tanya Sandrina.
" I-iya, Mami tinggal ya. Ganti pakaian terus bobo. " Andara bergegas melangkahkan kaki menuju pintu kamar, tapi lagi-lagi ia di kejutkan oleh suara pintu kamar mandi terbuka. Sandrina baru saja keluar dari sana.
" Mami masih di sini? " tanya Sandrina.
Deg !
Mata Andara terbelalak kaget, jantungnya berdetak kencang saat melihat Sandrina baru saja keluar dari kamar mandi. Lalu yang barusan siapa?
Perlahan Andara menoleh ke belakang. Benar-benar janggal, Sandrina yang ada di belakangnya lenyap padahal jelas-jelas tadi berbicara dengan nya. Dan jarak nya hanya beberapa langkah saja dari Andara.
" Mami kenapa? " Sandrina yang baru saja keluar dari kamar mandi pun mendekat.
" Tidak, tidak apa-apa sayang. " Andara begitu pucat, namun ia mencoba menyembunyikan rasa takutnya di hadapan Sandrina.
" Tapi wajah Mami kok tegang gitu? " Sandrina rupanya bisa menangkap ekspresi tegang Andara.
" Mami cuma lelah saja, gak ada apa-apa kok. " Andara mengusap wajahnya kemudian berjalan menuju pintu keluar.
" Selamat malam sayang, tidur yang nyenyak ya ! " Andara sedikit ragu saat menutup pintu kamar, sejenak ia mengedarkan mata ke seluruh isi kamar Sandrina dengan tangan masih menggenggam knop pintu. Andara pun menutup pintu dan bergegas menuju kamar nya.
Benaknya di penuhi kejanggalan yang terus di alami nya hari ini. Apalagi setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, seseorang menjelma menjadi Sandrina.
Malvino yang tengah berada di kamar menoleh saat Andara membuka pintu dan masuk ke dalam.
" Sandrina udah tidur? " tanya Malvino yang sudah duduk di atas ranjang sambil memainkan laptop di pangkuannya.
" Belum, dia baru cuci muka. Tapi aku sudah suruh dia tidur setelah ganti baju, " jawab Andara dengan menyambar handuk dan berlalu ke kamar mandi.
Di bawah kucuran air shower hangat, Andara membasahi kepalanya yang terasa berat. Berharap pikiran-pikiran aneh itu lenyap. Menurutnya ia kelelahan sampai-sampai berhalusinasi seperti tadi. Andara tetap menepis kejanggalan yang di alaminya.
Usai mandi, tubuh Andara lebih segar dari sebelumnya. Segera ia mengenakan baju tidur dan duduk di samping Malvino.
" Kamu belum ngantuk? " tanya Andara.
" Ngantuk sih tapi ini tanggung bentar lagi. Banyak file yang harus aku cek selama liburan kemarin aku tak sempat buka, " jawab Malvino.
" Kamu tidur saja duluan, " lanjutnya.
" Hmm, aku tidur ya. Tapi Papi juga harus tidur, urusan pekerjaan lanjutin besok pagi aja. Papi pasti lelah, " kata Andara.
" Iya nanti aku nyusul, Mam. Bentar lagi kok, " kata Malvino dengan terus memandangi layar laptop.
Andara pun merebahkan tubuh. Mata nya terasa berat, rasa kantuk yang tak tertahankan membuatnya cepat masuk ke alam mimpi.
***
Pagi hari pukul 08.00, keluarga Malvino tengah sarapan. Mbok Darmi sudah menyiapkan makanan untuk mereka.
Andara duduk bersebelahan dengan Malvino sedang Sandrina duduk di sebrang mereka berdua. Kali ini Sandrina membawa boneka baru nya ke ruang makan. Tak biasanya Sandrina membawa mainan saat akan makan. Tentu hal itu membuat Andara jengkel apalagi Sandrina lebih banyak bermain dengan boneka nya ketimbang memasukan makanan ke dalam mulutnya.
" Nak, makan dulu. Simpan boneka nya ! " ucap Andara.
" Iya Mami ini Sandrina juga sambil makan, " jawabnya.
" Pap, " Andara melirik ke arah Malvino agar Sandrina tak main saat sedang sarapan.
" Sayang, simpan boneka nya dulu. Selesai makan baru main lagi, " kata Malvino.
Sandrina pun menyimpan boneka baru nya di kursi samping, dan ia melanjutkan sarapan nya.
" Mbok, aku lihat ada mobil parkir di rumah sebelah. Apa ada tetangga baru yang ngisi rumah itu? " tanya Malvino pada Mbok Darmi.
" Iya Pak. Baru dua hari ini ada yang ngisi rumah sebelah. Tapi Mbok belum tau orangnya yang mana. Mungkin penghuni baru itu sibuk kerja jadi jarang ada di rumah, " jawab Mbok Darmi.
" Oh gitu. " Malvino manggut-manggut.
" Saya juga tau dari warga komplek sini, katanya yang ngisi rumah itu satu keluarga. Tapi gak tau berapa orang, " jelas Mbok Darmi sambil menyodorkan buah yang baru di kupas nya untuk Sandrina.
" Satu keluarga tapi Mbok belum lihat satu orang pun di antara mereka? " Andara sedikit heran.
" Ya kali mereka sibuk, " ucap Malvino.
" Nanti lah kapan-kapan kita berkunjung ke rumah tetangga baru kita, biar bagaimana pun kita harus tau siapa orang-orang yang ada di sekeliling kita. Jadi kalau ada apa-apa kan bisa saling bantu, " ucap Malvino yang memang masih memegang tradisi untuk selalu bersosialisasi dengan tetangga kompleknya meski ia hidup di ibu kota yang rata-rata kebanyakan berprinsip individualisme.
Selesai sarapan Andara memilih untuk menyiram bunga di pekarangan rumah. Sudah beberapa hari tanaman hias nya ia tinggal, walaupun ada Mbok Darmi yang bantu merawat tanaman selama Andara pergi tapi Andara tetap ingin memastikan jika tanaman hiasnya tak rusak ataupun mati.
Sedangkan Malvino kembali sibuk di depan layar laptop, kali ini dia duduk di taman belakang yang menghadap kolam renang. Sandrina pun masih asyik dengan boneka baru nya. Kini ia duduk di teras depan menemani Andara yang sedang menyiram bunga.
" Selamat pagi ! " seseorang menyapa Andara di balik pintu gerbang yang setinggi dada orang dewasa.
" Pagi ! " Andara menautkan kedua alis nya melihat orang yang asing di hadapannya.
" Perkenalkan nama saya Anwar, saya tinggal di rumah sebelah. "
Rupanya orang itu tetangga baru Andara.
" Oh,, iya. Saya Andara. "
" Dua hari pindah ke sini tapi kok baru lihat mbak Andara ya? " kata Anwar.
" Kebetulan saya dan keluarga baru pulang semalam dari kampung halaman, " jawab Andara ramah.
" Oh pantesan. " Mata Anwar menatap Andara dengan tatapan kagum, bagaimana tidak. Andara seorang ibu muda yang cantik dan anggun, tubuhnya masih seperti anak gadis. Pantas jika ada pria yang tertarik padanya, termasuk Anwar.
Merasa risih di lihat Anwar seperti itu, Andara pun memutuskan untuk masuk.
" Maaf, saya tinggal dulu. " Tanpa menunggu jawaban dari Anwar, Andara tergesa-gesa masuk dengan menarik lengan Sandrina agar ikut masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2022-11-28
1
Ali B.U
menjunjung tinggi azas gotong royong itu sangat
2022-11-28
4
Ganuwa Gunawan
ciri ciri.buaya buntung
kadal kegatelan..
komodo gudigan
2022-11-24
4