Keesokan harinya, seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah Tommy dan keluarganya telah berada di meja makan untuk sarapan pagi. Mereka menyantap makanannya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tommy yang sudah terbiasa dengan situasi seperti ini adalah hal biasa baginya, ia melirik satu persatu keluarganya tersebut termasuk Bella sang adik. Lalu ia kembali menyantap makanannya.
"Bella sayang, makanlah nasi gorengnya ini yang banyak biar kamu memiliki tenaga saat disekolah," ucap sang mama sembari memberikan nasi goreng ke piring Bella.
"Iya, makanlah yang banyak biar kamu cepat tumbuh menjadi anak yang penurut untuk orang tua," ucap sang papa tanpa mengalihkan pandangannya.
Tommy yang berada tepat di samping kiri sang papa sangat tahu bahwa ucapan sang papa itu di tujukan untuknya. Ia sangat tahu bahwa papanya sedang menyindirnya lewat Bella sang adik.
Tommy mengambil segelas air dan meneguknya dengan cepat, lalu laki-laki itu segera berdiri dan menjauh dari tempat itu. Ia mengabaikan panggilan sang adik yang terus memanggilnya, ia segera menyalakan motornya dan bergegas meninggalkan pekarangan rumahnya. Ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi hingga lima belas menit kemudian ia pun sampai di sekolahnya.
Setelah memarkirkan motornya, ia langsung menuju ke dewan OSIS. Namun, saat ia membuka pintunya ia melihat Andre, Devan, dan pak Agus sedang berbincang-bincang di salah satu kursi di sana.
Namun, pandangannya fokus ke arah gadis yang sedang duduk di sebelah pak Agus sedang menatap ke arahnya. Siapa lagi kalau bukan Lisa si gadis yang kemarin pernah ia tolak untuk bergabung di dewan OSIS.
"Ah, Tom. Kamu sudah datang? Kemari lah!" sapa Andre saat melihat temannya telah datang.
Tommy pun menghampirinya dan duduk di sebelah Andre, namun, kembali ia menatap gadis di hadapannya itu dengan tatapan datarnya.
Andre melihat ke arah temannya yang sedang menatap Lisa dengan pandangan tidak suka, segera menepuk pundaknya dengan pelan. "Oh iya Tom.. perkenalkan dia Lisa, yang ingin bergabung di dewan OSIS ini jad-"
"Aku tidak setuju dia bergabung dengan kita!" ucap Tommy dengan cepat sembari terus menatap gadis itu dengan dingin.
"Kenapa kamu tidak setuju aku bergabung di sini? Apa alasannya sampai kau tidak ingin aku bergabung?" sahut Lisa tak kalah dingin.
"Tentu sangat jelas bahwa kamu seorang perempuan!"
"Memangnya kenapa jika aku seorang perempuan? Untuk menjadi bagian dari dewan OSIS ini tidak harus apakah orang itu seorang laki-laki atau perempuan," ucap Lisa.
Tommy hanya menatap gadis itu tanpa mengeluarkan sepatah katapun sembari mengepalkan kedua tangannya. Entah kenapa laki-laki itu hari ini terlihat sangat kesal.
Andre yang melihat temannya mengepalkan tangannya segera angkat bicara. "Em... Begini Tom, Lisa ini ingin bergabung dengan dewan OSIS atas permintaan pak Agus untuk membantu kita dan secara tepatnya Lisa ingin bergabung dengan dewan OSIS ini juga supaya ia bisa memiliki teman. Iya 'kan Lisa?"
Lisa hanya mengangguk kecil sebagai respon. Andre pun langsung menatap temannya yang masih tidak mengalihkan pandangannya pada Lisa. Begitupun dengan gadis itu yang menatapnya dengan tatapan dingin.
"Kenapa harus bergabung dengan OSIS jika hanya ingin mencari teman? Apa di kelas, kamu tidak memiliki teman sama sekali, sehingga kau ingin sekali bergabung di dewan ini?" tukas Tommy tanpa memikirkan ucapannya yang mungkin saja dapat menyakiti gadis itu.
Dan benar saja. Gadis di hadapannya itu langsung menundukkan kepalanya. Dan segera berdiri dari tempat duduknya lalu berlalu meninggalkan tempat itu. Pak Agus juga keluar untuk mengejar Lisa.
Devan yang sedari tadi hanya diam tak bersuara akhirnya mengeluarkan suaranya. "Tommy, apakah ucapan kamu tidak keterlaluan? Kamu tahu ucapan kamu itu mungkin menyakitinya."
Andre pun mendekatkan kursi ke arah Tommy lalu menepuk-nepuk punggung laki-laki itu. "Aku tahu kau tidak suka ada orang lain masuk ke dalam dewan OSIS ini. Tapi tidak dengan harus mengatakan hal-hal yang akan menyakiti hati orang lain juga kan? Tom ... menurutku Lisa itu gadis yang baik, dia juga tidak seperti anak-anak yang lain, aku harap kau dapat memikirkan hal itu."
Setelah mengucapkan kalimat itu Andre menatap Devan sembari memberi isyarat kepadanya. Devan yang mengerti maksud Andre segera bangkit dari kursinya dan mereka berdua pun berlalu meninggalkan Tommy yang masih di tempatnya.
Andre sengaja meninggalkan Tommy itu supaya temannya itu dapat beristirahat sejenak dan memikirkan apa yang harus temannya itu lakukan. Karena Andre tau pikiran temannya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
.
.
.
...**Terimakasih atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. ...
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments