Ketika istirahat, Karina merasa tidak nyaman saat makan bersama Zevan. Karena ia merasa orang-orang melihat kearahnya.
"Zevan, aku duduk disana aja ya."
"Kenapa duduk disana?"
Karina menjelaskan bahwa sepertinya orang-orang tidak suka melihat kedekatan Karina dan Zevan. Dan Karina takut jika orang-orang itu menganggap Karina sebagai perempuan genit.
Setelah mendengar penjelasan Karina, Zevan jadi meyakinkan Karina bahwa orang-orang melihat kearah Karina karena Karina adalah murid baru.
"Oh gitu, kirain mereka gak suka sama aku."
"Oh iya, kamu kenapa pindah sekolah?"
"Gak kenapa-napa."
"Ada kasus di sekolah lama ya?"
"Enggak kok. Aku cuma mau hidup mandiri aja."
"Berarti kamu tinggal sendiri disini?"
"Iya."
Trining! Trining!
Karina mengambil ponselnya dan ia melihat ada panggilan telepon dari temannya yang berada di Bandung.
"Hallo, Salwa."
"Karina, kamu gimana kabarnya?"
"Aku baik-baik aja kok."
"Oh iya, aku pingin tanya sesuatu sama kamu."
"Mau tanya apa?"
"Semenjak Tika meninggal, kamu merasa ada kejadian aneh gak?"
"Kejadian apa?"
Salwa menceritakan tentang kejadian aneh yang ia alami setelah kematian Tika. Ia merasa selalu mendengar suara-suara aneh.
Karina terdiam sejenak. "Aku gak merasakan kejadian aneh kok."
"Tapi aku heran sih. Kenapa ya dia sampai bunuh diri segala."
"Entahlah, mungkin dia ada masalah. Makanya dia nekat bunuh diri."
"Bukan gara-gara kamu, kan?"
"Ya enggak lah!"
Salwa bertanya kepada Karina tentang kenapa Karina memutuskan pindah ke sekolah ini. Dan Karina menjelaskan bahwa dirinya pindah karena kedua orang tuanya ingin Karina hidup mandiri.
"Tapi anak-anak kelas pada nuduh kamu loh."
"Kok nuduh aku sih."
"Habisnya kamu tiba-tiba pindah sih."
"Aku kan udah bilang kalau aku pindah karena orang tua aku."
Karena kesal sebab dituduh, akhirnya Karina memilih untuk mengakhiri panggilannya.
"Teman kamu bunuh diri?" tanya Zevan.
"Kamu kok tahu?"
"Kan aku denger. Oh iya, semenjak kamu pindah, ada yang bilang katanya kamu pindah karena kasus itu. Mereka bilang katanya kamu penyebab teman kamu bunuh diri."
"Tapi aku gak percaya sih. Mana mungkin kan kamu ngelakuin itu," sambungnya.
Karina menghela nafasnya. "Aku juga sebenarnya gak tahu kenapa dia melakukan hal itu. Tapi kayaknya hidup dia gak bahagia, makanya dia bunuh diri"
Trining! Trining!
Lagi-lagi Karina melihat ke layar ponselnya. Kali ini yang menelponnya adalah mantan pacarnya.
Karina melihat kearah Zevan. "Zevan, aku boleh minta bantuan gak?"
"Bantuan apa?"
"Ini mantan aku telepon. Tolong bilang kalau kamu pacar aku, soalnya dia terus ngejar-ngejar aku."
"Kenapa gak diblokir aja?"
"Udah berapa kali aku blokir nomer telepon dan juga udah berapa kali aku ganti nomer. Tapi tetap aja dia tahu nomer telepon aku."
"Ya udah sini, biar aku yang angkat teleponannya."
Karina memberikan ponselnya kepada Zevan. Lalu, Zevan menjawab panggilan telepon dari mantan pacar Karina.
Beberapa menit kemudian, Zevan kembali memberikan ponselnya kepada Karina. "Bahasanya kasar banget sih."
"Iya, mantan aku emang suka gitu kalau lagi kesal."
"Btw, makasih udah bantuin aku."
"Iya sama-sama."
"Oh iya, aku boleh minta nomer telepon kamu?"
"Buat apa?"
"Buat chat atau telepon lah."
"Kamu suka sama aku?"
Betapa kagetnya Karina saat mendengar ucapan Zevan. "Enggak kok! kita kan teman, jadi wajar kalau aku minta nomer telepon kamu."
"Oh gitu, biasanya cewek-cewek minta nomer telepon aku karena dia suka."
"Jangan terlalu percaya diri. Aku bukan termasuk cewek-cewek itu."
Zevan mengalihkan pandangannya dan Karina tahu betul bahwa Zevan sangat malu.
"Sorry."
Karina tertawa kecil. "Gak apa-apa kok, santai aja."
...****************...
Sepulang sekolah, Karina langsung memakan obat yang sering ia konsumsi. Ia tidak tahu itu obat apa. Tapi kata orang tuanya, itu adalah obat untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Karina berusaha mengingat kejadian itu. Sebelum kejadian Tika bunuh diri, Karina merasa pernah bertengkar dengannya.
Tapi entahlah, Karina tidak mengingat kejadian itu. Mungkin itu cuma halusinasi Karina saja. Lagipula Karina merasa tidak mempunyai salah kepada Tika.
Ngomong-ngomong soal gosip yang beredar, Karina tidak tahu siapa yang menyebarkan gosip itu. Tapi yang pasti ada teman sekolah Karina yang menyebarkan gosip itu.
Trining! Trining!
Karena Karina tidak tahan sebab mantan pacarnya terus menelponnya, akhirnya ia menjawab panggilan telepon itu.
"Ada apa sih?"
"Kamu sekarang dimana?"
"Di rumah."
"Bohong! Aku tahu kamu udah pindah."
"Kalau tahu kenapa tanya aku?"
"Cepat kasih tahu aku. Sekarang kamu ada dimana?"
"Ril, kita udah putus. Jadi kamu jangan ganggu aku lagi."
Aril menegaskan bahwa dirinya dan Karina masih pacaran. Karena katanya kalau putus itu harus sepakat antara kedua belah pihak.
Karina mengatakan bahwa dirinya sangat membenci Aril, sebab Aril selalu selingkuh dengan wanita lain.
"Maafin aku."
"Pokoknya mulai sekarang, kamu jangan telepon atau chat aku lagi."
Ucapan tadi mengakhiri pembicaraan Karina dan mantan pacarnya.
Karina membuka chat waktu itu. Sebenarnya Karina tidak ingat jelas saat ia mengirim chatnya. Tapi yang jelas, Karina mengirim foto-foto mantan pacarnya bersama cewek lain.
Ia juga heran, padahal dia yang mengirim pesan tersebut kepada Aril. Namun ia tidak tahu darimana dia bisa mendapatkan foto itu.
Tingtong! Tingtong!
Karina tersentak saat mendengar bel rumah yang berbunyi. Bagaimana tidak, ia tidak mengenal siapapun disini. Namun sekarang ia kedatangan tamu.
Takut.
Itulah yang dirasakan Karina saat ini. Ia tidak tahu siapa orang yang menekan bel rumahnya. Yang ia lihat dari jendela adalah seorang lelaki.
Tingtong! Tingtong!
Lelaki itu terus menekan bel rumah. Hingga membuat jantung Karina semakin berdegup kencang.
"Mbak Karina! ini ada paket!" teriak lelaki itu.
Ada perasaan lega saat lelaki itu berteriak seperti itu. Lalu, Karina buru-buru pergi keluar untuk menemuinya.
"Paket dari siapa ya?"
"Dari Bu Ana."
"Terimakasih ya, Pak," ujar Karina sambil mengambil paket tersebut. Setelah itu, Karina buru-buru masuk kedalam rumah.
Saat paket itu dibuka, ternyata isinya obat. Karina jadi heran, mengapa mamahnya selalu memberikan obat ini kepada Karina.
Sekilas yang Karina ingat saat itu adalah ia merasa depresi akibat suatu kejadian dan mamah malah memberikan obat ini kepada Karina.
Tapi Karina tidak ingat kenapa dulu ia sangat depresi. Atau mungkin Karina depresi karena ia mengetahui bahwa Aril selingkuh darinya.
Mulai detik ini, Karina akan mencoba untuk tidak memakan obat ini lagi. Ia jadi yakin bahwa obat ini bukanlah vitamin, melainkan obat yang bisa menyebabkan kehilangan memori atau ingatan.
Ting!
Karina melihat ponselnya dan ternyata ia dimasukkan kedalam grup kelas oleh Zevan.
Senyuman terukir diwajah Karina. Ia senang ternyata ada satu orang yang menganggapnya sebagai teman.
Ia berpikir, apa kini saatnya untuk menjelaskan kepada teman-temannya bahwa dirinya tidak bersalah.
Tetapi kalau dijelaskan sekarang, takutnya mereka semakin tambah curiga kepada Karina, masa iya Karina langsung menjelaskan bahwa gosip itu tidak benar, padahal anak-anak kelas juga tidak ada yang bertanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments