Chapter 2 Steyfano Marcues

Aku kembali masuk ke dalam rumah. Duduk terdiam di sofa. Aku mengeluarkan handphone dari saku celana ku. Dimas menelepon. Aku menempelkan handphone itu ke telinga.

" Kenapa nggak masuk sekolah? Itu si Edra juga tumben banget nggak masuk. Kalian janjian yah? Kabar baik dulu nih. Kita sudah mendapatkan anak-anak untuk diajak nyerang anak-anak kampung sebelah. Lagi makan nih, kau udah makan?"

" Edra mati, Dim. Habis di bacok depan rumah.."

Pedal rem sepeda motor berdecitan di depan rumah. Roni langsung loncat dari motor nya. Dia refleks tak menurunkan penyangga motor yang membuat motornya terjatuh. Dia berlari menghampiri mayat Edra. Begitu pula dengan Atnan, Dimas, serta Leo. Roni menatap mayat itu. Lantas jatuh terduduk. Tubuhnya bergetar. Wajahnya membiru.

" Apa yang sebenarnya telah terjadi, Steyf? " Atnan membelalak kepadaku.

" Saat aku membuka pintu dia sudah ada disana dengan keadaan yang sudah seperti itu. Tapi tadi malam saat aku tidur dia menelepon ku sampai berkali-kali."

" Kenapa tak kau angkat?" Tanya Dimas.

" Tentu saja aku ketiduran! Setelah melihat itu tadi pagi, aku segera menelepon nya balik. Tapi hp-nya mati. Ku pikir dia cuma iseng. "

Roni menangis sejadi-jadinya.

" Kita di teror, Steyf!!!"

Semuanya hanya terdiam. Edra yang benar-benar malang. Kami semua memakai baju hitam. Sebagai bentuk duka di depan batu nisan miliknya. Melepasnya terasa begitu berat. Dengan kematiannya yang sangat membingungkan. Aku tak suka berprasangka buruk. Tapi siapa lagi jika bukan mereka.

Pulang dari makam aku memutuskan untuk mampir ke supermarket. Membeli segala yang aku butuhkan yang belum sempat aku beli tadi pagi. Begitulah saat aku mengambil tisu toilet, di belakang aku berdiri, terdengar suara barang-barang berjatuhan.

Aku menoleh. Ternyata gadis itu. Perempuan yang kemarin tiba-tiba duduk di sebelahku. Aku tak tau siapa dia. Aku dan dengannya tak sempat berkenalan dan bertukar sapa. Dia sibuk sekali memunguti barang yang terjatuh. Entah hasrat apa, begitulah aku ikut memunguti barang-barang itu.

" Apa yang terjadi?" Tanyaku.

" Aku tak sengaja menyenggol nya. " Katanya dengan rambutnya yang pendek. Dan poni manis yang menutupi jidatnya.

" Lain kali perhatikan jalanmu"

" Maaf, aku memperhatikan mu dari tadi. Kau Steyf bukan?"

" Oh, kau tau namaku?"

" Ahaha.. Tania. " Ucapnya seraya mengulurkan tangannya.

" Iya.." ucapku seraya menjabat tangannya.

" Kau habis melayat?" Pertanyaannya membuatku tersentak.

" Temanku meninggal." Kataku pelan.

" Ah.. maaf kan aku, aku turut berduka. "

Begitulah basa-basi tidak berguna sampai kami berdua pulang ke rumah masing-masing. Aku berjalan menuju teras rumah dan ku lihat secarik kertas itu.

' DI PEREMPATAN JALAN MENUJU PEMAKAMAN '

Sebuah pesan yang di tinggalkan seseorang yang tak dikenal itu membuah hasilkan firasat buruk. Kenapa nggak sekalian dari tadi aja sih! Capek bolak-balik terus!

Aku bahkan terkejut setengah mati. Itu bukan Rey dan teman-teman nya. Tapi, Rey dan ketua Bandar Korupsi. Hasrat ku ingin tertawa. Tapi urung saat tiba-tiba ia berbicara.

" Jadi kau? Anak paling tidak tau diri yang pernah aku temui. Kau pikir dengan membunuh putra ku, ayahmu bisa di temukan begitu saja?" Katanya.

" Jadi kau? Orang tua paling tidak tau diri yang pernah aku temui. Kau pikir dengan aku membunuh putra mu, aku akan mengancam mu untuk mengembalikan ayahku?"

Tidak ada lagi tempat untuk melampiaskan amarah yang aku pendam sejak tadi pagi. Kecuali untuk yang ada di depan ku ini. Aku bahkan tak ada persiapan sama sekali. Jadi aku hanya memungut itu di tempat sampah. Sebuah cutter yang pisaunya telah mati di makan karat. Air mata yang menetes itu menjadi darah yang menguncur.

" Meskipun kau sudah mati, jangan lupa kau masih harus membayar uang rakyat miskin yang telah kau makan itu."

Manusia itu lemah. Sangat-sangat lemah. Padahal dia tau sendiri jika dirinya sudah berumur tua. Tentulah dia harus berpikir panjang bahwasannya dia akan meninggalkan dunia. Dia terkapar begitu saja. Mati menyusul anaknya ke neraka. Rey. Tubuhnya gemetar dan wajahnya memucat.

" Lantas apa? Kau juga tak terima apabila aku membunuh nya?"

Itu bahkan di luar dugaan. Aku di kepung. Ternyata mereka telah bersiap dengan bantuan polisi. Apakah aku harus bermain kasar? Satu polisi menodong ku dengan pistol di belakang. Jadi aku menariknya. Dengan senjata seadanya. Leher manis itu ku tusuk dan...

Sssrreekk!!!!

Aku mengoyaknya begitu saja.

Aku pikir aku akan di tembak. Tapi, para polis itu sudah di hantam dengan celurit oleh Roni, Dimas dan Atnan. Meskipun tak lagi lengkap dengan Edra, tapi setidaknya kehadiran Leo telah membuat sekutu kami menjadi besar. Lantas mereka ikut-ikutan menikam polisi dari belakang. Dan aku hanya membereskan satu. Aku berjalan menghampiri nya.

" Rey, sungguh aku tak terima jika kau terus mengejek ku seperti itu. Aku bukan pembunuh. Ayahku yang pembunuh!!!"

Tapi dia selalu berjalan mundur selangkah demi selangkah. Aku mendapat lemparan celurit dari Atnan yang jatuh ke tanah. Dan aku mengambilnya. Dan kepala anak lelaki putih kurus itu menggelinding jatuh ke parit.

Kami semua. Sekarang sulit untuk mengatakan satu-satu nama. Jumlah kami sekarang menjadi yang paling tak tertandingi. Kami duduk di teras depan rumah ku yang masih penuh darah.

" Kau yang harus bertanggung jawab atas semua ini, Steyf! " Kata Dimas dengan irama nafasnya yang sedikit lega dan panik.

" Kenapa kalian tiba-tiba datang? Seperti kilatan petir saja!"

" Aku datang ke rumahmu, aku melihat kertas itu." Ujar Atnan.

" Mengapa kau selalu bertindak gegabah?" Roni mengeluh pelan. Kami semua menatap nya.

" Mengapa kau selalu bertindak gegabah, Steyf? Apa kau masih belum sadar tindakan mu itu tak hanya dapat membunuh musuh mu dengan mudah tapi juga membunuh teman mu juga !!" Dia mencengkeram leher ku.

" Apa kau tak bisa berpikir dua kali? Kau pembunuh bajingan! Kau pembunuh!! Dasar kau anak pembunuh!! Nyatanya semua orang mati karena mu!!" Dia di seret pergi oleh Atnan dan Dimas. Lantas anak-anak lain mengikuti nya.

Maaf Roni. Maaf Edra. Aku pemarah. Aku marah pada diriku sendiri yang tak bisa menjaga diri dengan benar. Aku pikir tindakan ku dapat keluar dari belenggu. Tapi aku tak dapat berpikir kalau akan tetap berakhir melibatkan mu. Aku lemah. Aku bahkan tak bisa memikirkan itu.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Steyfano Marcues
3 Chapter 2 Steyfano Marcues
4 Chapter 3 Steyfano Marcues
5 Chapter 4 Steyfano Marcues
6 Chapter 5 Steyfano Marcues
7 Chapter 6 Steyfano Marcues
8 Chapter 7 Steyfano Marcues
9 Chapter 8 Steyfano Marcues
10 Chapter 9 Steyfano Marcues
11 Chapter 10 Steyfano Marcues
12 Chapter 11 Maria Aggy
13 Chapter 12 Maria Aggy
14 Chapter 13 Steyfano Marcues
15 Chapter 14 Maria Aggy
16 Chapter 15 Steyfano Marcues
17 Chapter 16 Maria Aggy
18 Chapter 17 Steyfano Marcues
19 Chapter 18 Maria Aggy
20 Chapter 19 Steyfano Marcues
21 Chapter 20 Maria Aggy
22 Chapter 21 Steyfano Marcues
23 Chapter 22 Maria Aggy
24 Chapter 23 Steyfano Marcues
25 Chapter 24 Maria Aggy
26 Chapter 25 Steyfano Marcues
27 Chapter 26 Maria Aggy
28 Chapter 27 Steyfano Marcues
29 Chapter 28 Maria Aggy
30 Chapter 29 Steyfano Marcues
31 Chapter 30 Maria Aggy
32 Chapter 31 Steyfano Marcues
33 Chapter 32 Maria Aggy
34 Chapter 33 Steyfano Marcues
35 Chapter 34 Maria Aggy
36 Chapter 35 Steyfano Marcues
37 Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38 Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39 Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40 Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41 Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42 Chapter 41 Maria Aggy
43 Chapter 42 Steyfano Marcues
44 Chapter 43 Maria Aggy
45 Chapter 44 Steyfano Marcues
46 Chapter 45 Maria Aggy.
47 Chapter 46 Steyfano Marcues
48 Chapter 47 Maria Aggy
49 Chapter 48 Steyfano Marcues
50 Chapter 49 Maria Aggy
51 Chapter 50 Steyfano Marcues
52 Chapter 51 Maria Aggy
53 Chapter 52 Steyfano Marcues
54 Chapter 53 Maria Aggy
55 Chapter 54 Steyfano Marcues
56 Chapter 55 Maria Aggy
57 Chapter 56 Steyfano Marcues
58 Chapter 57 Maria Aggy
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Steyfano Marcues
3
Chapter 2 Steyfano Marcues
4
Chapter 3 Steyfano Marcues
5
Chapter 4 Steyfano Marcues
6
Chapter 5 Steyfano Marcues
7
Chapter 6 Steyfano Marcues
8
Chapter 7 Steyfano Marcues
9
Chapter 8 Steyfano Marcues
10
Chapter 9 Steyfano Marcues
11
Chapter 10 Steyfano Marcues
12
Chapter 11 Maria Aggy
13
Chapter 12 Maria Aggy
14
Chapter 13 Steyfano Marcues
15
Chapter 14 Maria Aggy
16
Chapter 15 Steyfano Marcues
17
Chapter 16 Maria Aggy
18
Chapter 17 Steyfano Marcues
19
Chapter 18 Maria Aggy
20
Chapter 19 Steyfano Marcues
21
Chapter 20 Maria Aggy
22
Chapter 21 Steyfano Marcues
23
Chapter 22 Maria Aggy
24
Chapter 23 Steyfano Marcues
25
Chapter 24 Maria Aggy
26
Chapter 25 Steyfano Marcues
27
Chapter 26 Maria Aggy
28
Chapter 27 Steyfano Marcues
29
Chapter 28 Maria Aggy
30
Chapter 29 Steyfano Marcues
31
Chapter 30 Maria Aggy
32
Chapter 31 Steyfano Marcues
33
Chapter 32 Maria Aggy
34
Chapter 33 Steyfano Marcues
35
Chapter 34 Maria Aggy
36
Chapter 35 Steyfano Marcues
37
Chapter 36 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
38
Chapter 37 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
39
Chapter 38 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
40
Chapter 39 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
41
Chapter 40 (Special Chapter/ Catrina Beatrice)
42
Chapter 41 Maria Aggy
43
Chapter 42 Steyfano Marcues
44
Chapter 43 Maria Aggy
45
Chapter 44 Steyfano Marcues
46
Chapter 45 Maria Aggy.
47
Chapter 46 Steyfano Marcues
48
Chapter 47 Maria Aggy
49
Chapter 48 Steyfano Marcues
50
Chapter 49 Maria Aggy
51
Chapter 50 Steyfano Marcues
52
Chapter 51 Maria Aggy
53
Chapter 52 Steyfano Marcues
54
Chapter 53 Maria Aggy
55
Chapter 54 Steyfano Marcues
56
Chapter 55 Maria Aggy
57
Chapter 56 Steyfano Marcues
58
Chapter 57 Maria Aggy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!