Bab 5

Setengah jam sudah berlalu, Rumi tak kunjung pulang, sementara suhu tubuh Ahmad kini kembali sangat panas namun Ahmad justru merasa sangat kedinginan.

Anaa pun mulai mencemaskan kakaknya itu, ia memberi tahu Yanti bahwa Rumi belum juga pulang.

"Biar Mbak susul, kamu jaga Arif, ya," pinta Yanti. Anaa mengangguk namun di saat yang bersamaan, Yanti mendapatkan telfon dari tetangganya kalau Rumi jatuh di dekat rumah mereka.

Yanti sangat terkejut dan tanpa membuang waktu, ia langsung mengajak Boni untuk mengantarnya.

Anaa yang mendengar kabar itu pun sangat terkejut dan ia teringat dengan bisikan suara itu yang terus mengucapkan kata 'jatuh'.

Anaa ingin menceritakan apa yang ia dengar pada kakaknya namun Anaa takut kakaknya tidak percaya.

...***...

Yanti sangat terkejut melihat kondisi motor Rumi yang sangat rusak, bahkan mungkin takkan bisa di gunakan lagi. Tak bisa Yanti bayangkan bagaimana kondisi Rumi sekarang, namun Yanti semakin terkejut saat melihat Rumi justru baik-baik saja meskipun saat ini ia sedang pingsan.

Salah satu warga yang menyaksikan kecelakaan itu menceritakan kronolgi kecelakaan Rumi yang menabrak sebuah pohoh dengan sangat keras, ia juga mengira Rumi pasti terluka parah namun saat ia menghampiri Rumi, Rumi tidak terluka sedikitpun.

"Bagaiamana bisa?" Gumam Yanti.

Yanti dan yang lainnya mencoba menyadarkan Rumi, dan saat sadar, Rumi justru beteriak histeris seperti orang ketakutan.

Yanti mencoba menenangkan adik iparnya itu namun Rumi justru mengamuk dan ia berkata. "Nanti kak Ahmad marah...."

"Aku takut Kak Ahmad marah...."

"Aku takut...."

Rumi terus meracau, mengatakan ia takut pada kakaknya. "Mungkin karena dia takut di marahin karena motornya rusak," tukas salah satu warga.

"Mas Ahmad nggak akan marah, Rum. Nggak apa-apa, yang penting kamu selamat," ucap Yanti sembari memeluk adik iparnya itu.

Tak lama kemudian, Bahar, yang juga merupakan paman Ahmad datang untuk menjenguk keponakannya yang baru saja jatuh dari sepeda.

Namun saat Bahar melihat Rumi, Bahar terdiam dan ia langsung melantunkan do'a-do'a dengan suara lirih.

Tidak ada yang melihat, ada sosok bayangan yang berada di atas kepala Rumi, seolah mempengaruhi Rumi.

Namun saat Bahar menyentuh Rumi, sosok itu menghilang begitu saja.

...***...

Bahar dan beberapa warga lainnya mengantar Rumi dan Yanti pulang, mereka juga membawa motor Ahmad yang rusak parah.

Namun Ahmad tentu tidak marah seperti yang di takutkan Rumi, ia justru mencemaskan adiknya itu.

"Kamu juga sakit, Ahmad?" Tanya Bahar karena keponakannya itu terlihat sangat pucat.

"Demam, Paman," jawab Ahmad lemah. "Terima kasih sudah mengantar Rumi," ucapnya kemudian namun Bahar justru memperhatikan wajah Ahmad lekat-lekat.

Bahar menarik tangan Ahmad dan menyentuh telapak tangannya yang sangat dingin juga pucat, seperti mayat.

"Panggil aku jika kamu membutuhkan sesuatu," tukas Bahar dan Ahmad hanya mengangguk.

...***...

"Mbak, tahu nggak? Tadi siang, aku dengar ada yang berbisik, jatuh, katanya," tukas Anaa pada Rumi yang tidur di sampingnya, namun Rumi tak menanggapi, tatapannya kosong, menatap langit-langit kamar.

Hari sudah gelap, semua orang sudah tidur namun tidak dengan Anaa yang masih memikirkan tentang bisikan itu.

Rumi yang masih shock setelah kejadian tadi siang pun tak bisa tidur.

"Mbak, besok periksa aja, takutnya luka dalam," tukas Anaa lagi.

"Mbak, kok diam aja? Ada yang sakit? Mau ke Dokter? Atau ke tukang pijet?"

"Diam, An!" Desis Rumi.

"Ya kan mbak habis jatuh dari motor," balas Anaa.

"Itu bukan jatuh, aku di lempar dari motor," balas Rumi tajam yang membuat Anaa jadi merasa takut.

"Balik ke kamar mu sana!" usir Rumi kemudian, tentu saja Anaa langsung berlari keluar dari kamar Rumi yang bersikap sangat aneh.

Setelah Anaa pergi, Rumi mendengar suara seseorang yang sepertinya berlari mengelilingi rumahnya.

Rumi menggigil ketakutan, namun ia mencoba menepis rasa takut itu.

...***...

Takut tidur sendiri, Anaa kembali tidur di kamar kedua adiknya yang sudah tidur lelap.

Dan saat hendak memejamkan mata, Anaa kembali mendengar suara seseorang dari belakang rumah.

Anaa mencoba mengabaikan suara itu, namun suara itu semakin jelas.

"Anaa...."

"Ayo pergi!"

"Anaa...."

Anaa menutup telinganya dengan kedua tangannya, ia memejamkan matanya dan terus menepis panggilan itu hingga perlahan suara itu menghilang seolah di telan angin malam.

Terpopuler

Comments

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

ini bab nya ada pengulangan ya ka

2022-09-09

2

Ita Imus

Ita Imus

ini mah satu keluarga di ganggu semua

2022-09-08

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!