#Punya Jantung, Tapi Tidak Punya Hati

Binar menggigit bibir bawahnya, ia merasa bersalah karena mengatakannya di waktu yang tidak tepat, seharusnya dia menunggu dulu sampai keadaannya tenang.

Dokter pun telah memeriksa Mama Mahira, wanita itu kini telah membuka kedua matanya, dia beringsut duduk sambil memegang sebelah kepalanya yang terasa pusing.

"Sayang, hati-hati," ucap Papa Ardey mendekat.

"Mama." Binar mendekat, Dokter pun mundur supaya Binar duduk di tepi ranjang.

Mama Mahira menatap Binar dengan perasaan bersalah. Kalau sudah seperti ini ia tidak bisa memaksa Binar, tapi ia tidak ingin Binar berpisah, ia terlalu menyayangi menantunya itu.

"Binar," sapa Mama Mahira. Dia menggenggam kedua tangan Binar, rasa dingin itu seakan membekukan seluruh hatinya. "Maafkan Mama, Mama cukup mengecewakan mu," lirihnya. Selama ini dia diam saja berpura-pura tidak tahu kalau Adam putranya mengabaikan Binar, hanya karena ingin Adam mencintai Binar dan ia yakin, karena waktu akan membukakan hati Adam, putranya.

"Bisakah kau tidak meminta bercerai, kasihan Abra."

Binar tersenyum tipis, Abra memang butuh orang tua yang utuh, tapi bagaimana kalau nanti putranya melihat Ayahnya lebih mencintai putranya yang lain. Hatinya pasti sakit, Adam belum sepenuhnya menjadi seorang ayah, kadang dia mengabaikan Abra, dia hanya menengok beberapa kali saja.

"Aku dan Abra adalah sebuah kesalahan, jadi aku tidak ingin merusak hubungan mereka. Abra akan terbiasa tanpa sosok seorang ayah, aku yakin Ma."

"Binar, semenjak kami memilih mu sebagai menantu kami, kamu dan Abra bukan kesalahan. Justru kami beruntung memiliki menantu seperti mu. Kami sebagai orang tua meminta maaf atas kesalahan Adam, kami merasa gagal mendidiknya sampai harus ... " Papa Ardey tak mampu melanjutkan perkataannya, ia merasa malu pada menantunya itu dan malu pada dirinya sendiri.

"Bukan salah Papa, kami beruntung memiliki orang tua seperti kalian dan Abra beruntung memiliki kakek dan nenek seperti Mama dan Papa."

Binar merasa mendapatkan orang tua yang utuh semenjak kehadiran kedua mertuanya. Dia tidak perlu khawatir pada adik-adiknya. Setiap bulan kedua adiknya akan di kirimin uang bulanan dan sekarang kedua adiknya menempuh pendidik SMA.

"Binar, Papa mohon tetaplah menjadi menantu kami."

Bagaiman bisa Binar bertahan, sedangkan ia dan putranya tidak di harapkan. "Tolong pikirkan perasaan Abra, Pa, Ma. Bagaimana perasaanya kalau suatu saat nanti melihat ayahnya bersama dengan anak lain dan wanita lain? dia pasti sakit hati, lebih baik dia tidak perlu bergantung pada Mas Adam."

"Sebaiknya Mama istirahat, Binar ingin menengok Abra lebih dulu," ucap Binar menghentikan pembicaraan mereka. Dia tidak bisa bertahan melihat kedua mertuanya yang memohon padanya. Ia tidak ingin goyah, mungkin ini yang terbaik bagi mereka.

Adam langsung berbalik dan mempercepat langkahnya, dia masuk di kamar tengah, sejak tadi dia menguping pembicaraan mereka. Ternyata Binar ingin berpisah darinya. Deru nafasnya terasa panas, hatinya terasa perih. Seakan hatinya menolak berpisah dengan Binar.

"Aku tidak bisa,"

Binar menguatkan hatinya menemui putranya yang di gendong Bi Mira. "Biar aku yang menggendong Abra Bi,"

"Sayang,"

Binar mencium pipi Abra bertubi-tubi, sesakit apa pun dia saat ini. Dia harus kuat demi putranya.

"Binar,"

Binar menoleh, dia sejenak menatap wajah yang menyakitkan itu, lalu kemudian beralih pada putranya. Seakan merasa di abaikan, Adam kembali mendekat, dia memberikan kode pada Bi Mira untuk meninggalkan mereka.

"Apa kau puas membuat Mama pingsan dan merasa bersalah?" tanya Adam.

Binar melirik Adam, ia begitu geram dan tak ingin mengatakan apa pun.

"Kau mimpi saja untuk bercerai, Abra putra ku. Aku memiliki hak padanya, kalau kau tetap nekat mengungkit kata ini lagi, kita akan bertemu di pengadilan, aku akan merebut hak asuh Abra."

Deg

Hati Binar semakin teriris, air matanya langsung mengalir. Ia menatap tajam wajah yang selama ini ia rindukan. "Setelah kau mengabaikan kami, kau ingin memutuskan hubungan ku dengan Abra? kau tidak merasa bersalah? Oh iya, kau hanya punya jantung tapi tidak punya hati," ucap Binar dengan dingin.

Nyes

Hatinya Adam merasa tertembak dengan perkataan istrinya, kini wanita di depannya seakan bukan lagi wanita yang ia kenal, yang tersenyum hangat padanya.

"Ini yang terbaik, kenapa masih mempertahankan orang yang tidak kau cintai, buat apa? buat Abra, dia bisa memanggil pria lain sebagai ayahnya."

Adam menggertakkan giginya. Dia langsung mencengkram sebelah tangan Binar yang menepuk pelan bok.ong Abra. Tidak terima, Binar membalas tatapan Adam padanya.

Terpopuler

Comments

Siti solikah

Siti solikah

punya jantung tapi tak punya hati itu memang pantas untukmu adam

2025-04-17

0

Erlina Purwanty Moe

Erlina Purwanty Moe

wih istilah yg keren dah

2022-11-07

2

Nila

Nila

pisang kali ya

2022-11-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!