"Dim....bisa pelan-pelan gak sih!!" Raina berteriak di dekat telinga Dimas karena ketakutan untung saja anak laki-laki itu memakai helm.
"Ya ampun Na...bisa diam gak?, kalau lo masih ngoceh gue tambah kecepatannya".
"Aku udah tiga kali mau jatuh tau, kamu pikir enak kalau jatuh?, kamu mau tanggung jawab kalau sewaktu-waktu tulang ekor aku patah? ".
"Makanya pegangan jangan banyak berkhayal dan memikirkan sesuatu yang belum terjadi".
"Iya-iya bawel...." Raina mencoba meraih ujung jaket Dimas, memegangnya dengan erat.
"Na, perasaan kita dah lama muter2 deh, rumah lo dimana?".
"Kirain dah tau, kok gak nanya dari tadi? ".
"Ya kali gue nanya, lo emangnya di belakang ngapain?, cuman duduk-duduk doang perhatiin jalan kek".
"Aku udah bilang sama kamu kan dari tadi, aku gak bisa hujan-hujanan tapi kamu maksa dan beralibi ini itu, aku sakit Dim kalau kedinginan".
Deg, Dimas berpikir sejenak apa maksudnya gak bisa hujan-hujanan? dan kata sakit itu?, Dimas menelan salivanya, yang benar saja mungkin gadis ini sedang berbohong.
"Atau gak kita ke rumah gue dulu aja ya? ".
"Gak..gak usah, kamu tau jalan suparman kan? nah dari situ lurus terus kalau ada persimpangan belok kanan nanti kalau udah masuk gang mawar kamu kasih tau aku".
"Eum" Dimas menyahut seadanya ia melaju dengan kecepatan diatas rata-rata mengendarai motor sport kesayangannya bersama guyuran hujan yang deras ditemani oleh gadis lugu yang sama sekali tak ia kenal, Dimas memang tak mengenal Raina inya hanya iseng menyapa seorang gadis yang sedang menikmati turunnya hujan dan membuatnya sedikit penasaran, tapi Raina sangat mengenal siapa itu Dimas. Most wanted sekolah, sang kapten basket yang terkenal berbakat, tampan, baik hati, mudah bergaul dan tak lupa idaman para wanita.
•
•
•
GANG MAWAR
"rumah lo nomor berapa?".
"yang cat ijo".
"lah cat ijo emang rumah lo doang !!".
"Cat ijo campur kuning".
"Cat ijo campur kuning? kek gak ada warna lain ae lah lo".
"Ya udahlah warna cat rumah aja mau dipermasalahin juga?" Raina memutar bola mata malas, badannya menggigil karena kedingininan".
"Yang ini?" Dimas menghentikan motornya di depan rumah dengan warna hijau campur kuning yang tidak terlalu besar, ia cekikikan tak jelas sekaligus geli melihat warna catnya.
"Iya makasih ya" Ucap Raina melepaskan helm dan jas hujan tepat di depan teras rumah lalu mengembalikan barang itu ke Dimas.
"Mau masuk dulu?".
"Gak makasih, gue langsung balik lagian hujannya gak reda reda dari tadi takutnya nanti malam awet".
"Oohhh...makasih banyak ya Dim, ya udah kamu pulang gih".
"Ngusir lo yah, tanpa lo suruh juga gue mau pulang".
"Gak gitu iiihhhhh, gak usah sensi maksud aku kamu pulang tapi eh gimana ya?".
"yaudah masuk sana gue tungguin habis lo masuk rumah baru gue langsung pulang".
"Kamu aja duluan, aku mau liatin kamu pulang dulu".
"Lah...sama aja Na, bawel banget sih udah sana masuk habis itu mandi pake air hangat terus makan terus selimutan biar gak sakit".
"Iya iya...makasih banyak ya!!!" Ucap Raina dengan cengiran lalu memasuki istana kesayangannya.
"Yoooooo" hanya sepatah kata tanpa makna yang Dimas ucapkan.
Raina memasuki kamarnya, ia lelah sungguh sangat lelah seharian menunggu hujan reda sendirian di sekolah, takut dan cemas bercampur jadi satu untung saja ada laki laki baik yang bersedia menolong, tapi kenapa Dimas mau menolongnya? bukankah mereka tak saling kenal? apa mungkin Dimas menyukai Raina saat memandang hujan di sekolah? oh ayolah jangan berpikir yang tidak tidak Raina, harusnya ia sadar diri bahwa seorang Dimas tak akan pernah tertarik padanya. Raina menggelengkan kepala ia berniat membersihkan diri sebelum bergelung dengan selimut melepas penat.
guyuran air shower terdengar mengalir.
"Raina" Ibunya memanggil.
"Iya bu, Raina lagi mandi".
"Nanti jangan lupa makan ya, sudah ibu siapkan di atas meja".
"Okehhhh bu, siapppppp".
•
•
•
Dilain tempat di waktu yang sama seorang anak laki-laki senyum senyum tak jelas sambil menatap langit-langit kamar.
"Buugh" sebuah bantal yang cukup besar melayang mengenai wajahnya.
"Allahu akbar".
"Weeehhh tumben religious lo bro" Ucap Andi menghampiri Dimas ditemani oleh Angga dan Randy.
"Baru tau lo orang dia dari dulu anak sholeh" balas Angga.
"Anak pak Sholeh" Ucap Randy di barengi gelak tawa.
"Gaje lo pada" balas Dimas dengan sinis.
"Santai bro, eh bye the way pertandingan basket kan tinggal sebulan lagi, lo udah dapat belum penggantinya Rifki? soalnya waktunya udah mepet ini" Jelas Andi.
"Belum sih, emang gue harus cari dimana?, secara di sekolah kita yang jago basket cuman tim kita aja".
"Ya iya lah kan tim basket cuman satu tapi di kelas gue tadi ada anak baru kan ya, dari Korea glowing banget kek idol k-pop gue lupa sih namanya susah soalnya gue gak suka tu Korea-Koreaan tapi tak bisa dipungkiri kalau ketampanan gue setara sama mereka" Angga berkata dengan sangat percaya diri.
"Cuihhhhhh...kepedean lo but apa hubungannya ya si anak baru sama percakapan kita".
"Ya kali aja kan dia jago main basket, secara kalau dia gabung tim kita bakal meledak makin keren kita mah".
"Kalau dia gak bisa basket?".
"Coba aja dulu kan gak ada salahnya".
"Oke, gue pikirin dulu besok gue coba ngomong sama dia" Ucap Dimas dengan tegas layaknya seorang leader.
"Dim, lo ada persediaan mie instan gak si gue laper bro tadi ni si Angga maksa-maksa ke rumah lo padahal gue belum sempat makan".
"Ada noh di dapur tapi masak sendiri jangan suruh bi Inah".
"Sayang banget keknya sama bi Inah" Angga mencoba menggoda Dimas sembari menggerakkan alisnya naik turun.
"Ya iyakan udah gue anggap kek orang tua sendiri".
"Bro gue ke dapur dulu ya".
"Yooo, masak yang banyak Ran, biar bisa dimakan rame-rame !!! " Request Dimas.
"Okedeh siap komandan".
"Rifky kabarnya gimana?" Tanya Dimas pada Andy dan Angga.
"Udah ada kemajuan kemaren kita jeguk dia dan alhamdulilah udah sadar" Ucap Angga seadanya.
"Sorry, kemaren gue sibuk gak bisa gabung" Jelas Dimas dengan nada penuh penyesalan.
"It's okey bro kita ngerti kok keadaan lo, lo lagi hancur hancurnya kemaren" Ucap Angga sembari menepuk pundak Dimas pelan.
Dimas menarik nafas gusar, gue gak nyangka banget Siska cewek yang kek gitu".
"Cewek gak cuma satu bro, masih banyak di dunia ini dan masih banyak juga yang suka sama lo!!!".
"Bener dan satu hal lagi jangan sampai persahabatan kita hancur cuma karena satu cewek" Ucap Angga menasehati
"Gue harus minta maaf ke Rifky" Dimas tertunduk lesu mengingat kejadian semalam.
"Semangat bro kita-kita semua pasti dukung lo" Sekali lagi Angga menyemangati Dimas agar tak dendam di antara Dimas dan Rifky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments