Bab 4 Terminal

...***...

Pagi menyingsing yang berpadu dengan udara dingin, teror yang mengerikan telah menghantui seluruh malam yang mencekam. Di pojok ruangan yang sedikit kotor terlihat Pak Sudiarto sedang duduk sambil memandangi kota dibalik celah jendela yang tertutup kuat.

" Hati-hati Pak, bisa bahaya kalau ada monster yang melihat mu."

" Subuh-subuh begini kau sudah bangun rupanya, bagaimana dengan Aria."

" Dia masih tidur tapi melihat dari wajahnya sepertinya ia mengalami mimpi buruk."

" Yah... Aneh juga kalau ada seseorang yang tidur nyenyak dengan keadaan seperti ini."

" Hah... Aku penasaran bagaimana keadaan ibuku, melihat keadaan yang telah terjadi saat ini membuatku pesimis."

" Karena kau masih muda, dimana pun ibumu berada pasti ia senang kalau kau masihlah sehat walafiat."

" Haha mungkin kau ada benarnya."

" Yasudah kalau begitu aku akan menyiapkan sarapan dahulu, kau bangunkan dulu Aria setelah sarapan kita akan memikirkan cara kita ke Stasiun Televisi TvB."

" Siap laksanakan pak!"

Selesai sarapan mereka bertiga segera mengadakan rapat di sebuah meja yang sedikit usang, karena Stasiun Televisi TvB itu terletak di tengah-tengah kota mereka sedikit kebingungan untuk mencari jalan tercepat dan teraman.

" Jarak dari sini kearah tujuan kita kira-kira sekitar puluhan kilometer, tapi mengingat tempatnya berada ditengah kota kemungkinan besar banyak sekali monster-monster yang berkeliaran disekitarnya." Ujar pak Sudiarto.

" Hm... Sepertinya mengambil jalan ke arah terminal bus dapat mempercepat jalan kita ke stasiun televisi dan juga kita sekalian saja mengambil kendaraan yang dapat kita gunakan, tapi yang jadi masalahnya adalah terminal tersebut dekat degan pasar tradisional yang pastinya banyak sekali orang-orang yang telah menjadi monster." Ujar Bima.

" yah kita bisa lebih mempercepat perjalanan kita menggunakan kendaraan, oia aku lupa untuk mengatakan cara untuk membunuh monster." Ujar pak Sudiarto.

" Waktu itu secara kebetulan Bima membunuh satu monster yang menikamnya kemarin, apa kau sudah menemukan caranya pak?"

" Kalian bisa menghancurkan inti di setiap monster yang ada, karena setiap monster memiliki intinya masing-masing dan berada di tempat yang berbeda beda."

" Begitu yah, jadi kemarin saat aku membunuh monster itu sebuah kebetulan."

" Baiklah kalian berdua bersiap-siaplah karena kita akan menerobos keluar ruangan menuju terminal, dan pastikan untuk terus waspada."

Mereka bertiga pun keluar secara bersama-sama dan seketika para monster pun menyerbu secara membabi buta, dengan kapak yang diayunkan dengan keras pak Sudiarto berhasil memotong tangan dan kepala monster dan disusul serangan dari Bima yang langsung menusukkan tombaknya kearah bagian dada monster tersebut secara berkali kali hingga menghancurkan intinya.

Monster pun mulai bertambah banyak menyerbu dari segala sudut jalan yang ada, Aria dengan gesit menembaki monster dari jarak jauh dengan busur yang dapat memperlambat jalan monster-monster itu.

Dengan bergerak secara perlahan, mereka bertiga hampir sampai di tempat terminal bus yang mereka tuju.

" Aria dulu kau pernah bilang kepadaku kalau kau pernah belajar cara mengemudikan mobil kan, cobalah periksa mobil-mobil disekitar sini yang sekiranya bisa kita pakai untuk mengemudi." Ujar Bima.

" Yah kau benar tapi sepertinya itu adalah ide yang buruk, karena mobil yang ada disini sebagian besar jendelanya sudah pecah akan jadi berbahaya kalau kita memaksa untuk menggunakannya, kita harus memakai sesuatu yang kuat bahkan jika itu sampai menabrak monster ini!"

" Sepertinya kita akan menggunakan bus, Aria cobalah periksa dan nyalakan bus itu dan tenang saja aku bisa mengendarai bus." Ujar pak Sudiarto.

" Baiklah, untuk sisanya kuserahkan pada kalian para pria."

Aria dengan terburu-buru membuka semua laci dan bagasi sambil berharap mendapatkan kunci untuk menjalankan busnya, setelah beberapa lama mencari Aria melihat sebuah benda mengkilat di bawah kursi penumpang yang sedikit berantakan.

" Aku berhasil menemukan kuncinya tapi benda itu berada tempat yang sulit diraih, kuharap kalian berdua dapat bertahan sedikit agak lama."

" Ya, serahkan pada kami!" Seru Bima

Aria pun berusaha menggapai kunci itu dengan tangannya yang hanya tinggal beberapa centimeter agar dapat meraihnya.

Bima dan pak Sudiarto berusaha mati-matian agar dapat melindungi bus yang akan mereka pakai, satu-persatu monster berjatuhan berubah menjadi kaku akibat intinya yang telah dihancurkan oleh mereka berdua.

Tak lama setelahnya Bima dan pak Sudiarto mulai merasakan getaran yang mendekati tempat mereka berada, getaran itu pun mulai mereda dan suasana pun menjadi hening.

" Apa itu tadi, apa kau merasakannya juga Bima?"

" Yah itu terasa sangat jelas."

Karena suasananya yang hening, mereka berdua merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres, mereka berdua mempersiapkan senjata mereka masing-masing dan mulai bersiaga.

Getaran dan suara aneh mulai terdengar tak jauh dari jarak mereka berdua hingga membuat Bima dan pak Sudiarto berkeringat dingin.

Dari arah suara tersebut terlihat sebuah sepeda motor melayang ke arah tempat mereka berada.

" Awas Bima!"

Sepeda motor itupun menghantam keras kearah bus yang mereka jaga, dan mengakibatkan sebuah goncangan yang sangat keras.

Aria yang baru saja berhasil meraih kunci bus pun mulai terombang-ambing seperti disebuah kapal.

" Apa kau baik-baik saja Aria!?" Tanya Bima.

" Yah aku tak apa beruntung aku berhasil mendapatkan kuncinya, dan apa yang terjadi barusan?"

" Sepertinya kita akan menghadapi sesuatu yang sangat besar, Bima kita harus segera masuk dan bergegas pergi sekarang!"

Setelah mereka semua masuk, pak Sudiarto mulai bergegas menyalakan bus nya berkali-kali dan belum juga berhasil menyala.

Tak lama kemudian sesosok monster yang besar dan memiliki tinggi sekitar 2 meter mulai mendekat dengan diiringi getaran yang mengguncangkan seluruh tempat ia berada.

" Haha... Jadi itu asal dari getaran yang tadi kita rasakan, pak Sudiarto pakah masih belum menyala!?" Tanya Bima

" Sebentar lagi!"

Langkah demi langkah jarak antara mereka dan monster besar itu mulai mendekat dengan perlahan, monster tersebut mulai melakukan ancang-ancang yang seolah-olah seekor banteng yang akan menyeruduk.

" Sial, dia ingin menyeruduk kita!" Teriak Bima.

" Ayo cepatlah... Yah akhirnya menyala juga, kalian berdua duduk dan pakailah sabuk pengamannya."

Dengan kecepatan penuh, busnya pun bergerak yang hampir saja diseruduk oleh monster besar itu.

Pak Sudiarto menyetir dengan sangat lihai dan cepat, bahkan sampai menabrak beberapa monster dijalan. Tak disangka monster besar yang mereka lihat tadi mulai mengejar bus yang mereka tumpangi dengan langkah kaki yang lebar.

" Oh tidak, tak kusangka ia akan mengejar sampai sini!" Seru Bima.

" Sial jalan didepan terhalang mobil, pegangan kalian berdua!"

Pak Sudiarto mulai memutar kemudi kearah kanan hingga hampir membuat bus yang ia kemudikan terguling karena kecepatan yang tinggi.

Setelah beberapa meter berjalan akhirnya gedung Stasiun Televisi TvB mulai nampak, melihat gerbang tempat parkir basment terbuka pak Sudiarto mulai menginjak gasnya sekencang mungkin dan mengerem dengan waktu yang tepat.

" Aria kau tekan tombol di samping pagar agar dapat tertutup dan Bima kau lindungi Aria dari monster yang akan menyerang, setelah aku memberi aba-aba kalian berdua segeralah berlari sekencang mungkin."

Bima dan Aria bergegas berlari menuju gerbang dan segera menutupnya, monster yang tersembunyi dibalik bayang mulai menyerang dan Bima pun menusukkan tombaknya berkali-kali hingga monster itu tumbang.

Disisi lain pak Sudiarto terlihat sedang mencari sesuatu yang dapat memperlambat atau menghentikan monster besar yang sedang mengejar mereka.

" Beruntung tempat parkir ini sepeda motor dan mobil berada ditempat yang sama, sekarang tinggal mencari pemantik api atau pistol."

Pak Sudiarto kemudian membuka jok sepeda motor dengan paksa dan menggulingkannya yang membuat oli dari sepeda motor itupun mengalir keluar, tak hanya itu pak Sudiarto pun menjejerkan sepeda motor yang lainnya secara berdekatan dan membuka tutup olinya.

Setelah gerbang hampir tertutup, monster besar yang mengejar mereka mulai masuk dengan paksa.

" Kalian berdua kemarilah!"

Bima dan Aria berlari sekencang mungkin sambil menghindari para monster.

Pak Sudiarto pun melihat mayat seorang polisi dengan pistol di tangannya, melihat kesempatan itu pak Sudiarto berlari kearah mayat itu dan mengambil pistolnya.

" Untung saja didalamnya terdapat beberapa peluru."

Monster besar yang mengejar Bima dan Aria mulai memasuki tempat parkir dan mengejar mereka berdua.

" Kalian berdua arahkan monster itu ketempat sepeda motor yang telah ku jejerkan itu!"

Mereka berdua pun memancing monster besar itu sesuai arahan dari pak Sudiarto.

Setelah monster itu mendekati jejeran sepeda motor itu, pak Sudiarto memerintahkan Bima dan Aria untuk menjauh sejauh mungkin, setelah mereka berdua cukup jauh pak Sudiarto menembakkan pistolnya kearah sepeda motor yang mengakibatkan sebuah ledakan yang cukup besar.

Monster itupun mendapatkan luka yang serius hingga membuat intinya terlihat dengan jelas.

Dengan melewati kobaran api, Bima berlari dengan kencang dan menusuk inti monster itu dengan tombaknya hingga tubuh monsternya tumbang.

Dengan nafas yang terengah-engah mereka bertiga berkumpul dan beristirahat sejenak di lantai paling dasar gedung tersebut.

>Bersambung...

Episodes
1 Bab 3 Bertahan hidup (2)
2 Bab 4 Terminal
3 Bab 5 Menuju puncak
4 Bab 6 Kembali
5 Bab 7 Anggota baru
6 Bab 8 Bandam Land
7 Bab 9 Sebuah harapan baru
8 Bab 10 Sang pelari
9 Bab 11 Sinar bintang di langit malam
10 Bab 12 Monster berekor
11 Bab 13 Pertarungan orang terlatih
12 Bab 14 Tragedi
13 Bab 15 Perpisahan
14 Bab 16 Identitas
15 Bab 17 Reuni
16 Bab 18 Nirwana
17 Bab 19 Harapan
18 Bab 20 Pertarungan
19 Bab 21 Kornea merah
20 Bab 22 Maniak
21 Bab 23 Keluarga
22 Bab 24 Kepercayaan
23 Bab 25 Pekerjaan
24 Bab 26 Menjarah
25 Bab 27 Menguping
26 Bab 28 Aktivitas
27 Bab 29 Penyerbuan
28 Bab 30 Bencana susulan
29 Bab 31 Umpan
30 Bab 32 Teruslah berlari
31 Bab 33 Sidang
32 Bab 34 Kebenaran
33 Bab 35 Dukungan
34 Bab 36 Bekerja keras
35 Bab 37 Keras kepala
36 Bab 38 Topeng gas
37 Bab 39 Penjelajahan
38 Bab 40 Pengintai
39 Bab 41 Bukti
40 Bab 42 Pendatang baru
41 Bab 43 Kecurigaan
42 Bab 44 Penyusup
43 Bab 45 Pertemanan
44 Bab 46 Penyerangan
45 Bab 47 Ketidak pedulian
46 Bab 48 Immortal Projects
47 Bab 49 Kucing liar
48 Bab 50 Daging
49 Bab 51 Gladiator
50 Bab 52 Pertandingan dimulai
51 Bab 53 Cerberus
52 Bab 54 Barbel
53 Bab 55 Sarah
54 Bab 56 Klana
55 Bab 57 Home run
56 Bab 58 Terjerat
57 Bab 59 Akhir Distopia
58 Bab 60 Kripa
59 Bab 61 Rembulan
60 Bab 62 Bahaya baru
61 Bab 63 Pesan
62 Bab 64 Video
63 Bab 65 Bermain dengan api
64 Bab 66 Persiapan
65 Bab 67 Garda depan
66 Bab 68 Kembali lagi
67 Bab 69 Ogre
68 Bab 70 Jaka
69 Bab 71 Emosi
70 Bab 72 Trauma
71 Bab 73 Penyesalan
72 Bab 74 Penentuan
73 Bab 1 Awal dan akhir
74 Bab 2 Tempat yang dikenal
75 Bab 3 Sekolah yang sunyi
76 Bab 4 Uks
77 Bab 5 Pintu yang jebol
78 Bab 6 Gerbang yang terkunci
79 Bab 7 Jalan yang sunyi
80 Bab 8 Rumah yang menyimpan rahasia
81 Bab 9 Dikepung dalam sunyi
82 Bab 10 Jeritan dibalik fajar
83 Bab 11 Teman atau musuh
84 Bab 12 Kepercayaan
85 Bab 13 Keretakan
86 Bab 14 Retakan yang membesar
87 Bab 15 Rumah sakit
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 3 Bertahan hidup (2)
2
Bab 4 Terminal
3
Bab 5 Menuju puncak
4
Bab 6 Kembali
5
Bab 7 Anggota baru
6
Bab 8 Bandam Land
7
Bab 9 Sebuah harapan baru
8
Bab 10 Sang pelari
9
Bab 11 Sinar bintang di langit malam
10
Bab 12 Monster berekor
11
Bab 13 Pertarungan orang terlatih
12
Bab 14 Tragedi
13
Bab 15 Perpisahan
14
Bab 16 Identitas
15
Bab 17 Reuni
16
Bab 18 Nirwana
17
Bab 19 Harapan
18
Bab 20 Pertarungan
19
Bab 21 Kornea merah
20
Bab 22 Maniak
21
Bab 23 Keluarga
22
Bab 24 Kepercayaan
23
Bab 25 Pekerjaan
24
Bab 26 Menjarah
25
Bab 27 Menguping
26
Bab 28 Aktivitas
27
Bab 29 Penyerbuan
28
Bab 30 Bencana susulan
29
Bab 31 Umpan
30
Bab 32 Teruslah berlari
31
Bab 33 Sidang
32
Bab 34 Kebenaran
33
Bab 35 Dukungan
34
Bab 36 Bekerja keras
35
Bab 37 Keras kepala
36
Bab 38 Topeng gas
37
Bab 39 Penjelajahan
38
Bab 40 Pengintai
39
Bab 41 Bukti
40
Bab 42 Pendatang baru
41
Bab 43 Kecurigaan
42
Bab 44 Penyusup
43
Bab 45 Pertemanan
44
Bab 46 Penyerangan
45
Bab 47 Ketidak pedulian
46
Bab 48 Immortal Projects
47
Bab 49 Kucing liar
48
Bab 50 Daging
49
Bab 51 Gladiator
50
Bab 52 Pertandingan dimulai
51
Bab 53 Cerberus
52
Bab 54 Barbel
53
Bab 55 Sarah
54
Bab 56 Klana
55
Bab 57 Home run
56
Bab 58 Terjerat
57
Bab 59 Akhir Distopia
58
Bab 60 Kripa
59
Bab 61 Rembulan
60
Bab 62 Bahaya baru
61
Bab 63 Pesan
62
Bab 64 Video
63
Bab 65 Bermain dengan api
64
Bab 66 Persiapan
65
Bab 67 Garda depan
66
Bab 68 Kembali lagi
67
Bab 69 Ogre
68
Bab 70 Jaka
69
Bab 71 Emosi
70
Bab 72 Trauma
71
Bab 73 Penyesalan
72
Bab 74 Penentuan
73
Bab 1 Awal dan akhir
74
Bab 2 Tempat yang dikenal
75
Bab 3 Sekolah yang sunyi
76
Bab 4 Uks
77
Bab 5 Pintu yang jebol
78
Bab 6 Gerbang yang terkunci
79
Bab 7 Jalan yang sunyi
80
Bab 8 Rumah yang menyimpan rahasia
81
Bab 9 Dikepung dalam sunyi
82
Bab 10 Jeritan dibalik fajar
83
Bab 11 Teman atau musuh
84
Bab 12 Kepercayaan
85
Bab 13 Keretakan
86
Bab 14 Retakan yang membesar
87
Bab 15 Rumah sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!