Jarum jam kecil itu terus berputar, silih berganti waktu. Tak terasa tepat jam 12 malam suara langkah kaki dari arah pintu itu mendekati seorang wanita yang tengah tertidur duduk di sofa berwarna putih.
Pria berahang tegas itu menatap benci ke arah wanita yang ia klaim sebagai budaknya. Balas dendamnya baru saja di mulai, tidak sia-sia dia berpura-pura untuk menjadi laki-laki baik dan mencintainya. Padahal selama tiga bulan dua muak melakukan sandiwara itu.
"Apa dengan cara begini aku bisa melihat mu?"
Pria itu melanjutkan langkahnya, dia melangkahi anak tangga itu satu per satu. Langkahnya pun berhenti pada salah satu pintu.
Dia menatap sekilas pintu kamarnya yang di jadikan tempat kamar Bella dan dirinya. Sama sekali ia tidak ingin menginjakkan kakinya di kamar itu.
Dia melanjutkan langkahnya, tepat lima langkah. Dia memasuki sebuah kamar. Aroma Lavender menyeruak masuk ke hidungnya. Dia melangkah gontai, menyapu semua ruangan itu.
Dia menatap sebuah foto yang terpajang, menghadap ke arah ranjang. Dimana fotonya dengan istri pertamanya, Gladies.
"Aku merindukan mu."
Dia berjalan ke arah ranjang, lalu menjatuhkan tubuhnya di ranjang berukuran king size itu. Memejamkan matanya, mengingat setiap detik kebersamaan istrinya.
"Aku merindukan celoteh mu, Gla."
Dia mengingat setiap bayangan istrinya, kemanjaannya, tawa riangnya. Namun sekarang, dia hanya melihat istrinya terbaring lemah tak berdaya, segala usaha ia sudah lakukan. Namun, tidak ada perkembangan sama sekali. Istrinya tetap tertidur pulas.
###
"Nyonya.." Sapa seorang wanita. Dia menepuk bahu Bella dengan pelan.
Wanita itu terlonjak kaget. "Apa tuan sudah pulang?"
Wanita itu mengangguk, ia merasa kasihan pada nyonya mudanya. Bertahun-tahun dia bekerja, jadi dia tahu semuanya. Sebelum nyonya mudanya datang. Sang tuan mengatakan bahwa istrinya sudah meninggal dan tidak membocorkan rahasianya.
"Tuan sudah pulang,"
"Oh iya, aku harus melihatnya," ucap Bella dengan setengah berlari. Dia membuka pintu kamarnya, namun nihil tidak ada siapa pun. "Mungkin dia ada di ruang kerjanya." Bella memutar tubuhnya, melewati sebuah kamar yang pernah di jelaskan oleh Jhonatan bahwa dia tidak boleh memasukinya.
"Jhoo...."
Ruangan itu sepi, dia melangkah ke arah meja kerjanya suaminya. Dokumen tertata rapi, tidak ada jejak bahwa Jhonatan bekerja di meja itu.
"Kemana dia?"
Bella ingin berbalik, namun ada sesuatu yang menarik pandangannya. Sebuah laci terbuka. Dia mendekat, kedua matanya melihat sebuah figura yang terbalik.
"Foto siapa?" tangannya terulur. Dia hendak mengambil foto itu. Namun suara tegas dan dingin mengagetkannya.
"Jangan menyentuhnya!"
Bella menoleh, dia melihat Jhonatan di ambang pintu.
"Jho..." Bella berhambur memeluk Jhonatan. Dia begitu merindukan suaminya itu.
Jhonatan memandang jijik, dia langsung mendorong Bella dengan keras. Hingga wanita itu jatuh ke lantai.
"Jho..."
"Hentikan panggilan Jho itu! Aku jijik mendengarkannya dan aku muak melihat mu."
Bella berdiri, dia meraih tangan Jhonatan dan menggenggamnya. "Jho, ada apa dengan mu? kalau aku salah katakan? kamu bisa mengatakannya, aku akan berubah dan melakukan apa yang kamu mau? tapi aku mohon jangan meninggalkan aku Jho, jangan menikah. Apa kamu lupa dengan kenangan kita."
Jhonatan menghempaskan tangan Bella dengan keras. Hingga tubuh itu membentur sudut meja. Rasa sakit dan nyilu itu terasa di dahinya.
Jhonatan melangkah, dia mencengkram dagu Bella dengan kasar.
"Dengar! aku tidak butuh ceramah mu. Aku sudah muak bermain-main dengan mu. Kau tentu tahu, sudah berapa banyak wanita yang aku tiduri. Jangankan menyentuh mu, tubuh kotor mu itu najis bagi tubuh ku. Perlu aku ingatkan, kau hanya Gundik bagi ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Sandisalbiah
mulut savage mu Jho.. bakal kau sesali nantinya... dendam tp tdk pd org yg tepat..konyol..
2024-02-11
1
Balqis : IG Balqis 7850
parah banget ini mah 🥺
2023-03-07
1
Rose Vasc
sabar bella.jho pasti balik ke kamu
2022-09-24
1