Di dalam hutan Yohan berhasil menangkap rusa. Rencananya ia akan menjualnya pada kedai makan. Apa lagi ini rusa yang gemuk dan sehat harganya pasti mahal. Meskipun tubuhnya lemah, tapi jika hanya berburu menangkap rusa saja ia bisa melakukannya. Dirinya sudah berlatih berkali kali belajar berburu secara otodidak. Meskipun kadang kala pernah tidak mendapatkan hasil, namun seiring berjalannya waktu ia mulai mahir dan selalu mendapatkan hewan buruan. Setidaknya dengan hewan buruan ini ekonomi keluarganya dapat terpenuhi.
Dalam perjalanan pulang ia melihat sebuah pertarungan dari jauh. Disana terlihat seorang pak tua yang sedang menghadapi hewan buas Harimau ekor dua tingkat 5. Dalam pertarungan itu terlihat pak tua yang berambut hitam dengan banyak uban serta jenggot dan kumis yang sama dengan rambutnya. Dia mengenakan pakaian semacam sekte. Sekali lihat jelas dia adalah kultivator.
Jarak pertarungan itu cukup jauh namun dirinya dapat melihat dengan baik. Mata merah bergaris lurus nya melihat dengan jelas pertarungan itu. Kelima indranya memang berfungsi jauh lebih baik dari pada indra orang lain. Berkat itu ia bisa berburu cukup mudah. Meskipun satu hal yang menjadi kekurangannya, ia buta arah. Tidak tahu kenapa, tapi Yohan benar benar buta arah. Dirinya dapat menemukan jalan pulang karena sudah membuat tanda jalan untuk pulang.
Wajahnya tampak senang karena menemukan seorang kultivator. "Apa dia seorang kultivator? Kalau benar bukankah aku bisa memintanya untuk menjadikanku murid?" Tanya Yohan pada dirinya sendiri. Tapi setelah dipikir ulang, jika ia diharuskan pergi bersama kultivator itu maka tidak ada yang menjaga ibunya. "Lupakan saja, Ibu pasti akan sedih jika aku pergi. Lagian apa bagusnya kultivator? Mereka hanya tahu bertarung!?" Ia berjalan menjauh dari tempatnya walaupun sesekali ia melihat ke belakang.
Di kedai makan Yohan berhasil menjual daging rusa sebesar sepuluh perak. Itu jumlah yang besar untuknya bisa untuk makan satu bulan. Wajahnya terlihat senang mendapatkan uang banyak, 'Akhirnya aku bisa membeli obat untuk ibu. Dia pasti akan senang kan?' pikirnya senang. Tapi kesenangannya tidak bertahan lama saat ketika ada pertarungan yang terjadi antara seorang pria berperawakan kekar berambut merah dan kulit agak gelap dengan seorang pak tua berbaju putih dan berjenggot putih.
Untuk pak tua berbaju putih Yohan mengenalnya. Dia adalah pak tua kultivator yang ada didalam hutan. Pertarungan mereka terjadi ditengah jalan. Orang orang yang ada di sekitar segera menyingkir dari jalannya pertarungan. 'Dia bukannya yang ada didalam hutan? Dan, siapa pria yang bertarung dengannya?' pikir Yohan. Saat dirinya fokus melihat pertarungan tiba tiba sebuah wajah gadis cantik muncul tepat didepan wajahnya.
Wajah gadis itu tersenyum manis dihadapan Yohan sembari melambaikan tangan, "Apa kabar?!" sapanya ramah. Dia adalah Qin Qiu, seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan mata biru, dan pipi yang merona. Anak dari asosiasi bela diri di kota Chifeng.
Yohan hanya memperlihatkan wajah datar menatap gadis itu. "Ya." jawabnya singkat. Meskipun dalam hati tidak ingin balas menyapa, tapi bukannya tidak baik jika bersikap terlalu dingin. Tapi meskipun Yohan ingin bersikap seramah mungkin, sikap dinginnya keluar tanpa dirinya sadari. "Ada apa?" tanyanya.
Qin Qiu mengerucutkan bibirnya, melihat respon Yohan yang sangat formal. Padahal pengenalan kereka sudah cukup lama. "Kenapa kau sangat formal padaku? Bicara santai saja." rengeknya. Dia ingin jadi lebih dekat dengan Yohan. Qin Qiu melihat Yohan dari atas sampai bawah. Sungguh sempurna. Dari atas kepala sampai ujung kaki semuanya sempurna. Karena itulah Qin Qiu ingin dekat dengan Yohan.
Rasanya sangat risih berhadapan dengan Qin Qiu yang selalu menatap dan menilai dirinya. 'Aku bertaruh jika aku sangat jelek dia tidak akan sudi bicara padaku.' pikirnya. Ia kembali melihat pertarungan kultivator di balik gadis yang menghalanginya itu. Tanpa ia sadari pertarungan sudah selesai dan hanya menyisakan pak tua yang ada di hutan saat itu. 'Sial…' gerutunya dalam hati. Yohan melihat Qin Qiu jengkel. Namun ia tidak bisa sembarangan menyalahkan gadis itu. Kemudian pergi dari tempatnya. Tapi dari belakang Qin Qiu tetap mengikutinya.
"Eh? Mau kemana?" tanya Qin Qiu.
"Pulang." jawab Yohan singkat.
"Pulang? Tapi arah rumahmu di sana!" ujar Qin Qiu sembari menunjuk ke kanan. Yohan langsung berhenti dan melihat Qin Qiu. "Aku akan menunjukkan jalannya padamu, ayo!?" ajak Qin Qiu yang menarik tangan Yohan tanpa persetujuannya. Genggamannya sangat kuat, seperti tidak rela melepaskan tangannya. "Ah, guru!?" panggil Qin Qiu pada seseorang.
Yohan agak terkejut mendengar Qin Qiu berkata guru pada kultivator tua yang bertarung beberapa saat yang lalu, "Guru?" tanyanya penasaran.
Qin Qiu tersenyum melihat Yohan penasaran terhadap dirinya. Tak disangkanya kalau Yohan tertarik, "Iya, dia guruku!? Sebenarnya dia baru menjadi guruku pagi ini. Ayah memasukkanku ke Akademi Qing Luo. Apa kau juga tertarik pergi kesana?" Tanya Qin Qiu.
Akademi Qing Luo adalah sekolah kultivator untuk membimbing para pemula kultivator dari ranah Lianqi sampai Jindan.
"Oh? Qiu'er? Sedang apa kau disini? Bukannya kau harus bersiap menuju akademi?" tanya pak tua tersebut.
"E he he he, aku ingin jalan jalan sebentar." jawab Qin Qiu.
"Dan, siapa dibelakangmu?" tanya pak tua itu. Dia melihat langsung mata Yohan. Matanya yang tidak biasa itu menarik banyak perhatian.
"Oh, dia Liu Yohan temanku." jawab Qin Qiu. Tiba tiba terlintas sebuah ode di pikirannya, "Ah, guru!? Bolehkan aku meminta satu permintaan?" tanya Qin Qiu.
"Apa itu?"
"Bolehkah Yohan juga masuk le akademi?" tanya Qin Qiu langsung membuat mereka berdua terkejut.
"Qin Qiu!" panggil Yohan. Kenapa dia tidak bertanya dulu padanya dan langsung bertanya pada pak tua itu.
Pak tua itu tersenyum tipis, "Tentu saja, akademi Qing Luo terbuka untuk siapa saja dari umur sepuluh sampai dua puluh tahun." jawab Pak tua tersebut.
Qin Qiu terlihat senang bukan main. Jika Yohan juga masuk ke akademi Qing Luo, ia bisa menjadi lebih dekat dengannya.
"Tapi, bisakah aku memeriksa nadi spiritual Yohan? Aku ingin tahu apakah dia berbakat dalam seni bela diri atau tidak." ujar pak tua itu.
"Ya, baiklah… " Qin Qiu langsung menyerahkan tangan Yohan tanpa persetujuan pemiliknya.
Pak tua itu juga langsung memeriksa nadi spiritual Yohan. Menyebalkannya, Yohan tidak bisa menarik tangannya dari pak tua itu. Rasanya ada yang memasuki tubuhnya melalui sentuhan pak tua itu di pergelangan tangannya. 'Dia, dia tidak ingin melepasnya?' pikirnya.
Tampak senyum diwajah pak tua itu, "Selamat, sepertinya kau berbakat untuk mempelajari seni bela diri." ujar pak tua itu. Dia sedikit melonggarkan pegangan tangannya dari pergelangan Yohan.
Segera setelah itu Yohan menarik tangannya sambil memasang senyum ramah (palsu) yang dipaksakan di wajahnya, "Terima kasih, tapi aku tidak memiliki niat untuk memasuki akademi, permisi…" ujarnya sembari melanjutkan perjalanannya yang tertunda.
Qin Qiu mengejar Yohan sembari berdiri didepan jalannya. Dia melentangkan tangan agar Yohan tidak pergi terlalu jauh, "Kenapa kau menolak tawaran guru Lao? Padahal kau bisa menjadi tambah kuat jika memasuki akademi. Tapi kenapa_"
"Itu bukan urusanmu!?" terlihat wajah marah Yohan langsung membuat Qin Qiu kicep.
"Ha ha ha ha ha ha ha Qiu'er, apa kau tidak tahu? Dia hanya sampah yang tidak bisa berkultivasi!? Sia sia saja jika mengajaknya untuk masuk ke Akademi Qing Luo. Sampah sepertinya tidak akan beguna, benarkan?" ujar Jiang Feng yang tiba tiba muncul.
"Benar, sampah sepertinya tidak berguna!? Lebih baik dibuang ke dunia bawah!?"
"Biarkan dia dimakan oleh para iblis disana!?"
Tidak lama kedua bersaudara Xituo dan Caituo ikut bicara. Mereka bertiga tertawa mengejek Yohan.
"Kalian kenapa jahat sekali? Yohan kan juga sama dengan kita, kalian harus minta maaf pada Yohan!?" ujar Qin Qiu membela Yohan, dia melirik Yohan yang juga menatapnya. 'Dengan begini semoga dia tidak bersikap dingin lagi padaku.' pikir gadis itu sembari tersenyum pada Yohan. Tapi terlihat jelas Yohan tidak merespon senyuman Qin Qiu.
Jiang Feng terlihat tidak suka saat Qin Qiu gadis tercantik di kota Chifeng membela Yohan. Tapi jika Dirinya bertindak sembrono dan berperilaku lebih buruk pada Yohan, mungkin Qin Qiu bisa saja menjauh darinya. Seketika wajah kesalnya berubah menjadi raut ramah yang dipaksakan, "Qiu'er benar, aku harusnya tidak mengatakan hal jahat pada Yohan. Tolong maafkan aku!?" Ujarnya yang sudah merangkul pundak Yohan. Tangannya memegang lengan atas Yohan dengan menekannya untuk mengisyaratkan mengikuti drama yang dilakukannya.
Tapi Yohan terlihat malas mengikuti permainan Jiang Feng, "Aku tidak membutuhkan permintaan maaf yang tidak dari hati." Ujarnya sembari melepas tangan Jiang Feng. Ia berbalik kembali pulang ke rumah.
Jiang Feng terlihat kesal karena Yohan mengatakan hal yang memalukan untuknya dihadapan Qin Qiu. "Eeh Qiu'er , aku_"
"Yohan, tunggu aku!?" Panggil Qin Qiu dengan berlari mengejar Yohan.
Kini terlihat jelas di wajah Jiang Feng ketidak senangannya. Dia menatap benci Yohan yang berjalan beriringan dengan Qin Qiu. "Kalian, ikut aku ke rumah sampah itu!?" Ujar Jiang Feng yang juga pergi dari sana.
Kedua orang itu saling menatap bingung, "Apa yang ingin kita lakukan disana?" Tanya Caituo.
"Akan kita buat pertunjukan yang tidak akan dilupakan sampah itu!?" Jawabnya dengan senyum licik.
...***...
Dalam perjalanan pulang setelah dari toko obat, Yohan melihat dari kejauhan ada asap hitam dari arah rumahnya. Matanya langsung terbelalak kaget melihat banyaknya asap dari arah itu. Seketika ia teringat dengan ibunya. Detak jantungnya berdebar semakin kencang takut terjadi sesuatu yang terburuk. Dirinya berlari tanpa pikir panjang.
Dan benar saja, rumahnya terbakar dengan banyaknya orang yang hanya menonton. Seketika dunianya seperti bancur melihat rumah tua itu terbakar. Yohan ingin meminta tolong tapi orang orang hanya melihat rumah itu terbakar. "APA YANG KALIAN LIHAT? KENAPA TIDAK MEMBANTUKU MEMADAMKAN APINYA? IBU MASIH ADA DI DALAM!?" teriaknya histeris dengan pikiran kacau.
"T tapi rumah itu sudah hampir hancur terlalap api!?" jawab salah satu orang yang melihat.
"Benar, ibumu juga pasti sudah mati terbakar didalam!?"
Yohan menggertakkan giginya mendengar mereka mengatakan itu. Hatinya benar benar panas dengan orang orang ini yang hanya menyaksikan rumahnya hancur. Memang tidak mungkin ibunya selamat dari kebakaran sebesar ini, tapi setidaknya harus ada yang peduli. "Tidak berguna!?" gumannya marah. Yohan langsung membuang obatnya dan berlari masuk kedalam.
"Hei, nak!? Berbahaya!? Jangan berlari kedalam api!?" Teriak salah seorang dari mereka.
Tanpa ada keraguan sedikitpun Yohan memasuki rumahnya yang terbakar api besar. Tepat setelah masuk kedalam rumah yang terbakar, ia melihat ibunya yang sudah berceceran darah di lantai. "Ibu!?" Teriaknya langsung menghampiri Daoyun. Ia segera memeluk Daoyun yang terlihat masih ada sedikit nafas. "Ibu, kau harus hidup!? jangan meninggalkanku sendiri!?" Ujar Yohan panik dengan air mata yang keluar.
Tiba tiba pipinya yang basah ada yang mengelus, "Kenapa anak laki laki tampan sepertimu menangis? Jangan jadi pria yang cengeng, nanti tidak akan ada gadis yang menyukaimu!?" Ujar Daoyun masih sempat sempatnya bercanda.
Wajah Yohan terlihat senang ternyata Daoyun masih hidup. "Aku tidak perduli dengan para gadis, yang penting ibu selamat!?" Balasnya dengan nafas yang sesak karena asap, matanya melihat pintu keluar yang sebentar lagi akan roboh. "Benar, aku akan menggendong ibu keluar!? Lalu kita pergi ke tabib untuk mengibati luka ibu. J jika sekarang pasti masih sempat!?" Ujarnya yang ingin menggendong tubuh Daoyun.
Ketika Yohan ingin menggendong Daoyun, wanita itu dengan sengaja mendorong Yohan sekeras mungkin menjauh.
"Ah!?"
Brak!?
Kayu yang terbakar api menjatuhi Daoyun hingga tewas dan membakar tubuhnya.
Mata merahnya membulat saat Daoyun mati tepat didepannya. "Aah Agghh AAGGRRHH!?" teriaknya histeris.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
awwww, gilaaa
2023-12-19
0