Bab 2 : Rencana Konyol.

Zenaya menajamkan indera pendengarannya ketika mendengar bunyi pantulan bola dan decitan sepatu yang bergema di lapangan indoor yang sepi ini. Demi memenuhi rasa penasaran, gadis yang baru datang ke sekolah itu memutuskan untuk membuka pintu lapangan tersebut.

"AWAS!" Suara teriakan menggema keras, disusul sebuah bola yang melesat mengenai dahi Zenaya seketika.

Zenaya yang belum menyadari apa yang terjadi sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya terhuyung dengan pandangan mata memburam seketika.

"Hei, kau tidak apa?"

Sebuah tangan tiba-tiba memegang lengannya, menahan agar ia tidak jatuh ke lantai.

Zenaya yang terkejut sontak mengangkat kepalanya begitu mendengar suara lelaki tersebut. Reagan ternyata yang baru saja memeganginya agar tidak terjatuh.

"Kau pasti sensitif sekali. Dahimu yang terkena bola, tapi seluruh wajahmu ikut memerah," kata Reagen yang telah melepas pegangan tangannya pada lengan Zenaya, tapi kini menyentuh dahi gadis itu lembut.

Terkejut dengan tindakan Reagen, Zenaya refleks menepis tangannya dan memalingkan wajah. "Ma–maaf," ucap Zenaya terbata-bata.

Reagen menaikkan sebelah alisnya. "Dasar aneh! Jangan biasakan meminta maaf kalau bukan kau yang salah!"

Zenaya tersentak seketika, sebab dari kalimat yang terlontar, lelaki itu berarti masih mengingat dirinya.

"Tunggu di sini, biar kubelikan obat untuk memar di dahimu," kata Reagen kemudian.

Zenaya menggeleng cepat. "Tidak perlu, dahiku baik-baik saja. Ma—maaf kalau kegiatan pagimu terganggu, aku permisi dulu." Gadis itu tersenyum tipis lalu bergegas pergi meninggalkannya.

Reagen hanya bisa menatap kepergian Zenaya tanpa berniat menahannya, padahal ia juga belum meminta maaf pada gadis itu.

"Eh, kamu kenapa, Zen?" Alice hampir saja kehilangan keseimbangan, saat Zenaya berlari masuk ke kelas dan langsung memeluk erat dirinya.

"Loh, keningmu kenapa merah begitu?" tanyanya lagi dengan raut cemas saat mendapati memar kemerahan di kening sang sahabat.

Zenaya tersenyum sembari mengelus dahinya yang lembut. "Entahlah, aku harus bersyukur atau tidak karena mendapatkan ini."

Mendengar jawaban Zenaya, Alice mengerutkan keningnya dalam-dalam. "Hah? Maksudmu apa?"

Zenaya menggeleng lalu terkikik kecil dan memeluk Alice kembali. "Dia ingat padaku!" bisiknya di telinga sang sahabat.

"Ingat apa? Siapa?" tanya Alice masih tak mengerti.

Zenaya lagi-lagi melepas pelukannya. "Nanti saja." Ia meletakkan jari telunjuknya ke bibir Alice, sebelum kemudian duduk di kursinya sendiri.

Alice menatap Zenaya dengan pandangan aneh. "Kurangi membaca buku-buku yang rumit, otakmu sudah mulai geser!" celetuknya.

...***...

"Wah, datang juga kau, Bro!" seru Leon, siswa tampan berpenampilan urakan, saat Reagen masuk ke dalam markas kecil mereka di rooftop sekolah.

Reagen enggan menanggapi tingkah sok akrab Leon dan lebih memilih duduk di sebelah Zack yang sedang sibuk bermain game.

"Sudah berhari-hari hari kau tidak ikut berkumpul di sini. Kenapa, bro?" tanya Zack tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

"Tidak apa-apa." Jawab Reagen singkat. Ia hanya menonton aksi Zack bermain game sendirian, sementara Xander tengah asyik menelepon di pojok ruangan. Lelaki itu pasti sedang menelepon Sherly, kekasihnya yang baru duduk di kelas satu.

Tidak lama berselang, Bryan datang bersama Natalie sembari membawa dua buah kantong plastik besar.

"Akhirnya datang juga! Untung aku beli makan siang lebih." Bryan menendang tangan Zack agar tidak berpangku pada meja, lalu meletakkan plastik makanan tersebut di atasnya.

Tanpa menghiraukan kata-kata kasar Zack, Bryan mengeluarkan seluruh makanan dan minuman yang baru saja ia beli dari dalam kantong plastik.

Natalie mengambil kesempatan untuk duduk di sebelah Reagen, begitu Zack mematikan game-nya dan beralih pada makanan yang dibawa Bryan.

"Kita makan berdua, ya? Aku tidak akan bisa menghabiskan satu porsi sendirian," ujar Natalie dengan suara selembut mungkin. Gadis itu mengambil seporsi makanan instan dan membukanya. Kepulan asap dari makanan tersebut sukses menghipnotis indera penciuman orang-orang yang ada di sana.

"Aku bisa makan sendiri." Reagen berusaha mengambil sendok dari tangan Natalie, tetapi gadis itu menolak. Ia malah mengambil sesendok makanan tadi dan mengarahkannya pada mulut Reagen setelah meniupnya beberapa kali.

Reagen mau tak mau menerima suapan Natalie.

"Cih, kalian ini selalu saja bermesraan, tapi tidak pernah mengikrarkan janji untuk menjadi sepasang kekasih!" sahut Zack dengan mulut penuh makanan. Lelaki itu tengah duduk di lantai sembari menikmati makanannya sendiri.

Natalie menatap sinis Zack lalu dengan beringas menendang makanan lelaki itu.

"Brengsek!" umpat Zack kasar. Hampir saja kakinya tersiram kuah panas jika ia tidak sigap menahannya.

"Ada saatnya. Kami sedang menikmati masa-masa pendekatan seperti ini dulu!" seru Natalie sinis.

Zack tertawa. "Itu menurutmu, tapi tidak dengan Rey!" Lelaki itu melirik Reagen yang tampak enggan bergabung dalam obrolan mereka berdua.

"Sok tahu sekali kau!" Natalie menoleh pada Reagen. "Coba katakan pada manusia-manusia gila yang ada di ruangan ini, bahwa kita memang sedang pendekatan! Iya, kan?" Natalie meminta persetujuan Reagen.

Reagen hanya terdiam. Lelaki itu malah mengambil sendok dari tangan Natalie.

Natalie mengerutkan keningnya saat tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut lelaki pujaannya tersebut. Ia tampak sangat marah begitu mendengar tawa keras Zack yang tengah mengejeknya.

"Zack, hentikan tawamu!" tegur Bryan yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah mereka.

Baru saja Natalie hendak menghampiri Zack, teriakan Xander mengalihkan perhatian mereka.

"Gila, gila, gila! Kalian tahu Mona, anak kelas dua berpenampilan culun, tapi memiliki bokong yang seksi itu?" tanya Xander tiba-tiba.

"Kenapa?" Bryan balik bertanya.

"Gadis itu baru saja dijadikan taruhan oleh Dave dan kawan-kawannya, Bro! Parahnya lagi, si brengsek itu menang dan berhasil meniduri Mona!" Xander tertawa keras setelah mengatakan hal tersebut.

"Gadis tolol!" umpat Natalie sebelum kemudian ikut tertawa. Zack dan Leon tak kalah terpingkalnya dengan Xander, hanya Reagen dan Bryan saja yang tidak tertawa dan menatap mereka datar.

Jika saja keduanya bukan berada di tim basket yang sama, mustahil mereka ikut bergabung dengan orang-orang brengsek itu.

Xander menghentikan tawanya. "Eh, bagaimana kalau kita juga membuat permainan yang sama?" usul lelaki itu tiba-tiba.

"Gila!" umpat Zack.

"Ya tidak perlu sampai sejahat itu. Kita cuma akan memainkan peran sebagai kekasih palsu saja selama satu semester!" kilah Xander. "Ya, tapi kalau mau seperti Mona sih, tidak apa-apa juga." Tawa keras kembali keluar dari mulut Xander.

Reagen mengeratkan genggaman tangannya pada sendok yang ia pegang. Seorang gadis baru saja dihancurkan masa depannya dan mereka semua malah menertawakan hal tersebut. Belum lagi salah satu dari mereka berniat melakukan permainan yang hampir sama.

"Gadisnya?" tanya Leon.

"Jangan orang terdekat atau yang kita kenal, tidak akan seru! Bagaimana kalau diacak saja? Setuju semua?" Xander menatap semua orang yang ada di sana.

"Jadi, kalau Reagen yang kena, dia harus berpacaran dengan gadis random pilihan kalian?" tanya Natalie.

Xander menganggukkan kepalanya dengan semangat.

Natalie tidak terima. Ia pun berdiri dari tempat duduknya. "Enak saja! Aku tidak akan pernah rela!" Mata gadis itu memicing sinis pada Xander, sebelum kemudian beralih pada Reagen. "Kamu mau ikut permainan sialan mereka?" tanya Natalie geram.

Reagen mengembuskan napasnya lalu ikut berdiri. "Aku akan kembali ke kelas. Hentikan rencana konyol kalian!" Lelaki itu pun pergi meninggalkan ruangan.

Natalie tersenyum sinis pada Xander dan menyusul Reagen keluar dari sana.

Mengetahui kepergian sahabatnya, Bryan pun menyusul. "Bereskan semua ini!" perintahnya sebelum menutup pintu.

"Sialan!" umpat Xander. "Kalau bukan karena cantik dan anak dari pemilik yayasan ini, sudah kutendang dia dari sisi Reagen!" Mata Xander menatap nyalang pintu ruangan, tempat di mana Natalie keluar tadi.

"Eh, bagaimana kalau kita buat Reagen yang menjalani permainan ini." Zack dengan raut wajah licik merangkul Xander.

"Caranya?" tanya Xander.

"Kau lihat saja nanti," jawab Zack tersenyum penuh arti.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Mbok belajar sana tho Leeee, mari Iki ujian.

2025-08-03

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Eh...!? kasar kali si Natal.

2025-08-03

0

nobita

nobita

para anak anak nakal

2025-09-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Zenaya Auristella Winston.
2 Bab 2 : Rencana Konyol.
3 Bab 3 : Menjadi Sepasang Kekasih.
4 Bab 4 : Ciuman Pertama.
5 Bab 5 : Perubahan Sikap.
6 Bab 6 : Kenyataan.
7 Bab 7 : Air mata di Sekolah.
8 Bab 8 : Kebencian.
9 Bab 9 : Ingatan Menyakitkan.
10 Bab 10 : Pertemuan Kembali.
11 Bab 11 : Penyesalan Reagen.
12 Bab 12 : Salju Pertama.
13 Bab 13 : Interaksi Pertama Mereka.
14 Bab 14 : Tunangan?
15 Bab 15 : "Aku mencintaimu, Zenaya!"
16 Bab 16 : Usaha Keras Reagen.
17 Bab 17 : Kecemburuan Reagen.
18 Bab 18 : Luka Terdalam.
19 Bab 19 : Malapetaka (1)
20 Bab 20 : Malapetaka (2)
21 Bab 21 : Sebuah Pengakuan.
22 Bab 22 : Air mata seorang kakak.
23 Bab 23 : Pemulihan.
24 Bab 24 : Kerinduan.
25 Bab 25 : Hamil?
26 Bab 26 : Takdir Hidup.
27 Bab 27 : Sepenggal Kenangan.
28 Bab 28 : Upacara Pernikahan.
29 Bab 29 : Kebimbangan Hati.
30 Bab 30 : Memulai Kehidupan Baru.
31 Bab 31 : Mengidam.
32 Bab 32 : Hari Pertama Bekerja.
33 Bab 33 : Perasaan David.
34 Bab 34 : Alex Simon Cole.
35 Bab 35 : Posesif.
36 Bab 36 : Perasaan Zenaya.
37 Bab 37 : Masih Memiliki Perasaan Itu.
38 Bab 38 : Pertemuan Alex dan Zenaya.
39 Bab 39 : Pertemuan Natalie dan Zenaya.
40 Bab 40 : Teka-teki Masa Lalu.
41 Bab 41: Teh Manis Untuk Momen Termanis.
42 Bab 42: Masa Lalu Zenaya.
43 Bab 43: Pertemuan Reagen dan Alex.
44 Bab 44: Harapan.
45 bab 45: Mimpi.
46 Bab 46: Pertemuan kedua.
47 Bab 47: Kedekatan Natalie dan Adryan.
48 Bab 48: Masa Lalu Reagen dan Zenaya.
49 Bab 49: Sikap Alex.
50 Bab 50: Obsesi.
51 Bab 51: "Aku merindukanmu,"
52 Bab 52: "Tua bersamamu."
53 Bab 53: Pertengkaran.
54 Bab 54: Air mata Zenaya.
55 Bab 55: Kekhawatiran.
56 Bab 56: Fakta.
57 Bab 57: Fransisco Arthur William.
58 Bab 58: Frans Menghilang.
59 Bab 59: Kembali ke Rumah.
60 Bab 60: Rumor Frans.
61 Bab 61: Olivia Eleanor Greg.
62 Bab 62: Pesta Perpisahan.
63 Bab 63: Ulah Lea.
64 Bab 64: Identitas Frans Sebenarnya.
65 Bab 65: Frans Melarikan Diri.
66 Bab 66: Timbul Masalah Lain.
67 Bab 67: Keluarga Walker.
68 Bab 68: Ingatan Reagen.
69 Bab 69: Pertengkaran.
70 Bab 70: Kesalahan Yang Terkuak.
71 Bab 71 : Identitas Lea.
72 Bab 72 : Titik Terang.
73 Bab 73 : Satu Persatu Mulai Terkuak.
74 Bab 74 : Frans Kembali.
75 Bab 75 : Kebahagiaan Zenaya.
76 Bab 76 : Foto Masa Kecil.
77 Bab 77 : Segenggam Fakta.
78 Bab 78 : Keinginan dan Rencana Reagen.
79 Bab 79 : Kencan Manis.
80 Bab 80 : Persahabatan.
81 Bab 81 : Ikatan Batin.
82 Bab 82 : Kesedihan Seorang Ibu.
83 Bab 83 : Zenaya Mengetahui Segalanya
84 Bab 84 : (Tak ada) Akhir Kisah (SELESAI)
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 : Zenaya Auristella Winston.
2
Bab 2 : Rencana Konyol.
3
Bab 3 : Menjadi Sepasang Kekasih.
4
Bab 4 : Ciuman Pertama.
5
Bab 5 : Perubahan Sikap.
6
Bab 6 : Kenyataan.
7
Bab 7 : Air mata di Sekolah.
8
Bab 8 : Kebencian.
9
Bab 9 : Ingatan Menyakitkan.
10
Bab 10 : Pertemuan Kembali.
11
Bab 11 : Penyesalan Reagen.
12
Bab 12 : Salju Pertama.
13
Bab 13 : Interaksi Pertama Mereka.
14
Bab 14 : Tunangan?
15
Bab 15 : "Aku mencintaimu, Zenaya!"
16
Bab 16 : Usaha Keras Reagen.
17
Bab 17 : Kecemburuan Reagen.
18
Bab 18 : Luka Terdalam.
19
Bab 19 : Malapetaka (1)
20
Bab 20 : Malapetaka (2)
21
Bab 21 : Sebuah Pengakuan.
22
Bab 22 : Air mata seorang kakak.
23
Bab 23 : Pemulihan.
24
Bab 24 : Kerinduan.
25
Bab 25 : Hamil?
26
Bab 26 : Takdir Hidup.
27
Bab 27 : Sepenggal Kenangan.
28
Bab 28 : Upacara Pernikahan.
29
Bab 29 : Kebimbangan Hati.
30
Bab 30 : Memulai Kehidupan Baru.
31
Bab 31 : Mengidam.
32
Bab 32 : Hari Pertama Bekerja.
33
Bab 33 : Perasaan David.
34
Bab 34 : Alex Simon Cole.
35
Bab 35 : Posesif.
36
Bab 36 : Perasaan Zenaya.
37
Bab 37 : Masih Memiliki Perasaan Itu.
38
Bab 38 : Pertemuan Alex dan Zenaya.
39
Bab 39 : Pertemuan Natalie dan Zenaya.
40
Bab 40 : Teka-teki Masa Lalu.
41
Bab 41: Teh Manis Untuk Momen Termanis.
42
Bab 42: Masa Lalu Zenaya.
43
Bab 43: Pertemuan Reagen dan Alex.
44
Bab 44: Harapan.
45
bab 45: Mimpi.
46
Bab 46: Pertemuan kedua.
47
Bab 47: Kedekatan Natalie dan Adryan.
48
Bab 48: Masa Lalu Reagen dan Zenaya.
49
Bab 49: Sikap Alex.
50
Bab 50: Obsesi.
51
Bab 51: "Aku merindukanmu,"
52
Bab 52: "Tua bersamamu."
53
Bab 53: Pertengkaran.
54
Bab 54: Air mata Zenaya.
55
Bab 55: Kekhawatiran.
56
Bab 56: Fakta.
57
Bab 57: Fransisco Arthur William.
58
Bab 58: Frans Menghilang.
59
Bab 59: Kembali ke Rumah.
60
Bab 60: Rumor Frans.
61
Bab 61: Olivia Eleanor Greg.
62
Bab 62: Pesta Perpisahan.
63
Bab 63: Ulah Lea.
64
Bab 64: Identitas Frans Sebenarnya.
65
Bab 65: Frans Melarikan Diri.
66
Bab 66: Timbul Masalah Lain.
67
Bab 67: Keluarga Walker.
68
Bab 68: Ingatan Reagen.
69
Bab 69: Pertengkaran.
70
Bab 70: Kesalahan Yang Terkuak.
71
Bab 71 : Identitas Lea.
72
Bab 72 : Titik Terang.
73
Bab 73 : Satu Persatu Mulai Terkuak.
74
Bab 74 : Frans Kembali.
75
Bab 75 : Kebahagiaan Zenaya.
76
Bab 76 : Foto Masa Kecil.
77
Bab 77 : Segenggam Fakta.
78
Bab 78 : Keinginan dan Rencana Reagen.
79
Bab 79 : Kencan Manis.
80
Bab 80 : Persahabatan.
81
Bab 81 : Ikatan Batin.
82
Bab 82 : Kesedihan Seorang Ibu.
83
Bab 83 : Zenaya Mengetahui Segalanya
84
Bab 84 : (Tak ada) Akhir Kisah (SELESAI)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!