Moon In Darkness
Tak bisa dipungkiri jika dunia itu kejam bukan? Dunia yang hanya bisa ditinggali dengan nyaman jika kau "berkuasa", kau bisa melakukan segalanya. Jika tidak? Kau harus mengikuti cerita yang telah dibuat oleh orang lain.
Dunia yang dipenuhi banyak makhluk, terutama, manusia. Manusia, makhluk yang paling serakah, arogan, dan tak pernah bisa bersyukur dengan apa yang dia punya.
Selalu menginginkan yang terbaik dari yang terbaik, selalu menuntut sesuatu untuk menjadi miliknya sendiri, sebagian dari mereka juga suka sibuk dengan urusan orang lain, dan sebagian lagi sangat tak suka jika orang didekatnya mendapat sesuatu yang lebih besar dari apa yang dia miliki. Benar, mereka sangatlah egois.
Karena jumlah manusia semakin banyak dari tahun ke tahun, manusia mulai menerapkan sistem kuasa, sistem kasta, dan sistem harta. Mereka bahkan membuat dunia menerapkan hukum rimba, "Yang kuat selalu di atas, dan yang lemah akan selalu di bawah."
Para manusia selalu membagi diri dengan salah satu sistem, jika ada yang bisa memiliki ketiga sistem itu, mereka akan menjadi kaum "raja", yang memiliki salah satunya akan menjadi "rakyat". Sedangkan yang tak memiliki satupun sistem menjadi "kaum terlantar", terus begitu sampai sekarang. Ironis? Benar, itulah kenyataannya.
Dunia yang bagaikan medan perang dari balik layar, seperti sebuah permainan catur yang pasti dimainkan oleh dua orang, para penguasa yang berperang untuk menjadi yang paling sempurna, mereka akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya, baik itu membunuh, menyiksa, memaksa, bahkan mengorbankan.
Manusia, merupakan makhluk yang paling tinggi juga makhluk paling rendah, para manusia yang mengganggap dirinya hebat pasti akan melupakan penciptanya. Selalu menentang seseorang jika itu berbanding terbalik dengan keinginannya.
"Sebenarnya, untuk apa kita manusia diciptakan?" pertanyaan itu terus ditanyakan bahkan hingga sekarang.
Pada tanggal 31 Desember 2045, tepat pada malam tahun baru. Shanghai menjadi tempat yang sangat padat, semua hotel dipenuhi kaum raja yang berpesta hingga tengah malam.
Saat hotel, restoran dan tempat bersenang-senang lain di penuhi manusia, terdapat satu tempat lagi, sebuah gedung terbengkalai pinggir kota, tempat dimana beberapa orang menenangkan diri dan bersantai, menikmati malam tahun baru yang sangat meriah.
"Apa kau sudah selesai, Hans?" tanya seorang wanita yang pakaiannya telah berlumuran darah, dia adalah Sang Ratu Kegelapan, Kristina Haelly.
"Sudah beres Ketua, para tikus itu tak akan bisa membuat keributan lagi," seorang pria menyahut.
Pria itu berbadan tegap nan gagah, pakaiannya tak jauh beda dengan Kristina, sangat kotor, pria itu adalah Hans---tangan kanan sekaligus anak buah pertama yang mengikuti wanita itu.
"Ah, dasi kesayangan saya jadi berubah warna Ketua... " rengek Hans manja.
"Lalu aku harus apa? Jangan seperti anak kecil yang kehilangan permennya setelah melakukan hal itu." Kristina berjalan melewati tumpukan orang yang baru saja kehilangan nnyawanya
Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa panjang sambil menatap atap ruangan yang gelap dan rapuh.
"Para bajingan ini... Bagaimana mereka bersenang-senang dengan hal konyol seperti ini?" racau Kristina seraya menggoyangkan gelas wine yang dia dapat, tampaknya itu adalah gelas terakhir dari bos yang telah dia bunuh.
"Mungkin bagi mereka, menguras uang Negara adalah salah satu pekerjaan yang tak perlu memerlukan tenaga Ketua, lagipula... Pemerintah juga melakukan hal yang sama. " jawab Hans, lelaki itu membersihkan percikan darah pada kacamatanya, lalu berjalan mendekat ke arah sofa.
Wanita itu termenung, memikirkan semua hal yang baru saja dia lakukan seolah sedang menimbang apakah membunuh juga termaksud hal seperti ini.
"Baiklah, tutup mulutmu... aku tak pernah meminta jawabanmu," gadis itu berdecak kesal sambil menaruh gelas wine kosong itu di meja.
"Maafkan saya, apapun yang Anda inginkan Ketua... " lirih Hans, ia mencoba untuk menutup mulutnya setelah itu.
Sunyi, tak ada yang berani bicara dalam ruangan lenggang ini, semua anak buahnya yang baru selesai di lantai lain hanya diam menatap lantai dingin yang dipenuhi genangan merah segar berbau amis.
"Hans, " gumam Kristina menatap kosong langit yang dipenuhi suara tawa dari orang-orang di bawah mereka.
"Ya, Ketua?" Hans membalas dengan cepat.
"Tidakkah kau bosan? Maksudku... Aku butuh sesuatu yang baru, yang lebih seru dan diluar nalar, kurasa? Atau aku jadi cenayang saja ya... " Kristina mengatakannya datar sembari melirik gelas yang tadi ditaruhnya.
Hans merasa asing dengan ucapan yang belum pernah ia dengar itu, dia terkekeh pelan sembari memikirkan sesuatu yang mungkin akan terdengar seru untuk tuannya.
Pria itu mengangguk pelan sambil merogoh saku, "Mungkin ini bisa membuat Anda tertarik." ucapnya dan berjalan mendekat.
"Jangan mendekat lebih dari itu atau wajahmu akan aku pukul, menggelikan... " geram Kristina dengan wajah mengejek.
"Jika wajah komandan saja menggelikan bagaimana denganku?" batin seluruh anak buahnya merasa merinding, tampak mereka memikirkan hal yang sama persis.
Memang benar, bahwa wajah Hans memasuki kategori tampan, sangat tampan hingga dia bisa saja menerima berbagai tawaran untuk menjadi aktor ataupun model.
"Akan ada lelang di Kapal Ruby yang sedang bersiap di pelabuhan, kapal itu akan berangkat menuju Laut Barat." jelas Hans lalu memberi sebuah tiket kapal.
"Lelang...?" wanita itu mengangkat sebelah alisnya, seolah bertanya apakah jual beli terlihat menarik bagi pria ini?
"Saya juga mendengar kabar, jika barang yang akan dilelang adalah hasil temuan dari Dinasti Timur yang hilang," sambung lelaki itu tak mau kalah.
Setelah mendengar perkataan Hans, Kristina diam sejenak, dia berpikir mungkin Hans sudah gila.
"Kau bercanda? Dinasti yang hilang?" tanya Kristina meyakinkan.
Hans mengangguk senang, "Benar, sama seperti Negara Atlantis."
"... Kau tidak waras ya? Sepertinya kau terlalu banyak bekerja malam ini, cepat pulang dan beristirahat," ejek wanita itu muak.
"Ada yang mengatakan, mereka merasakan sebuah aura aneh dari salah satu benda kuno di dalamnya," jelas Hans lagi serius.
Kristina memejamkan mata dan seketika itu juga ia mulai tertawa terbahak-bahak.
"Kau tak serius untuk menjadikan aku cenayang kan? Hal ini sekarang menjadi sangat supranatural." Kristina merasa geli dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Aura ya... Dulu ayah juga mengatakan hal yang sama... " gumam Kristina sejenak.
Melihat respon ketuanya yang tampak antusias, lelaki itu tersenyum bangga.
"Jika Anda berkenan, saya telah menyiapkan tiket untuk acara Anda malam ini." ucap lelaki itu masih memegang tiketnya, berharap sang tuan mau menerimanya.
Kristina kembali termenung, menatap tiket itu ragu.
Tanpa menjawab perkataan Hans, dia mengambil tiket dan berdiri, memakai jasnya untuk bersiap pergi ke pelabuhan, tempat dimana Kapal Ruby---Kapal termegah akan berlayar.
"Saya telah menyiapkan helikopter untuk Anda Ketua," Hans berkata dengan penuh hormat dan hangat.
"Susul aku 15 menit lagi... " Sahut wanita itu mengacuhkan.
"Andai aku bukan orang yang peka seperti ini... " Kristina membatin, merasa tak nyaman.
Perasaan yang demikian tidak berarti baginya, karena perasaan itu sangat memuakkan dan hanya menjadi hal sia-sia. Cinta dan pernikahan sangatlah terlarang untuk hidupnya.
Sebelum menaiki helikopter, Kristina berbalik dan menatap Hans yang saat ini juga sedang menatapnya.
"Hans, jika aku mati apa yang akan kau lakukan?" tanya wanita itu tiba-tiba.
Hans terkejut bukan main ketika dia mendengar apa yang seharusnya tidak pernah ia dengar namun, dia masih berusaha untuk bersikap waras dan tenang walaupun perasaannya sekarang sangat gelisah.
"Saya... Akan membunuh orang itu, akan saya buat arwahnya memohon ampun pada Anda, akan saya buat semua orang yang memiliki hubungan dengannya menyesal karena sudah tahu bahwa orang itu hidup." Hans menggenggam kuat jemarinya.
Perkataan yang dingin bagai es itu membuat semua bawahannya bergidik ngeri, mereka tak berani mendongakkan kepala bahkan sangat berhati-hati dalam bernafas.
Wanita itu menatap Hans lega dan tersenyum kecil tanpa membalas pernyataan pria itu, dia menaiki helikopter dan berlalu pergi ke pelabuhan.
Lima menit setelahnya, semua orang masih diam di tempat. Tak ada satupun yang berani melangkah sebelum sang komandan memberi mereka perintah.
"Enyahlah, siapkan helikopter lagi, aku akan langsung menyusul!" titah pria itu menatap waspada langit yang mulai berawan.
"Ada yang tak beres, perasaanku tak enak... " gumam Hans kalang kabut, dia menatap satu persatu bawahannya dan dengan tiba-tiba menembak salah seorang dari mereka.
Semua orang yang tersisa terkejut melihat salah satu dari mereka tumbang dengan kepala berlubang, tak ada yang berani bergerak lagi.
Hans mendekati orang yang baru saja ia tembak, dilihatnya alis orang itu dan alisnya bersih, tak ada bekas luka. Hans dan para bawahannya terkejut, komandan mereka ternyata menemukan penyusup.
"Dia... Dia pasti bawahan pemerintah! Ada penyusup!" teriak salah satu pria memberi peringatan, semua orang yang tadi telah turun bergegas naik kembali, mereka tahu jika ada penyusup pastilah sangat komandan akan melakukan pembersihan.
"beraninya mereka mengirim tikus kemari...?" sang komandan geram dan berbalik saat melihat bawahannya telah berbaris rapi kembali.
Angin berdesir, menyapu semua rambut para lelaki di sana, terlihat jelas jika pada alis semua lelaki itu terdapat bekas luka jahit. Di tempat yang sama, ukuran yang sama, sebuah tanda agar mengetahui jika mereka adalah bagian dari organisasi.
"Tak bisa dibiarkan, lacak perekam suara itu dan kuliti mayatnya. Kirimkan pada mereka malam ini juga! Sisanya, siapkan helikopter dan ikut aku!" perintah Hans kesal.
TERIMA KASIH BANYAK PADA PARA PEMBACA, NANTIKAN TERUS KELANJUTAN KISAH INI YAA!
...•...
...•...
...•...
...•...
BONUS ILUSTRASI KRISTINA HAELLY
@CREDIT TO ORIGINAL ART
@CREDIT TO ORIGINAL ART
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Murni Dewita
hadir
2024-03-09
0
anggita
visualisasi tokoh Kristina.. 👍👌 oke lah..
2024-02-29
0
Yeonso
manteep ,semangat trus thorr!!
2022-09-11
1