Di sebuah mansion yang besar, terlihat seorang pria paruh baya sedang menyuruh pelayan untuk membangunkan putra bungsunya.
"Bangunkan Angkasa jika dalam 10 menit dia tidak turun ke bawah. Katakan padanya kalau saya akan menyita semua fasilitasnya!" titah Hendra Hanjaya.
Hendra Hanjaya adalah ayah sekaligus orang terkaya di kota B. Namun, di balik kekayaannya itu, dia mempunyai pitra yang hanya bisa menghamburkan uang. Meskipun mempunyai dua orang anak, Hendra tetap menginginkan Angkasa yang menggantikannya untung meneruskan bisnis keluarga.
Di dalam kamar, Angkasa masih tertidur pulas, semalam dia pulang dari pesta jam 2 pagi. Ketika mendengar suara ketukan pintu yang keras, membuat Angkasa menutup telinganya dengan bantal.
Namun, ketukan itu tidak berhenti, justru semakin keras.
"Hei, berisik!" teriak angkasa yang sudah tak tahan lagi.
"Maaf Tuan muda, saya hanya menjalankan perintah dati Tuan besar kalau dalam waktu 10 menit anda tidak turun di meja makan, maka semua fasilitas akan di cabut!" ungkap sang pelayan.
Mendengar ucapan fasilitas di cabut, langsung membuat mata Angkasa terbuka lebar. Dia segera turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.
Angkasa mandi dengan secepat kilat, selesai mengganti pakaian. Dia berlari turun ke lantai bawah. Di sana sudah ada sang Papa yang duduk di meja.
"Selamat pagi, Pa," sapa Angkasa.
"Semalam habis dari mana kamu sampai jam segini masih tidur!"
"Em ... nggak kemana-mana kok, Pa,"dusta Angkasa agar tak kena marah.
" Oh ya, Pa. Papa kok sudah pulang? Bukankah masih dua hari lagi?" Angkasa mencoba mengalihkan pembicaraan.
" Apa kamu tak suka Papa di rumah? " Hendra justru bertanya kembali.
Angkasa tersenyum kecut. " Bukan seperti itu, Angkasa hanya bertanya saja!"
Selesai makan, Hendra menyuruh Angkasa ikut Asisten Lim untuk mengecek pusat perbelanjaan mereka. Ingin rasanya dia kabur, tapi tak bisa karena Papanya sudah menyiapkan beberapa pengawal.
Angkasa paling tidak suka namanya bekerja, dia hanya hobi menghabiskan uang, main, dan berpesta. Padahal usianya kini sudah 28 tahun, di mana usia pria matang yang seharusnya sedang sibuk bekerja dan menikah. Namun, karena dia adalah putra kesayangan, mamanya selalu saja memanjakannya dan tidak memaksa Angkasa untuk bekerja jika dia tak mau. Toh, harta keluarga mereka tak akan habis hanya karena Angkasa tak mau bekerja.
Tapi, sebulan yang lalu Mama Angkasa telah berpulang. Jadi, Hendra sudah bisa leluasa memaksa Angkasa untuk bekerja.
"Mari, Tuan muda," Asisten Lim mempersilahkan Angkasa untuk naik ke dalam mobil.
...****...
Di tempat lain, terlihat seorang gadis kecil baru saja terbangun dari tidurnya. Menyadari kalau Arsy telah bangun, membuat Jingga segera menghampirinya.
"Wah, Tuan putri sudah bangun?" ujar Jingga yang langsung menggendong Arsy.
Arsy mengangguk seraya mengucek matanya.
"Mami cama Daddy mana, MaNgga?" tanyanya yang seketika mencari Elia dan Simon.
"Mami sama Daddy lagi pergi sayang, jawab Jingga
" Pelgi kemana? Kok Acy gak di ajak? "tanyanya.
" Em, gini ... Arsy katanya kemarin pengen punya adik baby kan? " Jingga mencoba untuk mengingatkan kembali apa yang di katakan Arsy kalau dia ingin punya adik bayi.
Arsy mengangguk karena dia ingin punya adik bayi seperti bayi lucu yang Ia jumpa di acara pernikahan Elia dan Simon kemarin.
" Nah, sekarang Mami sama Daddy sedang pergi ke suatu tempat untuk memberikan Arsy adik bayi."
Arsy terdiam, dia mencoba untuk mencerna ucapan Jingga.
"Tapi, Kenapa Acy gak di ajak? Kan Acy juga pengen lihat adik bayinya," ujar Arsy dengan polosnya.
Jingga tersenyum saat mendengar perkataan Arsy.
"Adik bayinya sekarang belum ada sayang, masih proses. Dan ... Kalau kakak Arsy ikut, nanti adik bayinya gak jadi, gimana? Arsy mau?"
Arsy menggeleng.
"Nah, kalau gitu Arsy di rumah saja sama MaNgga. Nanti kita jalan-jalan se___puasnya mau?" tawar Jingga.
"Mau... Mau.." seru Arsy yang sudah mulai kegirangan karena ingin dia ajak bermain sepuasnya.
Jingga tersenyum dan mencium Arsy karena gemas.
Semoga aja Lo top cer ya Mon ... Biar keinginan Arsy bisa cepat terwujud! Batin Jingga.
Selepas itu, Jingga memandikan, dan mendandani Arsy karena meraka berdua akan pergi jalan-jalan. Ketika baru saja keluar dari rumah, mereka sudah berpapasan dengan Rigel, Hana dan juga Jonathan.
Jingga menghentikan langkahnya ketika melihat mereka datang.
"Rigel!" lirih Jingga.
"Kalian mau pergi ke mana?" tanya Rigel.
"Oh, kita mau pergi jalan-jalan. Kalau kalian___"
"Papa sama mamaku pengen ketemu Arsy boleh, kan?"
Jingga menoleh ke Arsy yang masih berada dalam gendongannya.
Arsy mengangguk. Beberapa hari yang lalu, Elia mengatakan kalau ada papanya datang dan ingin bertemu dengan Arsy, dia harus menyambutnya dengan baik. Karena Papa juga sama dengan Mami dan Daddy sayang sama Arsy.
Arsy turun dari gendongan Jingga dan berlari memeluk Rigel. Melihat Arsy mau berlari ke arahnya, membuat Rigel merasa sangat bahagia. Dia membalas pelukan hangat putri kecilnya itu.
"Arsy Papa minta maaf ya, karena pernah buat Arsy takut. Tapi, Papa janji tidak akan mengulanginya lagi."
Arsy melepaskan pelukannya dan menyodorkan jari kelingkingnya. "Janji!"
Rigel pun menautkan jari kelingkingnya. "Janji!"
Arsy dan Rigel sama-sama tersenyum. Sedangkan Jo dan Hana tanpa terasa sudah meneteskan air matanya. Dia sangat terharu melihat Rigel sudah bisa berdamai dengan putri kecilnya.
"Oh, Ya Arsy ... Itu ada Opa datang. Arsy mau kenalan?" Rigel memperkenalkan Jo kepada Arsy.
Arsy berjalan menghampiri Jo dan Hana. Lalu dia menyalami mereka satu-satu.
"Halo Opa, Oma," sapa Arsy dengan tersenyum.
"Halo sayang. Opa boleh peluk Arsy?"
Arsy membentangkan tangannya, kemudian Jo segera merendahkan tubuhnya lalu memeluk cucunya itu. Dari dulu, Jo sangat menginginkan anak perempuan, tapi Hana tak bisa hamil lagi. Dan sekarang dia sudah bisa memiliki cucu perempuan.
Bertemu dengan Arsy, seakan membuat Jo merasa bahwa Tuhan menjawab doanya dulu. Jika dia tak bisa memiliki anak perempuan, dia ingin memiliki cucu perempuan yang sangat cantik dan imut.
Selesai berkenalan. Akhirnya mereka memutuskan untuk jalan-jalan bersama. Awalnya Jingga ingin memberikan waktu agar Rigel bisa leluasa bermain dengan putrinya, tapi Arsy merengek agar Jingga ikut. Jadi, terpaksa dia ikut. Padahal Jingga sangat malas sekali jalan bersama Rigel dan orang tuanya.
Entah kenapa, Arsy justru langsung lengket dengan Jo. Sampai di dalam mobil, Aray duduk dalam pangkuannya. Begitupun dengan Jo yang terlihat begitu bahagia bercanda dengan Arsy.
"Elia kemana, Jing?"
"Pergi bulan madu."
"Oh ya? Terus Arsy kenapa ___"
"Oh soal itu, Aku memang yang melarang untuk mereka membawa Arsy. Biarkan mereka bisa menikmati waktu berdua tanpa Arsy, karena selama ini Arsy selalu menjadi prioritas utama bagi mereka."
"Berapa hari?"
"Hanya tiga hari kok."
"Oh."
Rigel tak berani banyak tanya lagi. Tapi, setidaknya dia bisa leluasa bermain dengan Arsy hari ini.
...****************...
Jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya ya...
Klik Favorit juga biar tahu kalau nobel ini sudah up.
Mohon maaf sekali upnya telat karena ada kejadian tak terduga. In sya Allah mulai besok akan di usahakan sesuai Jadwal up jam 10 pagi. Kalau bisa lebih ya di tambah😁
Oh ya, buat pembaca baru, harus baca novel pendahulunya biar paham alur ceritanya oke. Judulnya berbagi Cinta: Aku tak. Mau dimadu.
Buat pembaca lama, terima kasih sudah setia menunggu, dan lunas sudah Arsy ketemu sama opanya.
Buat visual Jingga juga author ganti karena sepertinya ini lebih cocok dari yang kemarin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Salma Suku
mampir lagi thor
2023-02-07
0
Lui Sian
hebat
2022-05-12
0
Srii Sulanjarini
pantas aja AQ dari awal bingung baca ceritanya 😀😀...ya udah Thor tak mampir dulu di sebelum ya 😀😀🙏
2022-03-20
0