Ting!
Bunyi pesan masuk terdengar dari ponsel Mila.
"Ya, ampun. Baru juga nyampe udah harus balik lagi ke Jepang." Mila menepuk jidatnya.
"Kenapa, Ma?" tanya Kenzo.
"Oma kamu rewel, Ken. Nyariin mama sama papa. Oma ngancem mogok makan kalau kami nggak pulang," jelas Mila.
"Udah, biarin aja, Ma." Takeshi bersikap santai.
"Biarin gimana? Mama Maori nggak pernah main - main, Pa." Mila melakukan pemesanan tiket ke Jepang lewat aplikasi ponselnya. Mereka akan berangkat malam ini juga.
"Jadi, mama sama papa mau balik sekarang?" tanya Kenzo.
"Iya, Sayang. Mama takut oma kenapa-napa. Pasti ada yang dia khawatirkan saat ini." Mila berdiri untuk membereskan barangnya di kamar.
"Aku gini aja ya, Ma. Nggak usah ganti baju, ya." Takeshi enggan beranjak dari duduknya.
"Terserah Papa!" Mila berlalu dari hadapan mereka.
"Al! Aal!" panggil Kenzo.
Almahyra sedang membuat kue di dapur saat itu.
"Iya, Paman. Sebentar! Ini sudah mau selesai," sahut Almahyra.
Almahyra membawa nampan berisi minuman dan kue buatannya.
"Mama sama Papa mau kemana?" Almahyra terkejut melihat mertuanya membawa koper dan bersiap untuk pergi.
"Kami harus kembali ke Jepang, Al. Oma kamu rewel. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Seringlah mengabari mama," Mila memeluk Almahyra.
"Pasti, Ma. Mama, Papa hati - hati. Salam buat Oma Maori."
Mila mengangguk.
"Jangan sering begadang, Al. Wajah kamu terlihat pucat." Mila mengusap kepala Almahyra.
"Iya, Ma. Kadang kepala Al terasa pusing kalau kurang tidur."
"Ya, sudah. Kamu segera istirahat. Mama sama papa pamit dulu." Mila melepaskan pelukannya. Mila tahu Kenzo pasti sering mengganggu tidurnya setelah mereka menikah.
"Ken, jaga Al baik - baik. Hati - hati, jangan sampai Mona menyakiti menantu kesayangan mama," ucap Mila sebelum berlalu.
"Pasti, Ma!" jawab Kenzo yakin.
Almahyra mengantarkan mereka hingga ke depan pintu.
"Auww!" Almahyra meringis menahan perutnya yang terasa nyeri.
"Kenapa, Al?" tanya Kenzo khawatir melihat wajah Almahyra yang tampak pucat.
"Perutku terasa nyeri Paman. Mungkin mau datang bulan. Udah telat lama banget soalnya," ucap Almahyra sambil mendesis menahan nyeri. Tangannya terus memegangi perutnya.
"Telat? Apa mungkin kamu hamil, Al?" Kenzo menatap lekat istrinya. Dia ingat setelah mereka menikah Almahyra baru datang bulan sekali. Itu pun sudah lama.
"Hamil?"
Deg.
Almahyra tiba - tiba merasa takut. Tapi kehamilannya bukanlah aib. Dia dan Kenzo sudah menikah.
"Jangan takut, Al! Kita akan menghadapinya bersama-sama. Aku sudah lama mendambakan seorang anak." Kenzo tersenyum senang meski kabar ini belum pasti.
"Aku... aku... aku takut kak Mona mengetahuinya." Almahyra menunduk. Dia seharusnya memikirkan hal ini sebelum memutuskan untuk menikah.
"Sudah, jangan takut. Mona sudah sangat keterlaluan. Aku nggak tahu berapa lama lagi hubungan kami bisa bertahan."
Kenzo sebenarnya bisa saja menceraikan Mona setelah pertengkaran mereka beberapa waktu lalu. Tapi sifatnya yang lembut membuatnya tidak bisa menyakiti hati wanita yang sudah lima tahun menemaninya itu. Sekarang dia terlibat dalam pilihan yang sulit. Kenzo mencintai Almahyra namun juga tidak bisa mencampakkan Mona begitu saja.
Almahyra memesan testpack secara online. Kurir datang tidak lama setelah dia membuat pesanan. Hatinya harap-harap cemas menanti hasil kerja alat yang dia pesan.
"Siapa, Al?" tanya Kenzo ketika melihat Almahyra membawa sebuah kantong kecil.
"Kurir, Paman. Em, tadi aku memesan testpack," ucap Almahyra malu-malu.
"Baru saja aku memikirkannya, Al. Ayo, Al! Aku sudah nggak sabar." Kenzo menjalankan kursi rodanya menuju ke kamarnya.
"Sekarang, Paman?" Almahyra mengikuti Kenzo di belakang.
"Iyalah! Ini!" Kenzo memberikan sebuah vas kecil yang tidak terpakai.
"Hmm." Almahyra mengerti maksud Kenzo. Vas itu gunanya untuk menampung urine dan mencelupkan testpack.
Kenzo tidak sabar menunggu Almahyra keluar dari kamar mandi. Dia terus melihat ke arah pintu kamar mandi.
"Bagaimana, Al?" tanya Kenzo setelah melihat Almahyra keluar.
Almahyra tidak menjawab. Dia hanya menyodorkan testpack yang selesai dia pakai. Kenzo menerima testpack itu dan membaca hasilnya. Garis dua. Matanya membulat sempurna.
"Terima kasih, Al! Aku akan menjadi seorang ayah. Terima kasih, Al. Aku mencintaimu!" Kenzo menarik Almahyra hingga terduduk dipangkuannya. Dia memeluk erat Almahyra dan menghujaninya dengan ciuman. Kenzo sangat bahagia.
"Aku juga mencintaimu, Paman." Almahyra mencoba berdamai dengan kecemasannya. Dia tidak tahu berapa lama bisa menyembunyikan kehamilannya dari orang-orang di sekitarnya.
•••••
Almahyra menyimpan susu hamil dan beberapa vitamin di kamarnya. Kenzo sangat bersemangat memperhatikan kehamilan Almahyra. Dia memesan secara pribadi suplemen terbaik untuk mendukung kesehatan Almahyra dan calon anaknya.
Beruntung Almahyra tidak mengalami morning sickness yang berarti. Dia hanya mengalami pusing secara tiba-tiba dan sering mengantuk. Seperti hari ini, kepalanya terasa pusing dan membuatnya tidak bisa bangun pagi. Dia kembali tidur setelah selesai sholat subuh.
Malam ini, Almahyra ingin tidur lebih awal. Setelah selesai makan malam dan minum susu dia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Dia tersenyum sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Tokk... Tokk... Tokkk...
"Al! Apa kamu sudah tidur? Boleh aku masuk? Aku mau pinjam charger!" teriak Mona dari luar kamar.
Tanpa menunggu persetujuan dari Almahyra, Mona langsung menyelonong masuk. Mona tahu di mana Almahyra menyimpan chargernya karena dia sudah beberapa kali meminjamnya.
Deg.
Jantung Almahyra berdetak kencang. Hal yang tidak dia inginkan akhirnya terjadi juga. Wajahnya pucat pasi ketika melihat Mona membuka laci tempat dia menyimpan chargernya. Pasalnya dia juga menyimpan testpack miliknya di sana.
"Al, ini milik siapa?" Mona mengangkat testpack yang dia temukan.
Almahyra terdiam. Dia tidak berani menatap wajah Mona.
"Kamu hamil, hmm? Jawab Al!" bentak Mona.
Almahyra masih tak berkutik.
Pandangan Mona beralih pada beberapa kotak susu hamil merk ternama dengan berbagai varian rasa yang berjajar rapi di atas meja. Di sana juga ada sebuah termos air panas berukuran kecil.
"Astaga, aku nggak nyangka jika tingkah kamu nggak sepolos wajahmu, Al." Mona berjalan mendekati Almahyra.
"Apa jadinya jika Ken tahu hal ini? Katakan siapa yang menghamilimu? Kamu harus minta pertanggungjawaban sebelum perutmu membesar!" suara Mona terdengar hingga ke seluruh penjuru rumah.
Almahyra mulai terisak.
"Kamu nggak sayang sama wajah cantik kamu, Al. Bisa-bisanya kamu berperilaku seperti seorang pelac*r. Katakan, siapa yang sudah menghamilimu!" Mona terlihat semakin emosi melihat Almahyra yang terus terdiam.
"Lihat aku, Al!" Mona mencengkeram dagu Almahyra.
"Maaf, Kak Mona," ucap Almahyra lirih.
"Apa kamu bilang, maaf? Kamu sangat memalukan, Al. Bagaimana bisa Ken memelihara gadis liar sepertimu. Aku nggak habis pikir kenapa kamu bisa sebinal itu. Harusnya dulu Ken nggak usah memungutmu. Gadis murahan!" dengan kasar Mona melepaskan cengkramannya meninggalkan bekas kemerahan di wajah Almahyra.
"Ada apa ini?" Kenzo muncul dan menggerakkan kursi rodanya mendekati Mona.
"Lihat Ken, anak kampung sok lugu yang kamu pungut dari air bah ini hamil tanpa suami! Mungkin otaknya sudah hanyut di telan tsunami sampai-sampai dia tidak berpikir panjang sebelum berbuat di luar batas." Mona menunjuk wajah Almahyra di hadapan Kenzo.
"Kamu jangan asal bicara, Mona!" Kenzo tak terima.
"Apa kamu bilang? Asal bicara? Lihat ini, Ken! Ini! Ini! Juga ini!" Mona berjalan mengambil testpack, susu hamil, dan termos sambil melemparkannya ke lantai.
Kenzo dan Almahyra saling pandang.
"Kamu masih ingin membelanya, Ken?" Mona berdiri di hadapan Kenzo.
"Iya!" jawab Kenzo membuat Mona membelalakan matanya tak percaya.
"What? Jadi kamu bangga dipermalukan olehnya?" Mona menggeleng sambil menunjuk muka Almahyra.
"Dia nggak melakukan hal yang salah. Al, hamil dengan suaminya," ucap Kenzo datar.
"Suami? Suami yang mana? Aku nggak pernah melihat Al sekalipun membawa seorang laki-laki kemari." Mona melipat tangannya di dada.
"Kapan kamu memperhatikan Al? Suami sendiri saja nggak pernah kamu urus." ucapan Kenzo telak mengena Mona.
Mona terdiam. 'Sial! Kenapa Ken kembali membahas masalah di antara kami. Aku nggak boleh mengalah.' Mona bermonolog dalam hati.
"Apa itu benar, Al? Kalau kamu punya suami, kenapa kamu masih betah menumpang di sini?" tanya Mona ketus.
Kenzo sudah tidak tahan dengan sikap kasar Mona. Dia terus saja memojokkan Almahyra.
"Karena aku suaminya." akhirnya Kenzo berkata jujur.
Mona merasa shok dengan jawaban Kenzo. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Nggak! Nggak mungkin! Kamu bohong kan Ken?" Mona meletakkan kedua tangannya di sandaran lengan kursi roda. Posisi Mona dan Kenzo sangat dekat.
"Aku nggak bohong, Mona. Aku menikahi Al di Aceh." Kenzo kembali mengungkapkan fakta yang membuat Mona semakin emosi.
"Kalian berdua penghianat!" Mona bangkit dan menghampiri Almahyra.
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Almahyra.
"Hentikan, Mona! Aku akan menuntutmu jika kamu menganiaya istriku!"
"Aku nggak peduli!" teriak Mona yang masih di kuasai emosi.
Mona kembali berbuat kasar. Dia menarik rambut panjang Almahyra lalu mendorongnya hingga kepalanya terbentur tembok. Almahyra diam tak membalas.
"Jangan gila, Mona! Hentikan!" teriak Kenzo.
"Kamu yang gila Ken! Dasar laki-laki brengsek! Sudah lumpuh dan tak berguna masih saja berbuat hal memalukan. Aku benci kalian!" Mona berteriak sambil menangis.
"Apa otakmu juga ikut lumpuh, Ken? Beraninya kamu bermain di belakangku. Aku kecewa pada kalian. Pasangan menyedihkan. Yang satu lumpuh, yang satu nggak tahu diri. Benar-benar serasi!"
Setelah puas mengeluarkan hinaan dan caciannya Mona pergi dari kamar Almahyra. Tak lama kemudian terdengar suara deru mobil dari luar rumah. Sudah pasti itu Mona yang pergi meninggalkan rumah Kenzo.
Suasana kamar menjadi hening. Kenzo mendekati Almahyra yang masih berdiri menempel di tembok. Penampilannya sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan dan pipinya memerah akibat tamparan Mona.
"Maafkan aku, Al. Nggak seharusnya aku menempatkanmu dalam suasana yang sulit. Aku terlalu egois, Al. Seharusnya aku menceraikan Mona terlebih dahulu baru menikahimu. Aku terlalu bodoh menganggap perceraian itu sebuah hal yang tabu. Maafkan aku, Al." Kenzo sangat merasa bersalah.
"Semua sudah terjadi, Paman. Aku ikhlas menerima konsekuensi dari apa yang kita lakukan."
"Terima kasih, Al. Aku benar-benar menyesal mempertahankan Mona. Dia sangat kasar dan arogan. Percuma aku berharap dia bisa berubah. Aku pikir dia bisa berubah setelah kami menikah. Nggak seharusnya aku menikahi seorang wanita yang sedari dulu tidak pernah menghargaiku."
"Jangan sesali takdir, Paman. Kalau aku bisa memilih, aku pun ingin orang tuaku tetap hidup... " Almahyra tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
"Sudah malam, tidurlah. Aku akan menemanimu di sini." Kenzo tidak mau lagi membahas sesuatu yang membuat mereka bersedih. Dia tidak ingin Almahyra mengalami stres berlebihan.
Almahyra menurut. Kepala bertambah pusing. Dia berharap kondisinya akan membaik setelah beristirahat. Belaian lembut Kenzo membuatnya merasa tenang. Hanya butuh waktu singkat dia terlelap dalam tidurnya.
Tak ingin mengganggu tidur Almahyra, Kenzo pun ikut terlelap di sampingnya.
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sunarti
Mona yg membingungkan di suruh hamil gak mw tra tau Al hamil dng Kenzo gak terima ya bagus lah dari pada keduanya berzina
2023-01-15
1
Rahmat Uja
aqu ga suk kalo adegan nya trlalu gampang d tindas begini
2022-02-14
1
bunda fz
semangat
2021-12-25
1