Tiba-tiba Alisha muncul, wanita paruh baya itu melempar senyum ke arah Lyn. “Eh, ada Lyn. Kamu bawa makanan apa itu?”
“Sini, Bu. Makan bareng Luth,” ucap Lyn sambil menarik kursi untuk Alisha.
“Waah. Enak ini.” Alisha ikut menyantap makanan itu setelah Lyn mengambilkan piring dan sendok untuknya.
Lyn senang sekali melihat Alisha tampak lahap. “Makasih ya, Lyn, kamu sering banget nganterin makanan ke sini. Ibu jadi nggak enak. Kamu juga sering bantuin ibu menyapu halaman, jemurin baju cucian ibu, dan beresin rumah.”
Luth menatap Alisha heran. “Emangnya Lyn sering mengerjakan pekerjaan itu, Bu?”
“Pas kamu pergi kerja, Lyn sering ke rumah bantuin Ibu,” jawab Alisha, kemudian ia menjelaskan bagaimana Lyn sering datang hanya sekedar mengantar bakwan, kemudian memijit kakinya, juga mengajaknya bercanda.
Luth tidak begitu merespon. Pria itu menghabiskan makannya, kemudian mencuci tangan.
“Luth, itu mulutnya belepotan,” ucap Lyn membuat Luth menoleh ke arah cermin, ia mendapati sebutir nasi di area mulutnya. Segera Luth mengelapnya dengan tisu.
Sebenarnya Lyn ingin menjulurkan tangan dan mengelap mulut Luth, pasti jantungnya berdebar-debar saat tangannya menyentuh wajah pria itu, tapi ia malu melakukannya di depan Alisha, takut langsung dianggap mantu. Momen itu entah kapan akan terlaksana.
Hanya dengan duduk di jarak sedekat ini saja, perasaan Lyn sudah tak menentu. Hatinya seperti tersengat listrik.
Tak lama dua orang menyembul masuk. Tak lain Khadijjah, kakaknya Luth. Ia datang bersama dengan suaminya. Wanita itu mengenakan dress merah, sepatu high heels, tas brandeed dan dandanan wajahnya yang berkelas. Setelah dua tahun menikah, sosok Khadijjah yang dulu selalu tampil sederhana karena tidak ada modal untuk perawatan, setelah menikah dengan seorang manager, ia kini tampil elit. Ia sudah mengenal perawatan, belanja online, style, dan model pakaian kekinian.
“Pagi, Bu!” sapa Khadijjah, gadis yang sering dipanggil dengan nama singkat Dija. Gadis itu menyalami dan mencium punggung tangan ibunya. Inilah tata karma yang selalu diajarkan Alisha pada anak-anaknya, untuk selalu menghormati orang tua dengan melakukan ritual salim tangan.
Ishaq, suami Khadijjah turut menyalimi tangan mertuanya, “Pagi, Bu!’
“Pagi semuanya. Senang sekali kalian datang. Ayo, makan!” ajak Alisha.
“Udah makan, Bu,” jawab Khadijjah.
Ishaq melangkah ke depan. Duduk di ruang tamu. Ia memberi waktu untuk istrinya bernostalgia dengan keluarganya.
Tatapan mata Khadijjah tertuju ke arah Luth. “Kamu udah baikan, Luth?”
Luth mengangguk, tanpa mengeluarkan suara.
“Kenapa kamu nggak datang pas Luth kecelakaan? Padahal ibu menunggu-nunggu kamu. Apa kamu nggak khawatir sama Luth?” tanya Alisha.
“Sekarang kan aku udah datang, Bu. Lagian Luth baik-baik aja kan? Ya udahlah. Trus biaya rumah sakit Luth udah ditangani kan? Kalau nggak ada uang, ibu jual aja barang-barang apa aja di rumah ini. Aku lagi banyak keperluan, Bu. Soalnya aku sama Mas Ishaq juga barusan beli rumah baru. Jadi tabungan kami habis. Belum lagi buat bayar cicilan rumahnya setiap bulan.”
Lyn terperangah mendengar untaian kata yang diucapkan Khadijjah. Lah, yang nanyain soal keuangan siapa? Khadijjah seperti takut keuangannya disenggol untuk pengobatan Luth. Sayangnya Lyn bukan siapa-siapa di sana, ia tidak memiliki hak untuk angkat bicara. Ia hanya menyaksikan saja drama keluarga yang membuat hatinya geram sekali. Seketika itu Lyn berharap bisa menjadi bagian keluarga Luth, sosok pria yang sangat dia cintai.
“Kak Dija, tolong jangan bahas materi. Bukan itu yang ibu mau. Aku bisa mengatasi masalahku di sini, jangan cemas kalau hanya untuk urusan pengobatanku. Jangan kakak nggak mau datang menjengukku hanya karena takut disinggung soal materi,” sergah Luth dengan nada bicara yang dingin, kemudian pria itu berlalu sambil mengangkat ember berisi pakaian yang akan dijemur di luar.
Khadijjah memalingkan muka. Duduk di kursi dengan ekspresi malas.
BERSAMBUNG
KLIK LIKE dulu sebelum next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Susi Andriani
beuh masih juga suami manager
2022-11-05
0
Arya Al-Qomari@AJK
wah Khadijah persis kayak ipar q. klo dimintai iuran buat pengobatan BPK mertua q (BPK kndg ipar) banyak alasan tp klo soal warisan gk mau ngalah pengen dinomor satukan
2022-10-23
0
Ulfa Riady
duuuh dijah diluar ekspektasi...kirain penyayang..belum apa"udh ketakutan gitu
2022-07-20
0