Hari Terburuk

Siang hari cuaca nampak sangat terik dari biasanya, banyak orang yang keluar rumah untuk berjalan-jalan tanpa takut hujan akan turun dan menganggu aktivitas mereka.

Sama halnya dengan salah satu pria yang sedang berdiri tepat saat matahari sedang berada di puncaknya.

Galvin terdiam di tempat sambil memandang bunga-bunga yang di jual di salah satu toko yang berada di pusat ibukota.

Bunga itu sangat amat banyak, membuat lelaki dingin tersebut dilanda kebingungan yang amat dalam.

Mata tajamnya melirik lirik kelopak bunga yang berwarna-warni.

Seumur hidupnya Galvin tidak pernah pergi ke toko bunga, dan kali ini entah apa yang merasuki dirinya hingga sekarang pria itu termangu di depan toko yang bertuliskan DIYARI FLOWERS.

Cukup lama Galvin berdiri disana, hingga mengundang kemunculan seorang perempuan yang tak lain adalah pemilik toko tersebut.

Perempuan itu keluar dan menghampiri si pelanggan, di sambutnya Galvin dengan sangat ramah.

"Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Ucapnya.

Lamunan Galvin buyar seketika, matanya langsung menoleh para si penjaga toko lalu beralih lagi menata bunga-bunga didepannya.

"Aku..... Ingin membeli bunga" Jawab Galvin datar.

"Ohh... Kalau begitu bunga jenis apa yang sedang tuan cari?" Tanyanya lagi.

Galvin membisu saat mendapat pertanyaan itu, jujur tak tahu bunga apa yang pantas untuk ia beli dalam situasi seperti ini.

Galvin tak pernah membayangkan akan melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan, tetapi untuk sekarang hatinya mendadak mendesak Galvin.

"Aku.... Tidak tahu"

Ucapan Galvin membuat si pemilik toko menatap aneh ke arahnya, sikap Galvin saat ini membuat pria tampan itu nampak bodoh rasanya.

"Kalau boleh saya tau Tuan ingin membeli bunga untuk apa? Apakah untuk istri Anda?"

Galvin menoleh lagi dan membenarkan pertanyaan wanita berbaju biru itu.

"Iya"

"Kalau boleh saya tahu lagi untuk acara apa, Tuan? Biar saya pilihkan bunga yang cocok" Tanya perempuan tersebut dengan sabar.

"Bu-bunga apa... Yang cocok... U-untuk ulang tahun?" Ujar Galvin terbata-bata.

"Oh untuk ulang tahun istri anda? Kalau begitu bunga yang paling cocok adalah bunga mawar, tuan. Biar saya ambilkan ya" Diambilnya beberapa tangkai bunga merah disana untuk diperlihatkan kepada pengunjung tersebut.

"Ini Tuan, bagaimana? Apakah anda mau? Jika mau akan saya buatkan bucket yang cantik khusus untuk ulang tahun istri anda"

Galvin memandang bunga mawar itu dengan tatapan datar, namun hatinya justru berdegup dengan kencang tak karuan.

Haruskah ia melakukan ini??

"Tuan?"

"Hah?? A-apa??"

"Bagaimana Tuan? Mau saya buatkan bucket nya?" Tanyanya sekali lagi.

"Emm.... I-iya, tolong buatkan yang paling bagus"

"Baik Tuan, mohon tunggu sebentar ya" Wanita itu pun masuk ke dalam toko meninggalkan Galvin yang masih termangu di luar sana.

***

Setelah selesai membeli se bucket bunga mawar yang indah Galvin kembali masuk ke dalam mobil didampingi oleh asistennya yang baru saja makan siang saat Galvin pergi ke toko bunga tadi.

Martin melajukan mobil itu dengan tenang, ia melirik ke arah kaca mobil menatap Galvin yang setia memegang erat bunga di tangannya.

"Apa anda ingin ke suatu tempat terlebih dahulu, Tuan?"

"Ya, tolong antar aku ke cafe Marisa.

Tapi... Parkirkan mobilnya dari jauh, aku tak ingin dia mengetahui jika aku berkunjung ke sana" Pinta Galvin.

"Baik, Tuan" Kendaraan hitam mengkilap itu pun melesat ke arah cafe milik Marisa berada.

Hanya membutuhkan waktu lima menit mobil Galvin sudah terparkir di sebrang cafe Marisa, dari kejauhan Galvin bisa melihat cafe sang istri yang dikerumuni banyak pembeli.

Lelaki itu mengernyit kedua alisnya.

"Kenapa pembelinya banyak sekali? Apakah memang setiap hari seperti ini?" Gumam Galvin merasa aneh.

"Sepertinya tidak mungkin jika pembelinya sebanyak ini setiap hari, Tuan. Mungkin saja Nona Marisa sedang mengadakan diskon atau sesuatu yang membuat para pengunjung tertarik untuk membeli" Jelas Martin menduga-duga.

Galvin terdiam kembali sambil terus menatap cafe Marisa dari jauh, tangannya semakin kuat menggengam bucket bunga yang ia pegang.

"Apakah anda ingin saya kesana, Tuan?" Tanya Martin seakan mengetahui apa yang dipikirkan atasannya.

"Iya, cari tahu apa yang terjadi disana. Dan jangan sampai Marisa melihat dirimu!" Perintah Galvin yang langsung dianggukki oleh sang asisten.

"Baik, Tuan"

Dengan penuh kewaspadaan Martin memasuki cafe tersebut yang sangat berdesakan hingga membuat nafasnya sesak.

Matanya terus mengawasi kalau-kalau istri boss nya ada disana, Martin mulai mengantri seolah-olah dirinya adalah seorang pembeli biasa. Dilihat cafe memang sangat ramai dan hampir semua orang menempati meja makan yang tersedia.

Sampai dimana ia mulai memesan beberapa makanan yang menjadi menu utama di cafe ini.

"Silahkan, Tuan" Ucap pegawai itu sambil menyodorkan kantung makanan.

"Terimakasih, berapa harganya??"

"Tidak perlu bayar Tuan, khusus hari ini semua pesanan gratis"

"Apa??"

***

"Bagaimana? Apa tidak ada yang terjadi disana?" Tanya Galvin ketika Martin baru saja masuk ke dalam mobilnya.

"Hari ini cafe Nona Marisa menjual semua makanan secara gratis Tuan, maka dari itu hari ini cafe sangat banyak pengunjung" Jelasnya.

Mata Galvin menyipit mendengar penjelasan Martin, otaknya belum bisa mencerna alasan kenapa Marisa menjual semua menu cafe nya secara cuma-cuma.

"Gratis? Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Dari informasi yang saya dapat dari salah satu pegawai tadi, ada seorang lelaki yang mentraktir semua pengunjung cafe dikarenakan hari ini adalah hari ulang tahun Nona Marisa"

Deg!

Seakan di jatuhkan dari tebing yang tinggi seketika jantung Galvin serasa berhenti berdetak.

Bunga yang tadinya berdiri dengan tegak tiba-tiba saja jatuh di pangkuan Galvin.

Bola matanya pun mendadak kosong tak berarah, Martin yang mengetahui perubahan mimik wajah Galvin hanya bisa terdiam membisu.

Seorang lelaki? Siapa sebenarnya lelaki yang rela membuat hal seperti ini demi merayakan ulang tahun istrinya? Apakah dia kenal dengan lelaki tersebut? Selama ini Galvin tak pernah melihat gerak-gerik Marisa hingga sekarang Galvin tak tahu siapa saja orang-orang yang dekat dengan istrinya.

Pandangan Galvin beralih ke luar jendela tepatnya ke arah cafe Marisa, ada rasa yang aneh di dalam hatinya. Galvin sendiri tidak tahu apa itu, yang jelas semangat nya kian memudar.

"Kita kembali ke kantor" Perintah Galvin.

"Sekarang Tuan?" Tanya Martin memastikan.

"Hmm.... "

Mobil pun pergi meninggalkan keramaian kota menembus kepadatan jalanan yang ditengah teriknya matahari.

Di setiap perjalan Galvin nampak terus melamun sambil memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong.

Tak ada orang yang tahu apa yang tengah dipikirkan oleh pria itu, yang jelas hari ini adalah hari terburuk baginya.

Terpopuler

Comments

cinta

cinta

rasain maka nya jgn egois jd laki

2025-05-03

0

Enjelika Sidabutar

Enjelika Sidabutar

cemas ko kan galvinnnn

2025-04-25

0

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

Halah. makanya punya istri jangan dianggurin nanti diambil orang buru tau rasa

2024-01-16

1

lihat semua
Episodes
1 Delapan Tahun
2 Tak Pernah Menoleh
3 Mengharapkannya
4 Kejutan
5 Hari Terburuk
6 Sahabat Sejati
7 Kedatangan Marisa
8 Devano
9 Cemas
10 Interaksi
11 Salah Paham Lagi
12 Mendambakan
13 Kasihan Mamah
14 Mencari Tahu
15 Mertua
16 Jatuh Terlalu Dalam
17 Tidak Pulang
18 Pesta
19 Pesta (2)
20 Pesta (3)
21 Tindakan
22 Ingin Pisah
23 Rencana
24 Pergi?
25 Panik
26 Jangan Mengusiknya Lagi
27 Datang
28 Mengganggu
29 Ayok Tidur Bersama!
30 Ingkar Janji
31 Keputusan
32 Promosi
33 Rindu Pada Milik Orang Lain
34 Pulang
35 Tak Menyangka
36 Harapan Yang Musnah
37 Pingsan
38 Menemani
39 Perhatian Boss
40 Wanita Yang Sama
41 Libur Kerja
42 Tempat Favorit
43 Ungkapan Rasa
44 Harus Pergi
45 Rencana Misterius
46 Rindu Berat
47 Suatu Masalah?
48 Rencana Abrian
49 Aksi Abrian
50 Kejadian Tak Terduga
51 Perkelahian
52 Pilu
53 Bersikap Biasa
54 Menceritakan Kejadian
55 Alasan
56 Pertemuan Dua Pria
57 Cemas
58 Perbincangan Masyarakat
59 Hukuman Abrian
60 Malu-malu
61 Kembali Ke Kantor
62 Tindakan Galvin
63 Dipecat
64 Diusir
65 Klinik
66 Anniversary
67 Tak Disangka
68 Bunga Tidur
69 Berjuang Bersama
70 IKLAN 2
71 Karya Baru
72 My Perfect (Bad) Marriage
73 Menculik Pengantin Wanita Adik Tiri
74 SAAT AKU SUDAH DIAM
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Delapan Tahun
2
Tak Pernah Menoleh
3
Mengharapkannya
4
Kejutan
5
Hari Terburuk
6
Sahabat Sejati
7
Kedatangan Marisa
8
Devano
9
Cemas
10
Interaksi
11
Salah Paham Lagi
12
Mendambakan
13
Kasihan Mamah
14
Mencari Tahu
15
Mertua
16
Jatuh Terlalu Dalam
17
Tidak Pulang
18
Pesta
19
Pesta (2)
20
Pesta (3)
21
Tindakan
22
Ingin Pisah
23
Rencana
24
Pergi?
25
Panik
26
Jangan Mengusiknya Lagi
27
Datang
28
Mengganggu
29
Ayok Tidur Bersama!
30
Ingkar Janji
31
Keputusan
32
Promosi
33
Rindu Pada Milik Orang Lain
34
Pulang
35
Tak Menyangka
36
Harapan Yang Musnah
37
Pingsan
38
Menemani
39
Perhatian Boss
40
Wanita Yang Sama
41
Libur Kerja
42
Tempat Favorit
43
Ungkapan Rasa
44
Harus Pergi
45
Rencana Misterius
46
Rindu Berat
47
Suatu Masalah?
48
Rencana Abrian
49
Aksi Abrian
50
Kejadian Tak Terduga
51
Perkelahian
52
Pilu
53
Bersikap Biasa
54
Menceritakan Kejadian
55
Alasan
56
Pertemuan Dua Pria
57
Cemas
58
Perbincangan Masyarakat
59
Hukuman Abrian
60
Malu-malu
61
Kembali Ke Kantor
62
Tindakan Galvin
63
Dipecat
64
Diusir
65
Klinik
66
Anniversary
67
Tak Disangka
68
Bunga Tidur
69
Berjuang Bersama
70
IKLAN 2
71
Karya Baru
72
My Perfect (Bad) Marriage
73
Menculik Pengantin Wanita Adik Tiri
74
SAAT AKU SUDAH DIAM

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!