Hari ini adalah hari kepulanganku setelah 5 tahun aku merantau ke luar kota, akhirnya aku bisa pulang dengan rasa bangga. Sebelumnya aku kabur dari rumah dan memilih merantau ke luar kota mencari kerja karena Ayahku berusaha menjodohkanku dengan anak sahabatnya
Karena penundaan penerbangan selama 5 jam akhirnya aku sampai dirumah malam hari tepatnya pukul 24.00 WIB
Sampai dirumah aku mengetuk pintu dan adikku yang membuka pintu dan menyambutku dengan memelukku erat.
"Ya Allah Kak Deny kenapa baru pulang, kemana aja selama ini" sapa adikku Reni disertai dengan isak tangisnya.
Entah mengapa aku merasa tatapan mata adikku terlihat berbeda sekilas aku merasa ada kebencian dan kesedihan dimatanya.
"Apa kau tidak ingin menyuruh Kakakmu ini untuk masuk lebih dulu?" tanyaku
"Maafkan Aku Kak, mari masuk" kata Reni
Di dalam rumah aku mendapati kondisi Ibuku yang terlihat kurus dengan penampilan lusuh menatap kedepan dengan pandangan kosong.
"Ibu, apa yang terjadi padamu dimana Ayah?
Reni ada apa ini apa yang terjadi pada Ibu?" tanyaku panik.
"Semenjak kepergian Kakak, Ayah dan Ibu sering bertengkar dan akhirnya Ayah pergi meninggalkan kita. Dan sejak hari itu Ibu selalu diam tidak mau bicara" kata Reni
"Ya Allah maafkan hamba mu ini, jeritku pilu dan tak terasa air mataku mengalir begitu saja"
Ku raih tangan Ibu kucium tangannya, pipinya, dan kakinya memohon maaf atas semua kesalahanku yang membuat Keluargaku menjadi begini. Tadinya Aku ingin pamer pada keluargaku karena aku sudah berhasil mendapat pekerjaan dengan posisi yang lumayan tinggi di perusahaan tapi kenyataan yang kudapati sangat berbeda.
Tiba-tiba aku melihat Ibuku ketakutan dan memelukku erat, Ibuku kemudian berbisik ditelingaku "Pergi ... pergilah ... pergi" Ibuku mengeratkan pelukannya padaku dengan tubuh yang bergetar hebat.
"Kak, perkenalkan ini suamiku" kata Reni
Aku berusaha menenangkan Ibu dengan mengelus punggungnya lalu melepaskan pelukannya.
Aku membalikkan tubuhku menghadap Reni dan melihat Seorang pria tampan disebelahnya dan seorang anak perempuan kecil kira-kira berumur 2 Tahun.
"Malam Mas perkenalkan saya Bagus suami Reni dan ini anak saya" ucapnya sambil menjabat tanganku.
"Deny, Kakak Reni" Aku menolehkan kepalaku kearah Anak kecil disebelahnya aku mengernyitkan dahiku karena merasa heran anak sekecil ini belum tidur padahal ini sudah lewat tengah malam.
Anak kecil itu tersenyum padaku sambil berkata "Om Uwo, Om Uwo, Om Uwo ..."
"Siapa Om Uwo sayang" tanyaku sedikit heran. Anak kecil itu tidak memperdulikan ucapanku dia terus mengulang nama tersebut.
"ini Santi anakku Kak, jangan pedulikan ucapannya" kata Reni
*Dirumah Paman.
"Paman apa yang terjadi pada Ibu dan keluargaku sebenarnya" tanyaku
Paman menghela nafas kasar lalu berkata "Semenjak kepergianmu Ayah dan Ibumu selalu bertengkar dan hingga akhirnya 2 tahun yang lalu terjadi peristiwa yang sangat mengenaskan, Ayahmu ..."
"Kakak" Reni tiba-tiba menerobos masuk kemudian menarik tanganku berjalan keluar rumah.
Paman mengikutiku lalu menyelipkan sebuah kertas di genggaman tanganku.
"Kakak aku mohon jangan bergaul dengan Paman karena Paman ingin menghancurkan keluarga kita, Dia berusaha mengusir suamiku dan memisahkanku dengannya"
Aku mengernyit heran, lalu mengiyakan perkataannya, karena merasa penasaran dengan kertas di genggaman tanganku aku akhirnya melangkahkan kakiku menuju ke dalam kamar.
"Hati-hati dengan orang yang dipanggil Keponakanmu Om Uwo, dan jika kamu ingin tahu apa yang terjadi pada keluargamu datanglah ke rumahku selepas Maghrib tanpa sepengetahuan orang dirumahmu" aku membaca kertas yang Paman berikan.
*****
Aku menggandeng tangan Ibuku dan menggendong keponakanku berlari sejauh mungkin dari rumah, Aku tidak memperdulikan luka yang terus mengalir dari telapak tanganku yang aku pikirkan bagaimana caranya berlari menjauh dari rumah terkutuk itu
Flashback on
Pamanku mengatakan 2 tahun yang lalu rumahku di rampok dan untuk melindungi Ibuku, Ayahku terbunuh begitu juga dengan suami adikku yang terbunuh karena melindungi istrinya yang hamil besar.
Sedangkan pria tampan yang ada di rumah yang biasa dipanggil Om Uwo ternyata adalah Genderuwo penunggu pohon sukun belakang rumah yang menyamar menjadi suami adikku.
"Semua yang terjadi pada keluarga kita adalah karena keegoisanmu meninggalkan kami begitu saja, sekarang sudah saatnya kita berkumpul bersama" ucap Reni.
Reni berusaha mencekik leherku dengan kuat aku berusaha melepaskan genggaman tangannya, Reni kemudian mengambil pisau buah yang ada diatas meja dan berusaha melukai dirinya.
Aku meraih pisau itu hingga melukai tanganku dan tiba-tiba Pamanku datang bersama seorang Ustadz.
"Cepat pergi dari sini bawa Keponakanmu dan juga ibumu menjauh, biar aku yang mengurus adikmu" teriak Paman.
Flashback off
Aku terus berlari menjauh tapi aku tak juga menemukan jalan keluar Desa, aku merasa terus berputar ditempat yang sama hingga aku merasa penglihatanku mengabur dan "bruk" aku terjatuh.
Ketika tersadar aku sudah berada di balai desa, warga desa menemukanku, Ibu dan Santi pingsan dibawah pohon sukun belakang rumahku.
Sedangkan Adikku dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa karena mengalami gangguan mental.
Aku mengalihkan pandanganku ke luar dan melihat keponakanku di gandeng seorang Pria tampan yang tersenyum padaku, Santi terlihat melompat-lompat riang sambil bersenandung "Om Uwo, Om Uwo, Om Uwo ..."
*The end*