Debur ombak menemani Markonah yang asyik bermain air bersama Boris. Biawak kesayangannya itu tampak riang, sesekali menghampiri pengunjung pantai yang sedang berenang. Tentu saja, kehadiran Boris membuat para pengunjung kocar-kacir.
"Boris, jangan gangguin orang!" teriak Markonah sambil tertawa. "Sini, sama aku aja!"
Boris nurut. Dia kembali ke sisi Markonah dan terus bermain air bersamanya.
Dari kejauhan, Zikri hanya memperhatikan Markonah dan Boris. Dia duduk di bawah pohon kelapa, memeluk lututnya, dan menatap nanar ke arah laut.
Markonah menyadari Zikri hanya diam saja. Dia menghampiri Zikri dan duduk di sebelahnya.
"Kenapa nggak ikut berenang?" tanya Markonah. "Airnya enak banget, lho."
Zikri menggeleng. "Gue nggak bawa baju renang," jawabnya, beralasan.
"Alah, alasan aja," kata Markonah sambil menyikut lengan Zikri. "Atau jangan-jangan lo malu sama badan lo?"
Zikri terdiam. Dia nggak bisa mengelak. Markonah benar. Dia malu sama badannya. Dia ngerasa badannya terlalu kurus dan nggak атлетичный. Dia takut diketawain sama orang-orang kalau dia berenang.
"Emang sebagus apa sih badannya Zikri sampe dia nggak PD banget?" gumam Markonah, tapi masih bisa didengar Zikri.
"Udah deh, nggak usah dipikirin," kata Zikri. "Gue emang nggak suka berenang."
"Yakin?" tanya Markonah, nggak percaya.
Zikri mengangguk. Dia berusaha meyakinkan Markonah, meskipun sebenernya dia pengen banget ikut berenang.
Tiba-tiba, Boris lari ke arah kerumunan orang. Markonah dan Zikri kaget. Mereka langsung nyusulin Boris.
Ternyata, Boris ngeliat seekor biawak betina yang lagi jalan-jalan sama pemiliknya. Boris langsung tergoda dan nyamperin biawak betina itu.
"Boris! Jangan macem-macem!" teriak Markonah.
Tapi, Boris nggak dengerin. Dia terus ngedeketin biawak betina itu.
Pemilik biawak betina itu kaget ngeliat Boris. Dia narik biawaknya dan langsung pergi dari situ.
Boris sedih. Dia balik lagi ke Markonah dengan muka lesu.
Seorang pengunjung pantai yang ngeliat kejadian itu nyeletuk, "Bahkan biawak pun menemukan jodohnya, oh ya ampun, kenapa aku selalu menyiksa diri dengan mencintainya yang tidak nyata?"
Markonah ketawa denger celetukan itu. Dia ngeliat Zikri, yang mukanya masih keliatan nggak PD.
"Tuh kan, bahkan Boris aja berani deketin cewek," kata Markonah sambil nyindir Zikri. "Masa lo nggak berani sih?"
Zikri makin nggak PD. Dia nunduk dan ngeliatin pasir di bawah kakinya.
Markonah ngerasa bersalah udah nyindir Zikri. Dia ngedeketin Zikri dan megang tangannya.
"Zikri, dengerin gue," kata Markonah. "Gue sayang sama lo bukan karena badan lo bagus atau enggak. Gue sayang sama lo karena lo itu Zikri. Lo itu pinter, baik, dan selalu ada buat gue. Gue nggak peduli lo kurus atau gemuk, yang penting lo tetep jadi diri lo sendiri."
Zikri ngangkat kepalanya dan ngeliat Markonah. Dia ngeliat ketulusan di mata Markonah.
"Lo bener, Markonah," kata Zikri. "Gue nggak seharusnya malu sama diri gue sendiri. Gue harus nerima diri gue apa adanya."
Markonah senyum. "Nah, gitu dong!" katanya. "Sekarang, lo mau ikut berenang nggak?"
Zikri mikir sebentar. "Oke deh," jawabnya. "Tapi lo janji ya, jangan ngetawain gue."
"Janji!" kata Markonah sambil ngangkat tangannya.
Zikri ngelepas bajunya dan langsung lari ke arah laut. Markonah ngikutin Zikri dari belakang.
Mereka berdua berenang di laut, ketawa-ketawa, dan nikmatin suasana pantai yang indah. Zikri nggak lagi ngerasa malu sama badannya. Dia ngerasa bahagia bisa berenang sama Markonah.
Boris juga ikutan seneng. Dia berenang di sekitar Markonah dan Zikri, sesekali nyemprotin air ke muka mereka.
Hari itu, Zikri belajar satu hal penting: rasa percaya diri itu nggak dateng dari penampilan fisik, tapi dari penerimaan diri dan dukungan orang-orang yang kita sayang. Dan dia bersyukur, dia punya Markonah yang selalu ada buat dia.