💫
---
Hello, reader
Kalau kamu pernah duduk di kelas sambil nunggu bel,
pernah ketawa karena hal receh,
atau pernah ngerasa hidup remaja itu ribet tapi seru…
cerita ini buat kamu.
-- Bangku Ketiga dari Jendela
Kalau ada satu hal yang tidak pernah berubah dari hidup Aira, itu adalah bangku ketiga dari jendela.
Bukan bangku paling depan—terlalu niat.
Bukan paling belakang—terlalu rawan disuruh maju.
Bangku ketiga adalah posisi aman: cukup dekat buat denger guru, cukup jauh buat bisik-bisik.
Dan Aira selalu duduk di sana.
Setiap pagi, ia datang sambil menguap, tas setengah terbuka, rambut masih bau sampo yang sama dari tadi malam. Ia duduk, mengeluarkan pulpen, lalu menatap papan tulis sambil berharap pelajaran pertama bukan matematika.
Sayangnya, hidup jarang sebaik itu.
---
“AI, PINJEM PENGGARIS!”
Suara itu datang dari belakang.
Reno. Manusia paling ribut satu kelas.
Aira menghela napas. “Lu pinjem penggaris tiap hari, tapi punya nggak pernah.”
“Punya, tapi nggak tau di mana.”
“Ya sama aja.”
Tapi Aira tetap ngasih.
Di sebelah Aira duduk Nadya, sahabatnya sejak kelas sepuluh—cewek yang selalu tahu gosip duluan dan ketawa paling keras, tapi diam-diam paling peka.
“Lu sadar nggak,” bisik Nadya, “lu tuh tipe orang yang kalau ilang, satu kelas bakal bingung.”
“Kenapa?”
“Karena semua orang minjem barang ke lu.”
Aira ketawa. “Berarti aku penting dong.”
“Iya. Penting tapi nggak ribet.”
---
Jam istirahat adalah waktu paling chaos.
Kantin penuh suara, bau gorengan, dan obrolan yang lompat-lompat. Aira dan Nadya duduk di bangku panjang, berbagi es teh jumbo karena hemat lebih penting dari gengsi.
“Lu pernah kepikiran nggak,” kata Nadya tiba-tiba, “habis lulus nanti kita bakal ngapain?”
Aira mengangkat bahu. “Belum. Kayaknya nanti juga kepikiran sendiri.”
“Lu tuh santai banget.”
“Bukan santai. Capek mikirin yang belum tentu kejadian.”
Nadya terdiam sebentar, lalu tersenyum.
“Aku iri sama cara mikir lu.”
Aira tidak menjawab. Kadang, ia sendiri tidak yakin apakah itu kelebihan atau cuma cara bertahan.
---
Sore hari, Aira pulang naik motor bareng Nadya sampai perempatan.
Lampu merah, suara klakson, langit oranye setengah malu-malu.
“Besok jangan telat,” kata Nadya.
“Lu juga.”
Hal-hal kecil seperti itu terasa penting.
Walaupun kelihatannya sepele.
---
Segalanya mulai sedikit berubah saat Raka pindah duduk ke bangku depan Aira.
Raka bukan siswa baru. Tapi entah kenapa, baru sekarang Aira benar-benar memperhatikannya. Rambutnya selalu agak berantakan, seragamnya sering kusut, dan ia punya kebiasaan mengetuk meja saat mikir.
“Lu ngerti nggak sih yang barusan?” tanya Raka sambil nyengir.
“Sedikit.”
“Ajari gue dong.”
Sejak hari itu, mereka sering belajar bareng—atau lebih tepatnya, Aira menjelaskan dan Raka pura-pura ngerti.
Kadang mereka ketawa. Kadang diem. Kadang cuma saling lempar catatan.
Tidak ada pengakuan.
Tidak ada momen dramatis.
Hanya kebiasaan kecil yang pelan-pelan jadi nyaman.
---
Suatu hari, hujan turun pas jam pulang.
Semua panik. Payung kurang. Motor basah. Sepatu lembap.
Raka berdiri di depan Aira sambil mengangkat jaketnya.
“Nih, pake.”
Aira mengernyit. “Lu gimana?”
“Gue tahan hujan dikit nggak mati.”
Aira ragu sebentar, lalu mengangguk.
Mereka jalan berdampingan. Tidak dekat. Tidak jauh.
Hujan turun deras.
Dan entah kenapa, Aira merasa hari itu akan selalu ia ingat.
---
Hari demi hari berlalu.
Ujian datang.
Nilai naik turun.
Beberapa mimpi mulai terbentuk, beberapa lagi belum berani disebutkan.
Di hari kelulusan, Aira kembali duduk di bangku ketiga dari jendela.
Ia memandang sekeliling kelas—tempat yang penuh tawa, ribut, kesal, dan kehangatan yang tidak pernah ia sadari sedang tumbuh.
Nadya memeluknya.
Reno teriak lebay.
Raka tersenyum dari kejauhan.
Dan Aira tahu, hidup setelah ini mungkin lebih rumit.
Tapi hari ini…
ia ingin menyimpan semuanya.
---
The End
---
Catatan Penulis
Cerita ini bukan tentang cinta besar.
Bukan tentang prestasi luar biasa.
Ini tentang remaja yang hidup di tengah-tengah:
tidak sempurna, tidak istimewa, tapi nyata.
Kalau kamu merasa hidupmu “biasa aja”,
ingat—biasa bukan berarti kosong.
Terima kasih sudah membaca.
Jaga dirimu, ya. 🌼
---
✨