Artefak itu tak hanya menyembuhkan, tapi juga membuka visi baru, sebuah ramalan tentang era baru di mana kultivator harus bersatu melawan kekacauan langit yang akan datang.
Dengan kekuatan Transendensi yang baru dicapainya, Li Wei keluar dari gua sebagai sosok yang berubah rambutnya memutih seperti salju Tianlong, matanya memancarkan cahaya abadi, dan auranya menyatu sempurna dengan angin gunung.
Ia tak lagi sendirian, Roh Pedang kini menjadi bagian dari jiwanya, berbisik nasihat bijak di saat saat tenang.
Li Wei memulai pembangunan Sekte Harmoni Naga di lereng Tianlong yang subur.
Berbeda dengan sekte sekte lama yang haus kekuasaan, sekte ini dibangun atas prinsip keseimbangan, kultivasi bukan untuk mendominasi, tapi untuk menjaga harmoni antara manusia, alam, dan roh.
Ia merekrut para pemuda desa yang dulu tertindas, termasuk seorang gadis bernama Mei Ling, yang memiliki bakat alami dalam mengendalikan qi air, dan seorang pemuda yatim piatu, Chen Hao, yang ahli dalam formasi pertahanan bumi.
Li Wei mengajarkan mereka teknik Napas Naga Langit yang dimodifikasi, mengintegrasikan elemen artefak kuno seperti Pedang Roh Naga untuk latihan bersama.
Paviliun sekte dibangun dari batu giok alami, dikelilingi taman ramuan yang menyerap esensi bulan, dan aula utama dihiasi mural pertarungan epiknya sebuah pengingat bahwa kemenangan lahir dari hati yang murni.
Konflik lama tak sepenuhnya hilang.
Sisa sisa Aliansi Bayangan mencoba menyusup, mengirim mata mata untuk mencuri artefak.
Tapi Sekte Harmoni Naga siap, Mei Ling memimpin pertahanan dengan gelombang air yang membekukan musuh, sementara Chen Hao mengaktifkan formasi bumi yang menjebak mereka dalam ilusi tak berujung.
Li Wei, sebagai guru, tak ikut bertarung langsung, ia mengawasi dari puncak, mengajarkan murid-muridnya bahwa "kekuatan sejati adalah saat kau tak perlu mengangkat pedang."
Dengan waktu, sekte berkembang menjadi mercusuar harapan, menarik kultivator dari seluruh negeri yang lelah dengan perang antar sekte.
Mereka berbagi pengetahuan, menukar artefak, dan bahkan membentuk aliansi damai dengan sekte netral, mengakhiri siklus kekerasan yang telah berlangsung berabad abad.
Tersenyum, melepaskan pedang itu menjadi cahaya yang tersebar ke angin, menjadi berkah bagi generasi mendatang.
Ia menyadari bahwa kultivasi abadi bukan tentang mencapai puncak sendirian, tapi membangun tangga bagi orang lain.
Desa yang dulu miskin kini makmur, gunung yang dulu sunyi kini bergema dengan tawa dan qi yang harmonis.
Di bawah bintang bintang, Li Wei duduk bersila, siap menghadapi apa pun yang dibawa langit, karena jalan kultivasi adalah perjalanan tanpa akhir, penuh cahaya dan pelajaran.
Selesai.