Pertemuan pertama kala itu masih teringat jelas di kepala Sella. (Sang tokoh utama.) Ini ceritaku, kilas balik di antara cinta tulusku yang di balas ketus oleh calon tunanganku. Dan, aku akhirnya tahu mengapa dia seperti itu…
Berawal dari hari kenaikan pangkat ayahku, beliau mengundang seluruh rekan kerjanya datang. Termasuk, Om Bimo dan anaknya pertamanya Damar.
Damar, pria yang aku kenal sejak belajar di sekolah dasar. Kini pria itu, sudah lebih tinggi, tampan dan perawakannya rapi. Tatapan, sama dinginnya seperti dahulu, tapi sekarang dia lebih dingin dari biasanya.
“Nak, ini Damar. Kamu masih ingat dengannya? Kalian, sudah lama tidak bertemu ya? Terakhir saat masih sd. Kalau, tidak salah.” Ucap Om Bimo.
“Ah, iya. Kalian dulu satu sekolah ya. Sebelum, Sella pindah ke sini. Sekarang, kalian bertemu lagi.” Ucap ayahku.
Pandangan kami berdua bertemu, entah mengapa ada getaran perasaan baru yang muncul di hatiku. Aku, jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Terlalu terburu-buru memang, tapi tidak bisa aku pungkiri perasaan yang tiba-tiba muncul ini, satu harapan ku saat itu. Damar, merasakan perasaan yang sama.
Namun, pemuda yang kalem, pendiam hanya menatap Sella sekilas. Seperti, tidak ada ketertarikan dalam dirinya untukku.
Meski begitu, pertemuan ini menjadi awal bagi kita berdua untuk dijodohkan oleh kedua keluarga. Damar yang bekerja sebagai manajer pabrik, dan aku yang baru magang di staf pelayanan. Karena, rumah dan arah bekerja kami sejalan, saat itu Damar mulai mengatar jemput aku bekerja, atas permintaan ayahku.
Hari demi hari, aku lewati dengannya. Aku semakin jatuh cinta, sementara Damar dia masih tetap sama datar, dan bicara seadanya.
Seminggu pun berjalan, hubungan kita sangat di harapan oleh kedua belah keluarga. Kedua orang tua kami, mulai menyinggung soal pertunangan kami. Aku pun berharap sama, tapi kenyataan yang mereka tidak tahu.
Aku tidak pernah tahu perasaan Damar, perasaan yang sejujurnya. Tidak pernah terdengar kata cinta terlontar dari mulut Damar. Damar, hanya bicara singkat saja dengannya, bahan perhatian kecil menanyakan makan pun dia tidak pernah.
Di sela-sela, jam makan siang kantor. Aku mengajak nya makan siang bersama. Hari ini, aku harus tegas dengan kejelasan perasaan kita berdua. Makan siang ini, akan aku jadikan momentum untuk kejelasan tentang hubungan kita.
“Mas, sebenarnya hubungan kita seperti apa, sih?” Tanya Sella ragu, menatap Damar dengan dan canggung.
Damar hanya menatapku singkat, lalu berkata dengan pelan. “Seperti, ini adanya. Kita, ikuti apa kemauan, orang tua kita saja. Setelah itu, kita menikah.”
Jawaban yang semakin membuat Sella bertanya-tanya. Tanpa kejelasan, suara Damar seperti di bawa angin lalu. Aku, tidak menemukan titik temu dari jawabannya itu. Malah, aku semakin dibawa ke arus yang entah kemana Nakonda, akan membawaku.
Di saat bersamaan, salah satu rekan kerja Damar tidak sengaja bertemu dengan ku. Dia menyikut perut damar pelan, sembari membisikkan sesuatu. Lirikan matanya menatap ke arahku, aku segera menoleh ke arah lain. Agar, tatapan mata kami tidak bertemu.
“Cakep juga mar, cewek lu itu? Widih, spek artis! Berlian banget itu mar, bungkus cepet! Biar, ngak keburu dibungkus orang.” Bisiknya, Damar tersenyum tipis lirikan matanya melirik ke arah Sella. Setelah, mendapat pujian dari rekannya.
Berapa minggu kemudian. Sella bertemu dengan dua sahabat kembarnya. Vania dan viola, Ia mencurahkan semua isi hatinya tentang perilaku dan sikap Damar dengannya.
“Kalau aku jadi kamu, mending mundur aja sell. Daripada, makan hati melulu.” Ujar Vania tegas. Kembarannya pun ikut menimpali.
“Dari curhatan kamu sell, aku pikir Damar itu antara cinta beneran sama kamu tapi dengan caranya yang memang cuek, atau dia hanya nurut sama orang tuanya saja. Saran aku sih, kamu jangan terlalu cinta dulu, liat dulu gimana dianya? Kamu harus bener-bener dapat kepastian sell.” Ujar Viola.
Sella terdiam cukup lama di teras rumahnya, menatap langit malam yang bertabur dengan bintang. Dia terpikir oleh kata-kata dua temannya tadi pagi, “kalau aku lanjut, aku harus siap sama sikap dinginnya Damar. Tapi, kalau aku berhenti disini? Aku nggak bisa bohong sama perasaanku sendiri. Kalau, aku tidak bisa tanpa Damar. Aku, sangat mencintainya.” Gumamnya sendiri.
Keesokan paginya, seperti biasa Damar datang untuk mengantar jemputnya. Namun, kali ini kedatangan Damar tidak seperti biasanya. Dia datang, dengan boneka dan paper bag dengan coklat dan boneka beruang. Sebuah kejutan kecil, untuk Sella. Yang, membuat hati Sella langsung luluh, dan melupakan semua keraguannya tentang Damar.
Hari berjalan begitu cepat, di siang harinya Damar menyatakan cinta pada Sella. Di tempat, yang Sella tidak pernah duga. Di warung mie ayam, dekat tempatnya magang. Tanpa kata yang romantis, namun berarti bagi kejelasan hubungan mereka selanjutnya.
“Mulai, hari ini kita pacaran.” Ucap Damar, yang langsung di iyakan oleh Sella. Dia tidak berpikir hal banyak lagi, pikirnya sekarang hubungan mereka sudah jelas. Dan pertunangan, mereka akan segara datang.
Sella, sudah membayangkan jika Damar akan berubah setelah status mereka pacaran. Nyata, jauh dari bayangan Sella. Damar tetap dinggin, bicara singkat dan alur pacaran mereka hanya sebatas. Antar, jemput makan siang. Tanpa ada, kegiatan romantis lainnya.
“Damar masih dingding, aku seperti pacaran dengan tembok beku. Tapi, kalau aku menuntut Damar malah marah. Dan, mengatakan jika memang seperti itu karakternya, aku tidak perlu merubahnya.” Gumamnya sendiri.
Selama pacaran ini, hanya Sella yang mencari selah agar pacaran mereka tidak kaku. Sella, yang berusah bikin Damar ketawa, mencari bahan cerita, dan mencoba menghibur dirinya saat Damar hanya merespon senyuman tipis, kerja kerasnya.
“Aku harus pindah ke luar kota, selama satu bulan.” Ucap Damar, dengan wajah datarnya. Dan, ketika itu terjadi, Sella dan Damar akan berpisah dalam waktu satu bulan itu. Dengan berat, hati Sella membiarkan Damar pergi, untuk pekerjaannya. “Iya, selamat bertugas di sana sayang. Jangan nakal, ingat aku terus. Kamu, yang semangat cari uang, buat masa depan kita.” Ucap Sella ceria, tapi di balas anggukan kecil dari Damar.
Dan sesampainya, Damar di kota tersebut. Dia bertemu dengan seorang wanita bernama mizel, gadis blasteran, yang semua mata tertuju padanya.
Rekan kerja Damar, memuji Mizel tanpa henti. “Ini, baru, badan spek gitar Spanyol. Waduh, kalau gue pacaran sama dia. Iri satu kampung.” Ucap rekan, Damar.
“Mar, gimana? Lo kan ganteng? Rugi, dong ke gantengan lo! Kalau, ngak dapat cewek kayak Mizel.” Ujar rekan kerja lagi.
Dan seperti, terhipnotis. Damar ikut terbawa arus. “Iya, rugi dong ketampanan gue, kalau cuma dapat cewek kayak Sella. Cewek, kayak Sella itu biasa aja. Banyak, tapi cewek model Mizel ini,langka! Rugi, kalau gue nggak sama dia! Apa kata orang, kalau gue dapat cewek blasteran. Dan orang tua gue, bakalan punya besan blasteran juga!” Gumamnya sendiri, sembari tersenyum.
Hubungan terlarang itupun di mulai, Damar dan Mizel berani sampai ke hubungan yang dewasa. Bahkan, mereka tidur di satu kamar yang sama. Tidak butuh lama, Mizel dengan cepat terjatuh ke pelukan Damar yang tampan. Mizel, juga tahu soal Damar yang punya pacar. Tapi dia tidak perduli.
“Bodo amat, soal pacar Damar. Terpenting hasrat aku di tempat ini terpenuhi. Damar, juga orangnya ganteng mana masih perjaka. Bodo amat, soal pacarnya yang penting, miliku tidak kedinginan di malam hari.” Gumamnya sendiri, setelah mendengar berita Damar punya pacar, di kotanya.
Hubungan terlarang Damar dan Mizel, di ketahu oleh anak pemilik pabrik. Ceo muda, Alex dia kenal dekat dengan Sella. Bahkan, dia jatuh hati dengan Sella tetapi sella menolaknya, lantaran Sella merasa tidak pantas menjadi kekasih Alex, yang sangat sempurna itu.
Selama ini, diam-diam, Alex mengamati Damar. Dia ingin tahu bagaimana kelakuan kekasih Sella. Alex, tidak mau orang yang di cintai, jatuh ke pelukan lelaki yang tidak baik. Dan, benar saja Damar bukan lelaki yang baik, untuk Sella.
Hari itu, Alex kembali terbang ke kotanya. Dia mengirim pesan untuk Sella. Memintanya, datang ke kantornya. Dengan perasaan, penasaran Sella akhirnya datang. Gadis, cantik itu berdiri di depan pintu masuk, ruangan Alex.
“Masuk sell, aku mau nunjukin sesuatu ke kamu.” Pinta Alex. Perawakannya jauh lebih, tampan dan bahunya pun lebih lebar. Sangat tampan, tapi cintanya hanya untuk Sella, yang masih ragu untuk bersamanya.
Alex menujukan bukti-bukti perselingkuhan Damar dengan Mizel, dia juga menjelaskan siapa Mizel dan bagaimana mereka. Sella sempat tidak percaya, tapi Alex membaca rekan kerja Damar. Dia juga menjelaskan seperti apa Damar aslinya, saat bersama mereka.
Fakta baru yang Sella dapatkan, Damar bukan pria dingin. Damar, adalah pria yang suka bercanda. Gaya, pacaran dengan mizel, adalah mimpi bagi Damar.
Damar itu, mudah sekali di jerumuskan. Puji sedikit saja dia bisa melakukan apapun. Sifat yang dijelaskan oleh rekan kerja Damar. Berbanding, terbalik dengan sikap Damar dengan Sella.
“Dia… tidak seperti itu saat bersama ku, aku tidak menyangka Damar selingkuh.” Lirih Sella, kaki nya melemas saat menonton semua tayangan cctv, yang di putar oleh Alex
Tubuh Sella yang mau roboh itu, segera di tangkap oleh Alex “ Aku, melakukan ini semua karena aku ingin melindungi mu. Maaf, kalau aku menyakiti perasaan mu Sella.” Ucap Alex.
Sella terisak. “Kenapa aku di perlakukan seperti ini Lex, padahal aku sudah tulus mencintainya… apa salahku, padanya lex?” Ucapnya dalam isak tangis.
Alex tidak menjawab, dia memeluk tubuh Sella. Membiarkan Sella menangis dalam bahu lebarnya. Tangan, Alex juga tergemal, dia sangat marah dengan perlakuan Damar ke Sella.
Sementara, Damar disana memperpanjang masa kerjanya. Dia memilih untuk menghabiskan waktu dengan Mizel, nama sela tidak lagi terlintas dalam bayangan Damar. Bahkan, mungkin sudah terhapuskan karena dari dulu memang tidak pernah ada.
“Gimana kabar kamu sayang?” Tanya Sella sama panggilannya. Setelah mengetahui semuanya Sella masih belum bisa pergi begitu saja dari Damar, dia masih cinta dengan Damar.
“Baik.” Sahut Damar singkat, setelah itu hening menyapa panjang. Sella, sengaja tidak mengambil topik dia membiarkan Damar yang melakukan nya sekarang. Dia lelah, melakukannya sendiri, tapi Damar tetap diam.
Hingga panggilannya berakhir, dan Sella menangis terisak setelahnya.
Di sebelah Damar. Ada Mizel yang bergelayut manja di lengannya. “Udah? Teleponan sama pacar kamu? Sekarang, waktunya aku ya…” ucap Mizel dengan nada manja.
Dia mengarahkan, tangan Damar ke area sensualnya. “Aku udah nggak butuh cewek itu, aku butuh ya cuma kamu. Kita, sampai ke jenjang lebih serius ya.” Ucap Damar, sebelum menindih tubuh Mizel.
Sella, sudah tidak kuat lagi. Dia memutuskan bicara dengan kedua orang tuanya. Ia menceritakan semuanya tentang Damar, tidak ada yang di sembunyikan lagi. Termasuk kedekatan Damar dengan Mizel, rekan kerjanya.
Ayahnya menatap marah ke arah luar. “Lelaki bajingan. Ayah, tidak mau anak yang dilukai oleh lelaki bajian seperti dia. Putuskan hubungan kalian sekarang, sebelum kamu melangkah lebih jauh.” Ucap sang ayah.
Keluarga Damar juga menyetujui keputusan itu, dengan lapang dada. Mereka mengerti, kesalahan fatal telah dilakukan oleh putra mereka. Mereka sangat menyangakan, sikap putranya pada Sella.
“Apa salah dengan anak itu? Kenapa dia membuang berlian? Mengapa, dia seperti itu dengan Sella. Dia sudah aku anggap sebagai putri aku sendiri, tapi anakku sendiri, menganggapnya seperti orang asing.” Ujar Ibunya Damar.
Tiga hari berikutnya Damar pulang, di hari pertamanya pulang Damar tidak menemui Sella. Padahal kedua orangnya sudah mintanya, untuk minta maaf dengan sella. Tapi, Damar tidak mau, dia merasa tidak salah.
Hari keduanya, Sella yang datang menemui Damar. “Mas, hubungan kita selesai sampai disini.” Ucap Sella dengan satu tarikan nafas. Perlu, banyak keberanian bagi Sella, mengucapkan kata ini. Tapi, Damar membalasnya dengan datar.
“Ya, mungkin kita tidak ditakdirkan bersama.” Sahut Damar dengan santai. Seakan, cinta tulus Sella selama ini tidak ada artinya bagi Damar.
Tapi, dengan satu kalimat itu. Hati Sella berubah seketika. Dia menjadi sangat benci dengan Damar. Dia pulang, dengan langkah tegasnya tanpa menoleh lagi, perasaan cintanya yang megebu-gebu itu hilang seketika. Tanpa, perlu tangisan lagi.
“Benar, kata orang. Wanita bisa hilang cintanya ketika. Di sudah benci sama seseorang itu. Cintanya, pada Damar, sudah tidak ada lagi, lembaran hidup baru akan di mulai, “ ucap Sella.
Empat tahun berlalu, Sella berubah menjadi Sella yang lebih gemilang. Pria, tampan dengan perawakan gagah memengang jari lentiknya. Sella, sepuluh kali lebih cantik dari sebelumnya, bahkan teman-temannya sekarang juga dari kalangan para artis.
Walaupun seperti itu, dia tidak pernah lupa dengan sahabat kembarannya. Sahabat, yang sudah berada di sisinya saat, dirinya terjauh.
“Kan, apa aku bilang, orang itu ngak cinta sama kamu sell. Tapi, udah jangan pikiran dia lagi sekarang fokus sama pernikahan mu dengan Alex. Kalian, itu pasangan serasi. “ ucap Vania.
“ Tau ngak sell, kamu jauh lebih cantik sepuluh kali lipat dengan Alex. Kalau pas sama orang itu, kamu buluk sell.” Ucap Viola dengan suara asal ceplas-ceplos. Mereka pun tertawa bersama.
Sekarang, Sella menemukan pria yang benar-benar mencintainya dengan tulus. Cinta setara, bahkan cinta Alex jauh lebih besar untuk Sella. Sella, di jadikan ratu oleh Alex, Alex sama sekali tidak membiarkan wanitanya merasa sedih.
Sementara Damar. Dia masih belum menikah sampai sekarang. Mizel, pergi dari kehidupannya. Mizel tidak mau membawa hubungannya dengan Damar, sejauh itu. “Hubungan kita sebatas senang-senang saja, aku nggak bisa kalau anakku lahir dari darah lokal. Aku juga mau suami blasteran, atau pure bule. Sama, seperti ku.” Kata terakhir, mizel sebelum benar-benar pergi dari hidup Damar.
Sekarang, Damar baru menyesal dia melihat Sella yang sudah mengendong anaknya dengan Alex. Sella, sekarang adalah bosnya Damar. Dan posisi Damar masih seorang karyawan di pabrik besar itu.
Dia ingin keluar dari pekerjaannya, tetapi di tidak yakin akan mendapatkan posisi yang seperti yang di dapatkan disini. Dan, Alex memperlakukan karyawannya dengan sangat baik, di luar sana banyak orang yang mengantre untuk bekerja disini. Jadi, Damar tidak bisa pergi begitu saja.
Setiap hari, dia akan menyaksikan karma yang dia buat sendiri. Menyaksikan kecantikan Sella, berlian yang tulus mencintainya tapi dia buang begitu saja.