Zelsa Sasqia Ningsih: Dulu, ia adalah cahaya paling anggun di setiap keramaian.
Kini, ia adalah siluet sunyi di atas geladak kapal tua. Zelsa telah menukar tawa meriahnya dengan kedamaian yang hanya disaring oleh lautan.
Pagi Hari di Kapal
QIA : (Suara kencang, nggak sabar) "ZELSA! Di mana lo?! Lupa nih hari apa? Mau mager terus, hah?!"
Zelsa: (Tenang, santai) "Gue inget, kok. Tapi, gue lagi di tempat chill gue, dan hari ini ogah ke mana-mana."
QIA: (Marah banget) "Tempat chill apaan?! Kirim lokasi sekarang! Nggak ada waktu buat drama, Zel! Lo harus tampil kece!"
Zelsa: (Melihat laut) "Gue di laut. Baju fitting itu bisa dipakai manekin aja. Atau biarin lemari gue yang pakai."
Qia: (Hampir teriak) "HAH?! Lo serius?! Nggak usah ngaco! Semua orang nungguin lo! Balik sekarang juga!"
Zelsa: (, mematikan telepon) "Gue serius. Di sini, cuma laut yang notice gue. Itu udah cukup. Udah dulu ya. Bye."
Zelsa mematikan telepon. Qia yang mendapati teleponnya mati langsung menelepon lagi.
(Di Kapal)
Ponsel Zelsa berdering keras. Zelsa mengangkatnya di deringan kelima.
Zelsa: "Lo telepon lima kali berturut-turut. Harus gue kasih penghargaan, ya?"
Qia: (Napas memburu) "Dengarkan baik-baik, Zelsa! Semua janji break tahunan yang gue kasih itu real! Lo cuma perlu tampil hari ini, sebentar saja! Ini adalah event terakhir terbesar. Setelah ini, lo bebas. Tolong! Jangan buat kita berdua rugi!"
Zelsa: "Kenapa lo selalu bilang 'terakhir'? Tujuh bulan lalu, lo bilang cover majalah itu yang terakhir. Bulan lalu, lo bilang reality show itu yang terakhir. Gue nggak percaya janji yang cuma untuk ngebujuk."
Qia: (Suaranya bergetar antara marah dan memohon) "Ini beda! Investor utama kita ada di sini! Kalau lo nggak muncul, kita kehilangan modal! Bukan cuma lo yang rugi, tapi semua kru yang sudah kerja mati-matian!"
Zelsa: (Menarik napas dalam-dalam) "Gue tahu konsekuensinya, Qia. Dan gue pilih konsekuensi ini. Gue nggak butuh uang mereka, gue butuh diri gue sendiri. Udah, ya. Kapal ini benar-benar mau bergerak menjauh. Goodbye."
Zelsa mematikan telepon untuk kedua kalinya. Qia menjerit tertahan di ujung sana.
(Di Ruangan Qia)
Qia: (Melempar ponselnya ke dinding) "Sialan! Dasar anak keras kepala!" (Ia meraih telepon lain) "Hubungi semua orang! Saya mau lokasi kapal itu dilacak detik ini juga! Sewa kapal cepat! Kirim orang kita yang paling brutal! Suruh mereka bawa Zelsa kembali, dalam keadaan apapun! Saya nggak peduli metode apa yang mereka pakai!"
(Di Kapal)
Zelsa merasakan getaran mesin yang semakin kuat di bawah kakinya. Kapten kapal tampak panik dan mempercepat laju.
Kapten: (Berlari ke dek) "Nona, bahaya! Saya menerima pesan radio dari pelabuhan. Ada dua speed boat militer yang disewa oleh pihak swasta sedang menuju ke sini. Mereka menanyakan posisi Anda!"
Zelsa: "Tepat seperti yang gue duga."
Kapten: "Kita harus mendarat di pulau terdekat sekarang, Nona!"
Zelsa: (Melihat ke kejauhan, ke arah perairan terbuka) "Terlambat. Jika kita ke darat, kita akan terjebak. Kita harus menghilang di lautan."
Di Kapal Zelsa)
Kapal kecil Zelsa dikepung dari dua sisi oleh speed boat gelap. Qia melompat ke dek, wajahnya merah padam karena amarah yang ditahan.
Qia: (Berdiri di hadapan Zelsa, menunjuk) "Satu jam! Lo pikir lo bisa kabur dari gue, Zel?! Ini kontrak! Lo hancurkan semuanya!"
Zelsa: (Tenang, membalas tatapan Qia) "Kenapa lama sekali? Gue sudah bilang, gue di sini mau liburan. Dan lo tahu gue nggak takut sama ancaman lo."
Qia: (Menggeram ke arah dua agennya) "Amankan dia! Bawa dia ke kapal kita! Sekarang!"
Dua agen bergerak mendekat. Zelsa mengangkat tangan, tidak melawan, tapi suaranya tetap tegas.
Zelsa: "Gue ikut. Tapi gue minta Kapten ini dibayar penuh dan dibiarkan pergi. Kalau lo seret gue, gue pastikan headline besok adalah tentang penyanderaan agensi lo di laut."
Qia mengatupkan rahangnya. Ia tahu Zelsa tidak main-main.
Qia: (Kepada Kapten) "Lo dibayar. Sekarang pergi! Kalian, bawa dia!"
Zelsa melangkah melewati Qia menuju speed boat.
Zelsa: (Berbisik saat berpapasan) "Lo bisa bawa raga gue, Qia. Tapi lo nggak bisa ambil pikiran gue. Ini baru pemanasan."
Zelsa berjalan dua langkah menuju speed boat, tampak patuh. Namun, sesampainya di dekat pagar, ia berhenti, menarik napas dalam-dalam, dan menoleh ke belakang, menatap Qia dan para agennya.
Zelsa: (Suara lantang, gemetar menahan amarah) "Kau tahu apa yang paling menyakitkan dari semua ini, Qia?! Bukan uang, bukan event, tapi kebohongan lo! Gua muak dengan semua ini! Gua hanya ingin diri gua sendiri! Jangan kekang gua lagi!"
Qia melangkah maju, siap menarik Zelsa, tapi Zelsa sudah berbalik ke arah pagar.
Zelsa: (Berteriak) "Aku bukan milik kalian!"
~ Perpisahan dengan Daratan
Zelsa baru saja selesai berbisik kepada Qia. Ia tahu ia tidak akan pernah kembali ke kehidupan normal. Dua agen sudah siap mendampinginya ke speed boat, menutup semua jalur kebebasan.
Qia: (Menggeram, mendorong Zelsa sedikit) "Ayo, jangan buang waktu lagi! Setiap detik kita rugi jutaan!"
Zelsa bergerak maju. Tapi langkahnya bukan menuju speed boat. Ia berhenti tiba-tiba di ujung pagar kapal. Matanya tidak lagi menatap Qia, melainkan ke laut lepas.
Zelsa: (Suara rendah, penuh kesedihan dan tekad) "Dengar, Qia. Aku sudah selesai. Aku bukan boneka yang bisa kau pajang di acara-acara. Aku bukan wajah untuk produkmu. Aku..."
Ia berbalik, tatapannya menyala.
Zelsa: "Gua muak dengan semua ini! Gua hanya ingin diri gua sendiri! Jangan kekang gua!"
Teriakan itu menggema di atas ombak. Qia terpaku sesaat, kaget melihat ledakan emosi Zelsa yang jarang ditunjukkannya.
Sebelum Qia sempat berteriak, "Tahan dia!", Zelsa sudah bergerak. Dengan satu lompatan cepat yang tak terduga, ia melompati pagar. Ia bukan sekadar melompat ke air; ia menyelam ke lautan seolah mencari perlindungan di bawah permukaan.
Suara cipratan air besar memecah keheningan yang tegang.
Qia: (Berteriak histeris) "ZELSA! Ambil dia! Cepat! Perahu! SIAPA PUN!"
Dua agen dan Kapten kapal bergegas ke sisi kapal. Di bawah permukaan yang beriak, mereka bisa melihat bayangan Zelsa bergerak. Ia tidak tenggelam; ia berenang dengan kuat, menuju kedalaman, menjauhi suara-suara di kapal. Setiap kayuhan adalah penolakan terhadap Qia dan kontraknya.
Agen 1: "Dia berenang sangat cepat! Dia bergerak menjauh!"
Qia: (Wajahnya pucat, panik) "Turunkan perahu karet! Cepat! Gunakan speed boat itu! Jangan biarkan dia hilang! Temukan dia! SEKARANG JUGA!"
Qia tidak peduli lagi dengan event atau jutaan dolar. Yang ia pedulikan hanyalah menemukan Zelsa sebelum ia menghilang di antara gelombang.
Qia beneran ngamuk banget. Agen-agennya langsung nyebur buat nyelametin Zelsa yang udah kek ikan koi mau kabur.
Zelsa diringkus balik ke speed boat. Badannya udah kedinginan parah, tapi tatapan matanya tetep tajem kek silet.
Qia: (Muka pucat banget) "Lo... lo gila ya, Zel?! Hampir aja lo tenggelem! Mikir nggak sih lo?!"
Zelsa: (Napas ngos-ngosan, natap Qia sinis) "Mendingan! Daripada balik kek budak lo! Lo boleh narik balik badan gue, Qia, tapi hati gue udah libur! Deal?!"
Qia: (Udah nggak tahan, udah di ujung tanduk) "Stop! Diam! Lo bikin ulah lagi, gue sumpah, kontrak lo bakal gue bekuin di gudang! Borgol dia di kursi sekarang!"
Agennya langsung ngegas, masang borgol plastik di tangan Zelsa, ngiket dia ke kursi speed boat. Zelsa nggak melawan lagi, dia cuma natap Qia kek musuh bebuyutan.
Speed boat itu ngebut balik ke daratan. ketika masih setengah perjalanan Zelsa berucap lirih kepada Qia
Zelsa:(berwajah pucat) " sebagai ganti nya semua harta gua , gua wariskan kepada lo semua , ini sebagai ganti rugi nya "
setelah mengatakan itu ZELSA SASQIA NINGSIH pergi untuk selamanya ,
Qia yang mendengar kan itu cuma bisa pasrah dan nangis
"Terkadang yang kita butuhkan bukan tentang harta melainkan ketenangan hati untuk melalui kehidupan yang pahit "