Suatu malam sekitar jam 11 malam. Tepat pada malam musim dingin, lahirlah seorang gadis berketurunan Dewa Segel—
"...?"
Berbeda dengan bayi lainnya, ia tidak menangis. Raut wajahnya tenang, bagaikan air sungai yang mengalir dengan tenang...
Bola mata yang berwarna perak keputihan, serta kulit putih pucat yang polos... mata kecilnya berkedip, menatap langsung ke arah Sang Ibunda yang berkeringat usai melahirkannya.
Sang Ibunda menatapnya dengan senyum tipis, nafasnya terengah karena kelelahan. Namun mata mereka... enggan untuk berpisah, seolah-olah ada ikatan yang sedang menahan mereka untuk terus menatap satu sama lain.
"Ah... putriku... sudah lahir..." Ucap Sang Ayah, dengan nada suara yang lirih. Ia merasa sangat senang hingga menitikkan air mata.
"Yeonhwa... Yeonhwa-ku... ayah sudah menunggu kelahiranmu..." Sang Ayah menggendong bayinya pelan, tangannya gemetaran hebat saking senangnya.
"Pelayan, bantu istirahatkan Nyonya Min. Biar aku saja yang mengurus bayiku." Pintanya ke salah satu pelayan berdekatan.
Lalu ia kembali menatap anak gadisnya, dengan mata yang berkaca-kaca. Kemudian ia membawa anak gadisnya itu menuju suatu tempat.
Tempat yang seperti goa, dengan cahaya bulan terang yang menyinari dalamnya. Ia perlahan merehatkan anak gadisnya itu ke tempat bayi tepat terkena sinaran cahaya pantulan bulan.
Ia pun menyalakan 3 batang api dupa dan sembahyang, selayaknya seorang penganut aliran Tao. Setelah itu, cahaya suci terang menyinari Sang Bayi yang hanya berbaring bengong menatap ke bulan.
Whuuush...
Dua bebola kecil dengan warna perak dan emas yang muncul dari cahaya bulan itu pun bercantum, lalu masuk ke tubuh Sang Bayi seperti roh-roh suci.
Melihat pemandangan itu, Sang Ayah tersenyum tipis. Namun di balik senyumannya itu, ada sedikit keraguan dan ketakutan akan sesuatu.
𝗦𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗻𝗮𝗸 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀?...
Deg...
Suara yang serak namun menekan, muncul begitu menyadari bahwa bayi itu adalah seorang gadis. Sang Ayah dengan terbata-bata membalas pertanyaan itu.
"B-benar... Kami sudah meminta izin di kuil beberapa hari lalu... Jadi..."
𝗝𝗮𝗱𝗶? 𝗞𝗮𝘂 𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻 𝗮𝗸𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗮𝘁𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗰𝗶 𝗶𝗻𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝗸𝗲𝗰𝗶𝗹? 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸𝗸𝗮𝗵 𝗸𝗮𝘂 𝘁𝗮𝗵𝘂 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗱𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸 𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗲𝗻𝗮𝗶𝗻𝘆𝗮?
"S-saya minta maaf... Saya tahu apa dampak yang akan mengenainya, tapi... Entah kenapa... Saya mendapat firasat bahwa dia akan bisa menanganinya..."
𝗔𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗱𝗶𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻𝗶𝗻𝘆𝗮?
"Jika dia tak bisa menanganinya, maka saya, Min Kyungmin, bersedia menerima hukuman apapun!"
𝗔𝗸𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻 𝗸𝗲𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻𝗮𝗻𝗸𝘂 𝘁𝗲𝗿𝗹𝘂𝗸𝗮... 𝗔𝗽𝗮𝗹𝗮𝗴𝗶 𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀, 𝘀𝗲𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗻𝗮𝗸 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝗶𝘁𝘂... 𝗛𝗮𝗮𝗮... 𝗦𝘂𝗱𝗮𝗵𝗹𝗮𝗵, 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗹𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗮𝗸𝘂 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗸𝗮𝘂 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴—
Swoooosh!
Tambahan lagi dengan 1 bebola besar yang berwarna putih menembus masuk ke tubuh Sang Bayi, cahaya terang menyinari seluruh tempat. Hingga malam hari itu hampir menjadi pagi dini hari.
𝗠𝘂𝗹𝗮𝗶 𝗱𝗲𝘁𝗶𝗸 𝗶𝗻𝗶, 𝗠𝗶𝗻 𝗬𝗲𝗼𝗻𝗵𝘄𝗮, 𝘀𝗲𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝘀𝗺𝗶 𝗱𝗶𝘁𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗣𝗲𝗻𝗷𝗮𝗴𝗮 𝗦𝗲𝗴𝗲𝗹...
Mendengar peresmian itu, Sang Ayah tersenyum. Meski tetap masih ada sedikit keraguan.
✦✦✦
5 tahun sudah berlalu, semenjak kelahiran Sang Bayi yang bernama Yeonhwa itu. Berbeda dengan anak yang lain, Yeonhwa justru sangat jenius dan tenang di usia 5 tahun.
'Anak ini benar-benar berbeda... ia tak bisa berhenti membuatku merasa takjub...' Batin Sang Ayah yang merasa bangga dengan anak gadisnya.
"Yeonhwa, ayo sini duduk di sebelah ayah. Jangan duduk sendirian gitu." Pintanya, sembari menepuk kursi di sebelahnya.
Yeonhwa, tanpa ragu langsung duduk di sebelah Sang Ayah. Seolah tidak ada yang mencurigakan atau mengancam nyawa, itu membuat Kyungmin merasa khawatir.
"Yeonhwa, kenapa tidak main dengan teman-teman? Apa kamu tidak merasa bosan sendirian terus?"
"Tidak, Yeonhwa tidak butuh teman..." Yeonhwa membalas Sang Ayah tanpa ragu, sambil menatap polos ke kaki mungilnya.
"Tetap saja, setiap orang butuh sandaran..." Ucap Kyungmin, masih merasa agak khawatir dengan anak gadisnya.
"Yeonhwa sudah punya ayah dan ibu, tidak butuh yang lain lagi." Lagi-lagi jawaban Sang Anak membuat Kyungmin merasa makin khawatir.
"Bagaimana jika... suatu hari nanti ibu dan ayah pergi duluan?"
"...Ibu dan ayah pasti akan panjang umur..."
"Haaa..." Namun Kyungmin tak bisa berbuat apa-apa, sikap Sang Anak yang keras kepala itu cukup membuatnya terdiam tak berkata-kata.
'Yeonhwa... ayah tahu kamu kuat, tapi...' Ia tak bisa melanjutkan kata batinnya, saking khawatir dan pasrahnya.
Pembicaraan singkat itu berhenti sampai di situ, namun kekhawatiran Sang Ayah tak kunjung menghilang...
Sehingga ketika Yeonhwa sudah mencapai 15 tahun...
"Yeonhwa~ kenapa sendirian? Tidak punya teman ya? Apa mau kakak temani? Kebetulan kakak juga ingin lewat ke jalan sana~"
Seorang pria asing mencoba mendekati Yeonhwa, namun Yeonhwa tidak memperdulikannya karena ia sudah biasa dengan hal-hal semacam itu.
Yeonhwa terkenal dengan pesona wajahnya yang cantik, bulu mata yang melantik serta bibir merah jambu yang menggoda, namun sayang sekali karena tak ada pria yang pernah menyentuhnya. Tentu saja pengecualian bagi keluarganya.
"Yeonhwa—"
"–Terima kasih atas tawarannya, tapi saya bisa jalan sendiri." Balasnya dengan cepat, sembari menyela helai rambut yang menutupi pandangannya ke sela-sela telinga.
Tatapan matanya yang tenang itu bisa membuat siapa saja merasa adem di hati, ditambah lagi dengan sikapnya yang lembut itu. Ia tidak menolak dengan kasar seperti wanita lain, tapi dengan kelembutan dan ketenangan.
"Yakin nih? Jalanan di sana ada banyak premannya, bisa bahaya buat cewek!"
"Tidak apa-apa kok, terima kasih atas perhatiannya juga. Kalau begitu saya pamit jalan dulu." Setelah itu, Yeonhwa langsung pergi dengan anggun. Meninggalkan pria asing itu dengan hati yang adem.
Namun tentu saja, di balik ketenangan dan kelembutannya itu. Kekuatannya sangat luar biasa hingga bisa menumbangkan ratusan pria dewasa, bahkan Kyungmin, ayahnya sendiri enggan untuk menghadapinya.
Sudah 3 tahun sejak hari itu, Yeonhwa mendapatkan kabar darurat dari Sang Ayah.
"Yeonhwa, ada kabar darurat yang harus segera kamu laksanakan!"
"Apa itu?" Meski nadanya tenang, namun ia tetap merasa sedikit penasaran.
"Ada seseorang yang bisa mengancam dunia, sepertinya itu adalah Cheonma(Dewa Langit/Iblis Langit)!"
"Apa? Bukankah Iblis Langit... sudah di basmi oleh Keluarga Pendekar Surgawi?..."
"Benar! Tapi Keluarga Pendekar Surgawi sudah melaporkan bahwa mereka tidak bisa menangani hal itu, karena itulah mereka melaporkannya kepada kita langsung!"
'Jika Keluarga Pendekar Surgawi sampai meminta bantuan begitu... ini bukan masalah yang sepele, harus segera diselesaikan sebelum menjadi-jadi.' Batin Yeonhwa, memikirkan cara untuk menangani hal seperti ini.
"Ayah, aku ingin bertemu dengan Han Minseok."
Seperti yang diminta, Yeonhwa dipertemukan dengan Minseok, Keturunan Pendekar Surgawi. Atau bisa dibilang, TUNANGAN kerjasama Yeonhwa.
"Tunanganku sampai memanggilku langsung ke sini, sepertinya urusan soal tugas lagi. Padahal aku ingin sekali membahas soal masa depan yang indah~"
Minseok, seorang Pendekar Surgawi yang bekerja selayaknya seorang ksatria bawahan Penjaga Segel. Demi terus bekerjasama, mereka ditunangkan.
Ia mungkin terdengar sangat dingin, namun sebenarnya dia adalah seorang yang hangat dan perhatian. Tentu saja hanya untuk Yeonhwa.
"Langsung ke intinya saja. Untuk masalah ini, kita harus bekerjasama untuk membasmi ancaman yang bisa merusak dunia ini. Kita tidak bisa terus hidup bersantai-santai begini, orang-orang tak bersalah sedang membutuhkan bantuan kita."
"Aku tahu, aku tahu~ kau sangat baik dan hangat ke orang asing, tapi dingin pada tunanganmu sendiri, bukan?"
"Minseok, aku serius. Kita harus mencari tahu apa tujuan dari Cheonma itu, aku butuh bantuan bawahanmu untuk melakukan tugas itu. Kita juga harus bertindak begitu mendapatkan informasi tentangnya... blablabla, blebleble, blublublu."
Yeonhwa yang serius memang susah diatur, tapi justru itulah yang membuatnya sangat bagus dalam bidang strategis.
"Aduh, kami juga sedang melakukannya dan masih dalam pengamatan. Jadi kau tidak usah khawatir lagi, serahkan semuanya kepada kami—"
"–Jika kalian bisa melakukannya sendiri, kenapa meminta bantuan dari kami?"
Deg...
Yeonhwa tanpa pikir panjang langsung menyela dan masuk ke intinya, itu membuat Minseok terdiam kaku tak bisa berkata-kata.
Setelah diam sejenak, ia akhirnya memecahkan keheningan dan berbicara dengan sedikit terbata-bata.
"A-apa kau bilang? Sejak kapan...?"
"Kau adalah penerusnya, tapi kau sendiri bahkan tidak mengetahui kabar barunya?"
"...I-itu... bukan seperti itu... hanya... hanya saja aku... ugh..." Minseok benar-benar kaget dan takut dibuatnya, sehingga ia berkeringat dingin.
Dalam situasi biasa, ia sangat tenang bagaikan air sungai yang mengalir pelan. Tapi begitu masuk ke pembahasan soal darurat—
Ia menjadi sangat serius dan bahkan dingin, sehingga mampu membuat siapapun tak berani menatap langsung matanya. Seolah-olah dialah yang berkuasa selayaknya seorang ratu dingin.
Tidak hanya sering dipuja karena penampilan, tapi dalam bidang strategis dan kepribadian pun sampai didengar oleh seluruh dunia.
Dengan nama panggilan 'Teratai Cahaya', ia dikenali dan disegani oleh semua makhluk hidup di dunia ini.
Kata bunga teratai yang diambil dari maksud namanya, serta cahaya dengan melambangkan kekuatan sucinya yang sangat terang. Membuatnya semakin menarik perhatian dunia—
"Kau yakin dengan pilihanmu ini?! Apa kau sudah gila?! Sadarlah! Pikirkan strategi yang lain, kita tidak bisa melakukan ini!"
Setelah obrolan panjang mereka, Yeonhwa memilih jalan yang 'berbahaya' dan bisa mengancam nyawa. Yaitu—
✦𝗛𝗮𝗱𝗮𝗽𝗶 𝗹𝗮𝗻𝗴𝘀𝘂𝗻𝗴 𝗦𝗮𝗻𝗴 𝗜𝗯𝗹𝗶𝘀 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗶𝘁✦
Jika beruntung, mereka bisa memenangi pertarungan itu dan menyelamatkan dunia. Tapi sedikit saja kesalahan sudah bisa mengancam nyawa, dan keberuntungannya hitung-hitung hanya ada 4% kesempatan.
"Aku tahu itu berbahaya, tapi setidaknya kita bisa menyegel gerbang tanpa gangguan mereka lagi."
"Tidak bisa! Itu beresiko! Apa kau ingin mati?! Kalau begitu, mati saja sendiri! Aku masih ada beberapa—"
"–Baiklah... serahkan semuanya kepadaku."
Dun—dum...!
Apa boleh buat? Jika seorang Yeonhwa sudah yakin dan tetap dengan pilihannya, maka sudah tidak ada yang bisa menghentikannya. Bahkan meski itu kedua orang tuanya sendiri.
"Apa?! Tidak bisa! Ibu tidak menyetujuinya! Tidak akan pernah!" "Yeonhwa, tahukah kamu seberapa beresiko dan berbahayanya jalan itu?"
"...Saya tidak peduli, saya akan tetap melewati jalan itu. Saya bersedia mengorbankan nyawa saya sendiri demi keselamatan orang-orang yang tidak bersalah."
"Yeonhwa! Jika kamu pergi duluan, bagaimana dengan dunia ini?! Bagaimana jika ada ancaman yang akan datang lagi?! Siapa yang akan melindungi kami?!"
"Masih ada Minseok, dia pasti—"
"–MIN YEONHWA! CUKUP!"
Deg...
Sudah 18 tahun ia hidup, namun ia tak pernah mendapat bentakkan keras dari Sang Ayah. Namun meski itu adalah yang pertama kali, jiwanya yang keras tak akan bisa retak semudah itu.
"...Saya tahu perbuatan saya ini lancang, tapi saya benar-benar akan tetap pada jalan yang sudah saya pilih sendiri. Dan sama sekali tidak ada niat untuk berubah pikiran."
Kedua orang tuanya hanya bisa terdiam, tidak tahu harus bagaimana lagi cara untuk menghentikan putri mereka yang keras kepala itu.
"Kalau begitu... saya pamit dulu."
Dengan langkah yang pelan dan tenang, ia melangkah keluar dari kediaman yang sudah ditinggalinya selama 18 tahun... untuk melakukan tugasnya.
Selangkah ketika ia pergi dari tempat itu, Sang Ibunda langsung ambruk ke tanah dan menitikkan air mata. Putri yang dibesarinya sedari dini, memilih untuk pergi terlebih dahulu sebelum mereka yang sudah paruh baya.
"Yeonhwa... Yeonhwa-ku..."
Sang Ayah hanya bisa terdiam kaku, tak tahu harus berkata atau melakukan apalagi begitu melihat punggung putrinya yang menghilang seiringnya jarak di antara mereka betambah.
"Kau belum dewasa... Yeonhwa... kau masih seorang anak kecil..." Gumam Sang Ayah, dengan pandangan penuh kenangan memperlihatkan punggung putri berusia 18 tahun itu seperti anak 5 tahunan.
Ia hanya bisa tersenyum tipis, pahit dan perih. Sebagaimana Sang Istri yang hanya bisa duduk terpaku di atas tanah yang lembab dan air mata yang tak bisa berhenti menetes.
✦✦✦
Wuuushh...
Langkah yang anggun dan tenang, serta tatapan mata tajam yang hanya fokus ke depan... suatu tempat, seseorang.
Tempat duduknya Seorang Dewa yang sangat ditakuti dan disegani dunia, selayaknya Sang Teratai Cahaya yang juga dipandang sebegitunya—
Mata mereka bertemu, tatapan mata yang dalam dan intens. Membuat suasana sekeliling terasa seperti kuburan, padahal pertarungannya masih belum bermula.
"Ada seorang tamu yang tak diundang datang kemari... bisa dilihat dari keberanianmu, sepertinya kau ke sini bukan untuk bekerja sama..."
"...Begitulah, kau sangat berbakat dalam permainan tebak-tebakan."
Apa yang akan terjadi... jika kedua orang berkepribadian tenang-dingin bertemu?—
"Sudah sekian lama, sejak terakhir kali kita bertemu... ternyata kau seorang yang tidak sabaran ya?"
"Setiap kesabaran memiliki batasnya, tumben sekali kau tidak bisa berpikir?"
Apa yang akan terjadi... jika kedua orang berkepribadian menghina secara terang-terangan bertemu?—
Sring...
"Oh? Aku baru tahu bahwa makhluk sepertimu ternyata ada batas kesabarannya juga..."
"Tanganku pegal, kenapa tidak mulai sekarang saja?..."
Apa yang akan terjadi... jika kedua orang berkekuatan mengerikan bertemu?—
"Terserah saja..."
SWING—
Tanpa aba-aba, Sang Teratai Cahaya langsung maju bersama pedangnya yang dipenuhi oleh Chi suci berkekuatan tinggi.
TRANG!
Namun serangannya itu bisa ditangkis dengan mudah oleh lawannya. Belum puas dengan itu, Sang Teratai Cahaya kembali menyerang menggunakan kekuatan spiritual-nya.
"Tebasan Cahaya!"
Swing— SLASHHH!
Dengan menggunakan kekuatan spiritual itu, ia hampir saja menebas kepala Sang Iblis Langit. Namun Iblis Langit itu bisa menghalanginya menggunakan kekuatan penahanan miliknya.
'Cih! Dia lumayan kuat juga.' Batin Sang Iblis Langit, sebelum menyerang balik menggunakan kekuatan miliknya.
"Tombak Penghancur!"
Set— JLEBB!
Sang Teratai Cahaya yang tak sempat menghindar pun tertusuk oleh tombak milik Iblis Langit, tapi itu bukan berarti dia akan berhenti.
Swing— SLASH! Trang!!!
Pertarungan yang sengit itu terus berlanjut hingga 4 hari berlalu. Tampak ada siluet seseorang yang melayang di udara, dengan dada yang narik turun seolah ia sudah kehilangan banyak tenaga dalam(Chi) karena bertarung.
Perlahan, siluet itu jatuh ke tanah. Menciptakan hantakan keras yang membuat dunia sedikit terkena tekanan.
BRUK!!!
Siluet itu ternyata adalah siluet-nya Sang Teratai Cahaya yang sudah sekarat, dengan banyak luka di tubuhnya serta sebelah tangan kanannya yang sudah putus dan terus meneteskan darah segar.
Lawannya, Sang Iblis Langit, sudah tumbang. Namun tidak terlihat ada luka parah seperti milik Sang Teratai Cahaya, hanya beberapa luka tebasan yang tidak terlalu parah.
Itu dikarenakan Pusat Tenaga Dalam miliknya sudah disegel oleh Sang Teratai Cahaya, namun itu tetap bukan berarti ia sudah mati dan dikalahkan. Hanya saja Pusat Tenaga Dalam-nya yang disegel, itu pun segelnya tidak terlalu kuat dan tidak bisa bertahan lama.
Nafasnya tersengal-sengal, penglihatannya perlahan mulai kabur, kulitnya memucat, darah terus berceceran di merata tempat.
Melihat lawannya yang sudah kalah, ia sudah bisa menerima takdirnya. Ia perlahan memejamkan matanya, dan kesadarannya pun hilang sepenuhnya...
✦✦✦
Matanya terbuka, ia melihat sekitar dan mendapati bahwa dirinya berada di suatu tempat yang gelap. Begitu menyadari ada cahaya tidak jauh darinya, ia menoleh.
Cahaya itu adalah milik sesuatu benda seperti bulan yang ukurannya tidak terlalu besar. Tangannya perlahan menyentuh benda itu, ia merasakan sensasi ketenangan serta sesuatu yang seperti disalurkan ke tubuhnya.
'Apa ini?...' Pikirnya, sambil terus meraba benda itu.
Karena mendapat sensasi ketenangan yang menyenangkan, membuatnya tanpa sadar memejamkan matanya. Begitu matanya terbuka kembali, ia meliat suatu tempat yang terasa familiar.
'Ini... di mana aku pernah melihatnya ya?' Batinnya, sambil celingukan. Lalu jantungnya terasa berhenti berdetak begitu ia melihat kedua orang tuanya yang berlutu seolah memohonkan sesuatu.
"Ayah...? Ibu...?" Gumamnya, namun kedengaran oleh kedua orang tuanya yang sedang berltut sambil menangis.
"Yeonhwa! Hiks! Putriku! Syukurlah!!!" Sang Ibunda langsung memeluknya begitu melihatnya kembali sadar, begitu juga dengan Sang Ayah yang tak bisa berhenti memuji Tuhan.
Menyadari ada sesuatu yang tak beres, ia pun berniat untuk memastikannya. Namun terjawab sendiri begitu ia melihat ke arah genangan air yang tenang, ia melihat sosok dirinya saat berumur 5 tahun.
'Eh?... bagaimana bisa?..." Sebelum ia sempat menanyainya, Sang Ayah langsung memberitahunya.
"Kami mendapat kabar pertarungan mengerikan dari warga setempat tak jauh di dekat Wilayah Monster... dan mendapati bahwa kau ada di sana..." Ucapnya, suaranya terdengar lirih.
"Demi dunia ini, kami memohon berkali-kali selama ratusan tahun untuk menghidupkanmu... tapi tentu saja dengan syaratnya, yaitu mengembalikanmu ke saat di mana kau sudah bisa mengontrok seluruh kekuatanmu..." Lanjutnya, sambil menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
"Berarti...?"
"Benar, sudah 137 tahun berlalu... dan..." Ia berhenti, merasa ragu untuk melanjutkannya. "Minseok, sudah menikah dengan orang yang dicintainya. Mereka juga sudah dikaruniai 4 orang anak..." Meskipun agak ragu, ia tetap melanjutkannya.
Alih-alih merasa sedih dan mencari Minseok, Yeonwha justru malah bertanya soal yang lainnya.
"Di mana Iblis Langit?"
"...Ah? Apa?" Kedua orang tuanya terdiam tak bisa berkata-kata, namun pada akhirnya tetap membalasnya.
"Maksudmu... lawan bertarungmu?"
"Benar."
"...Sesampainya di sana, kami hanya melihat dirimu seorang. Tidak ada yang lain..."
'Sepertinya dia berhasil menyelamatkan dirinya...' Pikirnya, lalu menghela nafas panjang...
DUBRAGHHHH!
Getaran keras yang mendadak itu membuat semuanya panik, kemudia salah satu bawahan masuk dengan tergesa-gesa.
"Yang Mulia!!! Darurat! Ada yang menembus gerbang!!!"
Deg!
"APA?!" Mendengar berita itu, Kyungmin, Sang Ayah, langsung keluar untuk memastikan kondisi. Lalu Sang Ibunda menoleh ke arah putrinya.
"Kamu... tidak, kamu istirahat—"
"–Tidak bisa." Yeonhwa tanpa basa-basi langsung keluar mengikuti Sang Ayah, meninggalkan Sang Ibunda dengan kekhawatiran dan kebimbangan.
"Wahai Gerbang di antara dunia, yang berdiri di ambang cahaya dan bayang. Dengan jiwaku sebagai kunci, dan tekadku sebagai rantai. Kusegel jalan menuju kegelapan abadi— TERTUTUPLAH!"
Dughhh— BWOOOOOOSHHH!
Begitu mantra dirapalkan, pembatas gerbang dunia pun disegel. Setiap retakan digabung kembali menjadi satu, setiap rantai penyegel mengunci pembatas tanpa mengambil banyak waktu.
Tubuh mungilnya itu memiliki kekuatan yang luar biasa, suaranya yang tenang menjadi sangat tegas begitu kata penutup dirapalkan.
✦✦✦
Sudah 10 tahun sejak hari itu, rumor dan informasi tentang Keturunan Dewa Segel pun di tutup. Membuat semua orang sulit untuk mengetahui informasi terbaru dari mereka.
Suatu hari, disaat lagi berjalan-jalan bersama ayah dan ibunya. Perhatiannya tertuju pada seorang pemuda bertopeng.
"Mengagetkan saja... kupikir ada kera bertopeng yang terlepas dari kandang..." Gumamnya, pelan tapi sedikit terdengar.
"Hm? Kera bertopeng?" Sang Ibunda yang mendengar gumamannya itu pun bertanya untuk memastikan.
"Tidak ada, mungkin salah lihat..." Balas Yeonhwa, sedikit melirik ke arah Sang Pemuda Bertopeng. Untung saja kedua orang tuanya tidak menyadarinya.
'Apa dia seorang pencuri? Terang-terangan sekali?... Ah, sudahlah... lagian itu bukan urusanku...' Batinnya, lalu pergi tanpa menoleh.
Tanpa sepengetahuannya, ternyata pemuda bertopeng itu juga menyadari bahwa dirinya diperhatikan oleh seseorang.
'Apa dia seorang nona bangsawan? Tapi kenapa aku bisa merasakan aura yang mencekam darinya?... Ah, sudahlah. Itu bukan urusanku.' Batin pencuri yang aneh itu sebelum kembali melakukan aksinya.
✦✦✦
"Nona! Ada sebuah laporan mengenai pembatas gerbang dunia!"
Kini Yeonhwa sudah 18 tahun, dan ia menghabiskan hari-harinya itu untuk melatih ilmu bela diri serta mantra miliknya. Suatu hari, Yeonhwa yang lagi sibuk berlatih berpedang mendapat laporan mendadak dari seorang pelapor.
"Apa itu?"
"Kami mendeteksi ada keturunan Cheonma yang masih bertahan hidup, dan jika dilihat lagi dengan gerak-geriknya... sepertinya ia berniat untuk menembus pembatas gerbang dunia."
Dun—dum...!
Begitu masalah pertama sudah selesai, pasti akan ada masalah baru lagi yang akan datang... demi nyawa orang-orang tak bersalah, ia harus menghalangi niat musuh bebuyutannya itu—
Tapi karena ia adalah anak dari Sang Iblis Langit, pasti akan sulit untuk mencarinya.
"Hmm.. kebetulan aku juga sedang curiga dengan seseorang..."
Sebenarnya... 𝗞𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮 𝗶𝗻𝗶 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴?
(𝐒𝐩𝐨𝐢𝐥𝐞𝐫 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲)