Aku wanita berumur 22 tahun pada saat itu, saat pertama kali bertemu dengan lelaki biasa yang sangat kusayangi selama beberapa waktu kedepan. Aku pertama kali bertemu dengannya di cafe milik temanku, kami berkenalan, berteman baik, sampai beberapa waktu dia mengungkapkan perasaannya. Aku yang merasa bingung tidak menjawab pertanyaannya, aku tidak terlalu ingin memiliki hubungan sepasang kekasih, aku juga merasa terganggu dengan ungkapan perasaannya itu. Sampai akhirnya teman-temanku berusaha membuatku menerima perasaannya dan akhirnya kami menjadi sepasang kekasih tanpa perasaan satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, dia terus berusaha untuk meluluhkan hatiku yang sudah mati rasa itu, hingga beberapa bulan kemudian hatiku mulai terasa sedikit melemah karna sikapnya kepadaku terlihat begitu tulus. Akhirnya, akupun jatuh cinta kepadanya. Hubungan kami pun terus berlanjut, sampai pada saat dia akan melanjutnya studinya keluar kota. Saat rasa mulai tumbuh seperti bunga yang bermekaran di musim semi, kami terpaksa dipisahkan oleh jarak. Rasa tidak rela, kecewa, sedih, marah, semua bertumpuk dihati. Setelah dipisahkan oleh jarak, kami berusaha untuk tetap menjaga komunikasi, saling memberi kabar dan dukungan satu sama lain. Sayangnya lama kelamaan hubungan kami mulai goyah, bak diterpa badai. Mulai terjadi perdebatan yang tak kunjung ada solusinya, masalah-masalah sepele terus berkunjung, itu terus terjadi selama beberapa waktu. Sampai akhirnya dia kembali lagi ke kota tempatnya dilahirkan, dan kembali kepelukanku setelah sekian lama pergi. Kami menghabiskan banyak waktu bersama, melakukan hal-hal yang belum pernah kami lakukan bersama, seperti berlibur, dll. Sampai akhirnya diapun harus kembali belajar lagi, dia kembali pergi meninggalkanku sendiri disini. Pada saat itu hubungan kami masih tetap baik-baik saja, bahkan lebih baik dari sebelumnya, aku rasa mungkin kami mulai sedikit terbiasa dengan perpisahan ini. Semuanya masih terasa menyenangkan, sampai akhirnya kami berdebat hebat. Aku rasa saat itu kami berdua sama-sama egois, dan sudah lelah menjalani hubungan yang membosankan ini. Aku tidak tau bagaimana perasaannya saat itu, tapi aku sangat mengetahui apa yang kurasakan. Perasaanku padanya semakin memudar seiring berjalannya waktu, rasa kecewa, rasa tidak percaya, rasa cemburu, semua menjadi satu dan menumpuk bagai bukit. Emosi kami berdua pecah pada malam itu, kami berdua saling menyalahkan satu sama lain. Sampai akhirnya hubungan kamipun berakhir. Kupikir saat itu aku akan merasa sangat sedih, ternyata tidak begitu. Aku merasa sangat lega, seakan beban yang ada dikepalaku sirna, hatiku lega. Kami sama-sama mengucapkan salam perpisahan dan rasa terima kasih. Malam itupun terasa begitu panjang. Keesokan harinya, lelaki itu menghubungiku kembali. Kami berbicara sangat banyak, sampai pada hal yang sangat sulit kupercaya yang membuat hatiku terasa tercabik-cabik. Perpisahan yang kukira akan baik-baik saja dan terasa melegakan itu berubah menjadi tangis yang berkepanjangan. Lelaki itu berkata dia berselingkuh dengan wanita lain ketika sedang berada jauh dariku, hatiku terasa sesak bahkan aku kesulitan bernafas, aku menahan tangisku sekuat tenaga, aku tak ingin dia mendengan aku menangisi perbuatannya yang menjijikan itu. Dia berhubungan badan dengan wanita lain, lelaki yang kukira sangat baik itu? Wah, aku sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi saat itu. Aku merasa dibohongi, aku merasa sangat kecewa. Dia satu-satunya lelaki yang paling kupercaya dan aku yang selalu bergantung kepadanya, dia berbohong. Aku ingin menertawakan diriku sendiri, aku merasa bodoh, merasa terhina. Perpisahan yang kukira akan baik-baik saja itu berubah menjadi perpisahan paling buruk sepanjang hidupku. Selama ini aku membuang-buang waktuku yang berharga, membuang perasaan tulusku, rasa sayangku kepada orang yang salah. Pada saat itu aku bersumpah, aku tidak akan mau bertemu atau berhubungan dengannya sedikitpun, aku akan melupakan semua hal tentangnya, apapun itu aku berjanji pada diriku sendiri.