Julian Carter, seorang Penyihir Gelap yang memperlajari ilmu sihir hitam di sebuah kerajaan bernama Ashtonwall Kingdom, di sebelah wilayah barat.
"Ah, s*alan... bisa-bisanya..." Gumamnya, sembari diikat ketat oleh pengawal kerajaan di tiang kayu.
Kini, ia akan segera dihukum mati karena menggunakan ilmu hitam. Sudah jelas. Ia hanya bisa pasrah dan menerima takdirnya untuk mati.
'Jika suatu hari nanti aku dihidupkan kembali... aku pasti akan membalaskan dendam ini!' Batinnya, sambil menggertakkan giginya dan memejamkan matanya.
Api pun dinyalakan, dan tubuhnya pun langsung dilahap oleh api tanpa sisa...
Whoosh...
Ia membuka matanya pelan, melihat sekitarnya yang berwarna hitam.
'Di mana ini? Apa aku sudah berada di alam baka? Atau surga? Tidak, tidak... memangnya aku pantas masuk surga?' Ia tak bisa berhenti celingukan.
Lalu perhatiannya tertuju pada suatu benda, benda yang bulat sempurna seperti bulan. Benda itu memancarkan cahaya kuning terang, seolah sedang memamerkan aura mengerikannya.
'Benda apa-apaan itu? Apa itu semacam makhluk hidup?' Ia mengernyitkan dahinya, berusaha melihat benda yang bercahaya itu dengan lebih jelas.
Lalu tanpa sadar, sikap penyihir sejatinya yang selalu penasaran itu pun membuat tangannya bergerak sendiri menyentuh bola bulan yang bercahaya itu.
Ia merasakan seperti ada sesuatu yang disalurkan kepadanya yang membuatnya merasa tenang.
'Wah, ada apa ini? Apa ini semacam Sihir Suci yang sering dibicarakan para penyihir? Aku beruntung sekali!'
Karena sifat alaminya yang rakus, ia pun menyentuh bulan bercahaya itu dengan kedua tangannya dan menikmati sensasi kesenangan yang disalurkan.
Begitu matanya yang dipejam terbuka kembali, ia melihat pemandangan yang gelap dan sempit.
"Ughh! Apa-apaan ini?! Kenapa rasanya sempit dan gelap sekali?! Arghh! Keluarkan aku!!! Aaarghh!" Ia terus mencoba untuk keluar dari tempat itu.
Namun ruangannya sedikit membuatnya tak bisa banyak bergerak, lalu ia menyadari sesuatu yang aneh...
"Eh? Mana kedua tangan dan kakiku? Dan kenapa aku tak bisa menggerakkan tubuhku?"
Lalu penutup yang menutup ruang tidurnya itu pun terbuka, ia melihat seorang manusia yang sangat jelek dan gemuk.
"Uurghhh! Jelek sekali! Argh! Lepaskan aku, dasar manusia jelek! Cuih!" Namun sayang sekali karena manusia itu tak menghiraukannya dan mengangkatnya.
'Apa? Bagaimana bisa ia mengangkatku dengan mudah? Padahal berat badanku lebih dari... 50 kg...?' Ia terdiam melongo begitu melihat ke arah cermin.
Manusia yang sedang mengangkatnya itu ternyata hanya sedang mengangkat sebilah pedang dengan ukiran kuno yang sepertinya memiliki bermaksud terselubung.
"Apa?... aku... terlahir kembali? Tapi... KENAPA HARUS SEBUAH PEDANG YANG SUDAH KARATAN?!!!"
Aku terus mencoba untuk meronta-ronta agar bisa melarikan diri, namun aku tidak bisa mengontrol tubuhku yang sudah menjadi pedang ini.
"S*ALAAN!!! INI TIDAK BISA TERJADI! AKU ADALAH SEORANG PENYIHIR YANG TERKU— HMPH!?"
Ia tidak bisa melanjutkan keluhannya karena keburu dimasukkan ke sarung pedang oleh pemilik pedang.
"HMMMH! HMPH!! HMMMMMH!!!"
Meskipun begitu, ia tak kunjung kehilangan nafas dan tetap hidup. Mengapa? Aelah pake nanya segala, tentu saja karena sekarang ia sudah menjadi seorang pedang... yah, pokoknya 'seorang' pedang...
Lalu ia dikeluarkan kembali, dan diletakkan di suatu tempat yang seperti dunia bawah. Ia yang kebingungan pun melihat sekitar meski kepalanya tak bisa digerakkan.
'Tempat apa ini?... kenapa mengerikan sekali? Apa ini yang namanya 'dunia bawah'?' Batinnya, sambil menelan air liurnya sendiri.
Ia hanya terdiam di tempat, tak tahu harus melakukan apa. Hingga selepas 8 hari dikurung di tempat mengerikan itu, ada seoranh kakek tampan yang mengambilnya.
'Siapa kakek tampan ini? Dia sangat awet muda... tunggu, apa dia ingin menyelamatkanku? Benar! Ayo selamatkan aku! Ayo!'
Lalu pria yang ia panggil sebagai 'kakek tampan' karena wajahnya yang tampan dan awet muda serta rambut putihnya yang seperti ubun-ubun itu berjalan mendekat.
"Pedang Iblis... akhirnya aku bisa menemukanmu...!" Gumam kakek tampan itu sembari mengambil Julian yang merupakan seorang pedang yang malang.
"Benar! Begini! Tapi aku tetap harus melepaskan diri!" Julian yang terlalu bersemangat pun berbicara dan mencoba untuk melepaskan diri.
Namun tanpa sepengetahuannya, ternyata kakek tampan itu bisa mendengar suaranya.
'Apa? Pedang ini bisa berbicara?' Batin kakek tampan itu sebelum mencoba berbicara dengan Julian. "Kau... bisa berbicara seperti manusia?"
Julian yang mendengarnya pun tentu merasa kaget dan kebingungan. "Apa? Kau bisa mendengarku?" Tanya Julian yang dibalas dengan anggukan pelan dari kakek tampan itu.
Sebelum kakek tampan itu mendapat kesempatan untuk berbicara, beberapa orang yang membawa pedang pun datang.
"Pangeran! Bukankah anda sudah diberitahukan untuk jangan mengambilnya?!" "Pangeran! Tolong dengarkanlah kami! Ini juga demi kebaikan anda!" "Pangeran lewat ke arah mana tadi?"
Mendengar keributan itu, kakek tampan itu reflek bersembunyi bersama Julian tetap di genggamannya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Julian ke kakek tampan itu. "Mereka sedang mencariku, ayo segera bersembunyi!" Balas kakek tampan itu dengan bisikan agar tak terdengar oleh yang lain.
Mereka pun bersembunyi di tempat lain dan melarian diri ke suatu tempat, yaitu hutan yang lebat dan tebal. Lalu mereka berhenti dan beristirahat di sebuah goa.
"Hosh... hosh... apa mereka masih mengejar kita?"
"Kau sudah kelelahan saja? Yah, seharusnya kau biasakan diri berlari..."
Kakek tampan itu hanya diam menatap ke arahnya, 'Yang digendong siapa? Yang berlari siapa?' Pikirannya sangat penuh oleh keluh kesalnya.
Sembari beristirahat, mereka mengobrol sebentar untuk menghangatkan suasana. "Ngomong-ngomong... apa aku bisa tahu kenapa kau bisa berbicara?"
"Apa kau percaya dengan namanya 'reinkarnasi'?" Julian berbasa-basi sebentar sebelum memberinya jawaban.
"Maksudmu... 'terlahir kembali'? Entahlah, aku masih belum yakin... memang kenapa?"
"Apa kau percaya, jika aku mengatakan bahwa aku mengalaminya?" Sontak, jawaban yang diberikan oleh Julian membuat kakek tampan itu kaget.
"Apa? Yang benar saja?" Meskipun begitu, ia tetap berusaha untuk bertenang selayaknya seorang Pangeran.
"Dulunya aku seorang manusia 'biasa', namun dibunuh 'tanpa alasan' yang jelas. Awalnya kupikir semuanya akan berakhir begitu saja, namun..." Julian terdiam, ragu untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Namun ternyata aku diberikan kesempatan untuk yang kedua kalinya, tapi kenapa sebilah pedang yang sudah berkaratan?! Karena itulah aku merasa kesal!"
Kakek tampan itu mengheka nafas panjang dan pelan, ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Julian meskipun tak pernah mengalaminya.
"Namaku Na Myeongjo, umurku baru 17 tahun. Siapa namamu?"
"...Maksudmu namaku yang dulu? Tidak mau, cukup memanggilku dengan nama pedang ini saja!"
"Baiklah, Mogeum(Pedang Iblis)..."
"? 'Mogeum'???"
"Benar, 'Mogeum'..."
'Sebentar, sebutan seperti itu 'kan sebutan wilayah timur? Eh... tunggu, bagaimana bisa... kami saling memahami bahasa kami satu sama lain?!' Julian yang baru menyadarinya pun jadi kebingungan.
"Sebentar! Eh... ada apa ini?!" Ternyata, sedari tadi ia berbicara bahasa wilayah timur ala Korea Dinasti Goryeo. Pantas saja Myeongjo yang berasal dari wilayah timur bisa memahaminya.
Setelah berkenalan cukup dalam, perut Myeongjo pun mulai bernyanyi.
Krucuk... krucuk...
Nyanyian mendadak dari perut itu pun membuat suasana menjadi hening, mereka menatap satu sama lain dengan kebingungan dan kecanggungan.
Myeongjo menahan tawa dengan menggigit bibir bawahnya, sambil menatap ke arah Julian dengan penuh berharap.
"...Kau tidak bawa pedang ya... baiklah, kau bisa menggunakanku." Karena merasa kasihan, Julian atau dengan nama barunya, Mogeum, menyerahkan dirinya untuk digunakan menebas haiwan.
"Baik, terima kasih~"
Myeongjo tanpa basa-basi langsung menggunakannya sebagai pedang, namun langkahnya terhenti begitu keluar goa. Ternyata orang-orang yang sedang mencarinya kebetulan lewat situ.
"Pangeran...?! Pedang itu 'kan...?!" Mereka lalu menatap satu sama lain sebelum mengangkat pedang mereka masing-masing.
"Maafkan kami, Pangeran. Tapi kami tak bisa memaafkan anda jika anda sudah mengambil Pedang Iblis turunan Cheonma..."
Lalu, mereka pun maju untuk menyerang Myeongjo. Namun anehnya di raut wajah mereka sama sekali tidak ada keraguan atau paksaan, itu membuat Myeongjo merasa kesal dan terpaksa melawan balik.
Swing!
Dalam sekali tebasan, ia menumbangkan semuanya tanpa aksi lanjutan dan hanya menyisakan berapa orang di belakang. Tentu itu membuatnya terdiam melongo tak percaya. Bagaimana bisa?
Begitu juga dengan Mogeum yang tidak tahu bahwa kepalanya setajam dan sekuat itu. Melihat pemandangan yang mengerikan di depan mata, yang lain sontak melarikan diri.
Tanpa pikir panjang, ia pun mengejar mereka agar tak bisa melarikan diri.
Swing!
Sekali lagi, sekali tebasan, nyawa auto melayang. Ia tak bisa mempercayainya, bagaimana bisa? Mustahil!
"Ini... bagaimana bisa?" Gumam Myeongjo yang masih kebingungan. "Padahal aku belum menggunakan jurus apa-apa..." Lanjutnya, sambil terus menatap Mogeum.
"Di belakangmu!" Begitu mendengar Mogeum memperingatinya, Myeongjo dengan cepat menghindari serangan musuh dan menyerang balik menggunakan Mogeum yang masih digenggam eratnya.
Slash!
"Ugh!" Darah segar muncrat dan berceceran di merata tempat mengenai hanbok yang dikenakan Myeongjo, Myeongjo yang tak ingin disalahkan pun lari bersama Mogeum tetap digenggamnya.
Namun sayang sekali, ia terkena busur anak panah di betisnya yang membuatnya tumbang.
Bruk!
"Ugh...! Sakit...!"
"Myeongjo! Kau harus bertahan! Mereka sudah mendekat! Bertahanlah!"
Tidak punya pilihan lain, Myeongjo memaksakan dirinya untuk terus melarikan diri. Namun lagi-lagi busur anak panah mengenai punggungnya yang membuatnya jatuh tersungkur.
"MYEONGJO!!!"
"S*alan, jangan berteriak... cukup dengan anak panah yang melukaiku..." Ucapnya, menyuruh Mogeum yang panik untuk diam.
Sebenarnya Julian panik bukan karena takut Myeongjo terluka, tapi ia panik akan dimasukkan kembali ke tempat mengerikan itu. Kau pikir Penyihir Gelap memiliki rasa empati?
Mereka pun tertangkap, Mogeum dibawa kembali ke tempat mengerikan itu sementara Myeongjo tidak diketahui nasibnya. Sudah pasti akan dipenjara.
Beberapa bulan pun berlalu, ia dikurung di tempat mengerikan itu seorang diri. Namun ia juga mempelajari beberapa hal yang baru mengenai kekuatannya sebagai 'seorang' pedang ini.
Tidak hanya bisa mengobrol dengan tuannya, ia juga bisa mengeluarkan kekuatannya sendiri. Ia juga bisa terbang, tapi ia ditahan erat oleh besi.
'Apa Myeongjo sudah bisa bebas?' Ia selalu menunggu kabar dari Myeongjo. Bukan karena khawatir, tapi karena sebelum mereka berpisah, Myeongjo sudah berjanji akan membawanya keluar usai dibebaskan dari penjara.
Setelah 4 setengah setahun, akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggukan kembali. Myeongjo terlihat waspada dan terus celingukan, sudah jelas bahwa ia tidak meminta izin dulu.
"Dasar bocah ingusan, kenapa kau lama sekali? Apa kejahatanmu seserius itu?"
"Entahlah, tapi aku hanya dipenjara selama 3 tahun. Sisanya gerak-gerikku terus diawasi. Memang kenapa? Kau khawatir ya~?" Jawabnya, sembari mencoba melepaskan Mogeum dari penahannya.
"Mungkin itu kau sendiri yang khawatir dengan dirimu."
"Huh? Ukhh! Hah? Urghhh! Ehh?" Melihat Myeongjo yang seperti kebingungan, Julian yang baik bak malaikat pun menanyakan masalahnya.
"Ada masalah apa?"
"Pertahanannya... urghh! Kuat sekali...!" Ternyata hanya masalah penahan pedangnya, tapi memang benar sih. Selepas kejadian itu, pertahanannya diperketatkan.
Myeongjo terus mencoba untuk melepaskan Mogeum, hingga pada akhirnya istilah 'usaha tidak mengkhianati hasil' pun terjadi. Ia berhasil melepaskan Mogeum, namun bedanya tidak ada yang mencarinya.
Ia lalu keluar diam-diam sambil menyembunyikan Mogeum ke dalam sarung pedangnya, untung saja Mogeum masih bisa bernafas.
Yang benar saja, mereka bisa lolos dan keluar tanpa hambatan dan kecurigaan. Myeongjo juga sudah meletakkan pedang cadangan sebagai pengganti Mogeum.
Kebetulan sekali, ternyata ada perang besar yang sedang berlangsung. Namun Myeongjo bukanlah tipe yang mengundurkan diri dari perang, ia juga turut ikut maju bersama yang lainnya.
Dengan menggunakan Mogeum, ia maju
dengan kepercayaan diri yang besar. Menebas setiap musuh yang menyerang walaupun ia sudah ketahuan menggunakan Pedang Iblis(Mogeum). Demi memenangkan perang, ia dibiarkan menggunakan pedang itu.
"Kalau tahu begini tidak usah gunakan pedang cadangan itu saja."
"Apa boleh buat? Biarkan saja— HYAHHH!"
Swing— SLASH!
Myeongjo mengayunkan pedang dengan sangat mantap dan mulus, seolah tidak ada larangan tidak bisa menggunakan Mogeum.
Bagusnya, mereka berhasil memenangkan perang besar itu. Perang itu berlangsung selama 6 tahun, dan yang hanya ada tersisa 2 orang...
Seorang pangeran dan 'seorang' pedang. Semuanya musnah tanpa sisa, tidak ada kaisar, tidak ada permaisuri, tidak juga ada ksatria. Hanya mereka...
Bruk!
"Hey, kau sudah mau mati? Terlalu cepat! Ayolah!" Bisa dilihat dari perkataan Julian, Myeongjo jatuh ke tanah.
Dengan lutut dan kaki yang menyentuh tanah, tubuh yang sudah mulai lemas, nafasnya tersengal-sengal, genggaman eratnya ke pegangan pedang sedikit terlepas... namun ada 1 detail yang sangat penting. Yaitu...
"Cihehe... haaa... hmph— PUAHAHAHAHAHA! HAHAHA! HAHAHAHA! HAHAHAHAHAHAHA! HAHAHAHAHA! HAHAHAHAHAHA! HAHAHAHAHAHA!"
Tawa yang keras bergema ke seluruh tempat, tawa yang dipenuhi oleh perasaan kepuasan, kesenangan dan kesombongan. Cukup membuat Julian yang merupakan seorang Penyihir Gelap ketakutan sekaligus kebingungan.
Ia berhenti, menarik nafas yang dalam dan menghembusnya pelan. Mendongakkan kepalanya menatap langit, dan tersenyum tipis.
"Sejujurnya... aku tidak yakin kita akan memenangkan perang besar ini, namun ternyata hasilnya di luar dugaanku..." Gumam Julian, dengan sedikit ngos-ngosan di nafasnya.
"Kau harus percaya, karena ada aku." Balasan dari Myeongjo membuat Julian terdiam, berpikir sama ada harus mengumpat atau menyadarkannya.
'Kalau kusadarkan, memangnya dia akan sadar?' Batinnya, sambil melotot ke arah Myeongjo yang sedang tersenyum puas.
Beberapa tahun pun berlalu, kini Myeongjo sudah menikah dan dikaruniai 6 anak. Sementara Julian terus menjomblo seumur hidup, begitulah takdir menjadi 'seorang' pedang.
Myeongjo menjadi Cheonma, Iblis Langit atau sering dikenali sebagai Dewa Langit. Ia sudah menjadi seorang Dewa, dengan Mogeum yang selalu berada di sisinya.
Myeongjo sudah berumur 41 tahun, sementara Julian yang sudah berusia 1038 tahun jika diikutkan dengan umurnya yang dulu.
Suatu hari, suatu jam, suatu menit, suatu detik. Hari kematian Myeongjo di umurnya yang ke-126 tahun disebabkan perang 9 tahun, dia memang bisa hidup lebih panjang lagi karena sudah menjadi Dewa. Tapi mungkin takdirnya hanya hidup selama 126 tahun.
Namun tentu saja, sebelum kematian. Seseorang pasti akan meninggalkan permintaan terakhir mereka. Permintaan ini diberitahukan kepadaku dan pengikut setianya...
"Aku ingin... Mogeum... diwariskan ke keturunanku... yang ke... en... am..."
Ala momen dramatis, ia pun berpergian seketika usai mengatakan hal seperti itu. Namun ada 1 hal yang mencurigakan... 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗲𝗻𝗮𝗺?
(𝐒𝐩𝐨𝐢𝐥𝐞𝐫 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲)