---
Di sebuah ruangan gelap berlantai papan catur, tergantung sebuah hati raksasa. Bukan hati biasa, melainkan jantung hitam berurat kelam, berlumuran darah yang menetes tanpa henti. Dari retakan permukaannya, tumbuh mawar merah yang mekar indah, kontras dengan tengkorak yang terpatri di tengahnya.
Konon, hati itu milik seorang ratu yang pernah mencintai dengan begitu dalam. Cintanya suci, tapi juga obsesif. Ia rela menyerahkan nyawanya demi mempertahankan cinta yang tak ingin ia lepaskan. Saat ajal datang, ia berdoa satu hal: "Biarlah cintaku tidak pernah mati.”
Doa itu dikabulkan, namun dengan kutukan. Jantungnya terus berdenyut bahkan setelah tubuhnya hancur. Mawar-mawar merah tumbuh dari luka-lukanya, melambangkan gairah dan rindu yang tak pernah padam. Tengkorak di dalamnya tersenyum, seolah mengejek nasibnya sendiri: hidup di antara keindahan cinta dan kengerian kematian.
Mereka yang menatap hati itu terlalu lama akan mendengar bisikan:
"Apakah kau sanggup mencintai… bahkan setelah mati?"
---