Kicauan burung pipit itu terdengar jelas dari balik kamar yang tengah kutempati ini.Sebuah pohon rindang yang begitu besar menjadi tempat ternyaman bagi mereka untuk bertengger dan berkicau merdu.Ini adalah hari pertamaku berada di sini di desa nenekku. Aku baru sampai tadi malam dan langsung beristirahat.Hingga kini aku sudah membuka mataku kembali.
Suasana pagi ini cukup sejuk dan cerah orang tuaku tampak tengah mengobrol ria bersama nenek dan kakekku. Mataku mulai mengitari lingkungan yang tampak baru ini.Sambil mengelilingi rumah nenek aku terus menikmati setiap pemandangan indah yang tidak akan pernah kutemui di Kota.Udara sejuk dan pelataran yang hijau segar dengan berbagai bunga yang mengisi halaman rumah nenekku. Membuatku tak bosan bosan memandangi nya.
Kakikku terus melangkah maju hingga aku sampai tepat dibelakang rumah nenekku. Sebuah sumur dengan penutup kayu papan, itu menjadi objek pertama yang menarik perhatian ku. Pasalnya di kotaku tidak pernah menemui sumur jadul seperti ini.karena biasanya aku memakai air elektronik yang serba modern. Saking penasaran nya aku terus memutar sumur itu. Hingga sebuah suara mengejutkan ku.
Suara desiran angin kencang yang menyerupai namaku terus terdengar sayup sayup. Suara itu membuatku penasaran setengah mati. Suara yang berasal dari hutan yang ada dibelakang bukit sebrang rumah nenekku. Jaraknya cukup jauh tapi suaranya terdengar jelas sekali .Sebenarnya aku takut tapi rasa penasaran ku mengalahkan ketakutanku.
Perlahan tapi pasti aku mulai melewati pagar belakang dengan memanjatnya. Melewati semak belukar yang cukup tinggi ,sedikit heran kenapa nenekku membiarkan rumput ini tumbuh menghalangi bukit yang cukup indah itu. Padahal setauku nenek orang yang mencintai keasrian lingkungan. Itulah alasan kenapa dia tidak mau ikut bersama kami ke kota. Tapi aku tak mau ambil pusing aku terus melangkahkan kakiku menuju suara deruan itu.
"Vania!!! Kembali kemari jangan kesana",
Sebuah teriakan dari nenekku menggema secara tiba-tiba membuat jantung ku hampir jatuh karena terkejut.
Aku mengalihkan langkah ku dan kembali ke pelataran rumah nenekku.Dan langsung menghampiri beliau.
"Ada apa nek? kenapa teriak seperti itu bikin kaget saja",gerutu ku karna kesal.
Nenekku tersenyum manis lalu meraih tangan ku dan mengusap rambut ku.
"Ingat manis nenek cuman ingin memberitahumu kau boleh bermain kemanapun sesukamu tapi jauhi hutan dibelakang bukit itu, jangan pernah kamu langkahkan kakimu ke arah sana kau paham?!",ucap nenekku tegas.
"Tapi tadi ada yang memanggil namaku nek dari balik bukit itu", ucapku sembari menunjukkan ke arah suara yang sudah hilang itu.
"Itu hanya suara hewan liar nduk pokoknya jangan kesana ya disana banyak binatang buas,sudah banyak warga desa yang diserang hewan disana,nenek gak mau kamu jadi korban berikutnya," seru nenekku panjang lebar.
Aku terdiam sejenak,tak mungkin seekor hewan bisa memanggil namaku dengan begitu fasih. Tapi yasudahlah mungkin itu hanya imajinasi ku saja.Aku dan nenekku pun masuk kedalam rumah karna ibuku sudah menyuruh kami untuk sarapan bersama.Sepanjang makan nenek terus memberiku peringatan kecil untuk tidak ke bukit di belakang rumah itu. Aku pun mengangguk paham meskipun masih banyak pertanyaan yang sangat mengganggu pikiranku.
Hari semakin siang aku sangat merasa bosan terus duduk di bangku kayu ini sambil merenung terus menerus.Orang tuaku baru saja pergi melihat ladang yang akan segera dibeli di desa sebelah.Mereka pergi dengan nenek dan kakekku. Tinggalah aku sendirian dirumah awalnya aku diminta untuk ikut namun aku beralasan ingin istirahat saja. Padahal aku masih penasaran dengan suara pagi tadi.
Aku mengumpulkan keberanian dan mulai menepis setiap peringatan nenekku dan menganggap nya hanya sebagai kekhawatiran biasa saja. Dengan langkah cepat dan mengendap ngendap aku mulai berjalan melewati semak belukar itu lagi, ya dan secara tiba-tiba aku mendengar suara itu kembali.Aku terus berjalan hingga sampai di depan sebuah bukit yang indah itu.Bukit hijau dengan hutan yang mengelilingi nya.Hutan itu berbentuk cukup aneh tapi juga menakjubkan bentuknya menerupai sebuah gerbang besar yang begitu gelap.
"Wow", sanggahku kagum sekaligus merinding.
"Vaniaaaaaa",
Sebuah suara lembut itu kembali berdesir di telinga ku,seakan terhipnotis aku kembali melangkahkan kakikku kedepan sampai akhirnya aku sampai di pembatas antara rumah nenek dan hutan bukit itu. Sebuah sungai besar adalah pembatasnya,kawat berduri menjadi pagar di tepi sungai itu. Sungguh aneh kataku nenek begitu menjaga rumahnya dari binatang buas padahal tak mungkin juga hewan bisa menyebrangi sungai yang begitu deras dan besar ini.
Aku mulai mencari cara agar bisa menuju ke tempat hutan bukit itu tapi tak ada jalan dari rumah nenekku ini.Satu satunya jalan adalah aku harus menyebrang melalui jembatan di ujung desa,nenek pernah bercerita ada beberapa orang pencari kayu bakar yang pernah pergi ke bukit itu melalui jembatan kayu diusung desa dan tak pernah kembali lagi. Tapi itu hanya mitos kata ibuku namun jembatannya benar benar ada.
Tanpa tunggu lama aku mulai keluar dari pekarangan rumah nenekku dan mulai menyusuri jalan ke ujung desa.Di setiap perjalanan banyak orang yang menyapaku.
Namun nasihat mereka selalu sama
"Selamat siang pak",sapaku pada seorang petani yang tengah menanam padi di sawah.
"Siang nduk,kamu cucunya nek rahmi yo?mau kemana nduk siang siang begini",
"Iya pakde, saya mau main main aja bosan dirumah",
"Oh mainlah tapi jangan sampai ke hutan di bukit itu yo ", larangnya.
Aku hanya mengangguk lalu mulai melanjutkan langkahku kembali.Aku terus berjalan dan berjalan hingga pada akhirnya aku sampai di jembatan yang menjadi tujuanku.Jembatan kayu yang tertutup ranting ranting dan dedaunan menjalar. Tampaknya sudah tidak pernah dilewati lagi. Disini juga ada papan yang bertengger dan bertuliskan
"DILARANG MASUK" aku sedikit ragu untuk melangkah .Pikiranku terus terbayang bayang saat nenek melarangku begitu pula warga disini. Tapi tekadku bulat aku ingin tahu siapa yang memanggilku. Saat akan melangkahkan kaki ke jembatan tiba tiba saja aku bertemu dengan seorang remaja putri yang cukup aneh.
Rambutnya basah,matanya sayup dengan tatapan kosong dia tersenyum padaku.
"Hai dik? Kamu siapa kenapa disini?", tanyaku.
"Harusnya aku yang tanya kk siapa dan sedang apa disini", jawabnya balik bertanya.
"Kakak hanya ingin berjalan jalan saja kok kebetulan kk baru disini",ucapku.
"Bagaimana kalau kita kerumahku saja", tawarnya.
"Dimana rumahmu?",tanyaku
"Didalam sana",tunjuknya kearah hutan didepan kami.
Aku mengangguk dan mulai mengikuti langkahnya.Masuk kedalam hutan yang rindang hitam dan gelap. Aku betul betul merinding sekali. Kami sudah berjalan cukup jauh.Namun tak kunjung sampai di rumah gadis itu.
"Kak vaniaa",
Aku menoleh kebelakang,sial gadis itu tidak ada disekitarku kemana dia. Dan darimana asal suara itu. Aku semakin ketakutan suara suara itu mulai memanggil namaku. Aku mencoba mencari tau kembali suara itu tapi... ada hal lain yang kutemukan. Seorang wanita berambut panjang dengan kain putih wajahnya pucat dan dia mirip sekali denganku. Sedang berdiri dihadapan ku dengan terus memanggil namaku. Tawa nya sangat melengking membuatku benar benar ketakutan. Aku berusaha melarikan diri tapi kemanapun aku pergi dia berhasil mengikuti ku.
"Apa maumu? Kenapa kamu menyamar menjadi aku dan mengangguku",
Wanita itu tertawa lagi dan mendekatikku. Lalu muncul sekumpulan makhluk aneh dan mulai mengejarku. Aku mulai melarikan diri sambil terus berteriak minta tolong. Kini aku tahu bukan binatang buas melainkan makhluk gaib yang nyata begitu aku menyebutnya. Mereka benar benar ada di hutan ini. Aku berusaha menerobos hutan ini tubuhku terluka oleh ranting" pohon. Para makhluk itu mulai mencakar dan ingin menggigit ku. Entahlah mereka seperti makhluk mitologi yang haus akan darah ya bentuknya benar benar aneh. Aku tidak bisa mendeskripsikannya dia begitu menyeramkan.
Aku tidak punya jalan keluar satu satunya jalan aku harus terjun ke sungai pembatas rumah nenekku. Aku mulai pasrah jika aku mati saat terjun ke sungai semoga keluargaku menemukan jasadku. Aku tidak ingin mati karna makhluk ini.
Dan ya aku mulai melompat ke sungai itu.Aku bisa melihat dengan jelas makhluk"itu berebutan ingin menangkapku.
Kututup mataku dan aku benar benar pasrah. Byuurrr....
Kepalaku langsung menghantam bebatuan dan aku tidak sadarkan diri.
.....
Aku membuka mataku dan aku bisa melihat keluargaku berkumpul menangis dan langsung memeluk ku. Aku bersyukur aku selamat. Nenek memarahiku karna tidak mendengarkannya. Nenek bilang aku diselamatkan oleh seorang petani diujung desa dengan keadaan tubuh yang penuh dengan luka.
Katanya hutan itu tempat pembunuhan berantai dulunya seorang dukun jahat tinggal disana dan menciptakan makhluk aneh untuk menyerang warga desa yang berada didekatnya.
Ini aneh dan cukup mustahil terjadi gumamku tapi aku benar" mengalaminya.
End.