Aku berbaring di atas dipan usang di beranda belakang rumah. Atap genting yang sudah berlumut menjadi bingkai bagi pemandangan langit yang selalu berubah. Hari ini, langit dipenuhi awan kelabu yang berarak perlahan, menyembunyikan sebagian sinar matahari. Hanya sedikit cahaya yang berhasil menembus, menciptakan efek dramatis di antara dedaunan pohon mangga yang rimbun.
Pemandangan ini adalah bagian dari hidupku. Sejak kecil, aku sering menghabiskan waktu di beranda ini, memandang langit dan berkhayal tentang berbagai hal. Langit adalah kanvas tanpa batas, tempat imajinasiku melukis berbagai cerita.
Dulu, aku sering membayangkan awan-awan itu sebagai makhluk hidup yang sedang berpetualang. Ada yang berbentuk naga terbang, ada yang berbentuk kapal layar, ada pula yang berbentuk wajah-wajah lucu. Aku selalu tertawa sendiri saat melihat bentuk-bentuk aneh itu.
Namun, seiring berjalannya waktu, imajinasiku mulai meredup. Aku terlalu sibuk dengan urusan dunia, dengan pekerjaan, dengan cinta. Aku lupa pada keindahan langit, pada keajaiban alam.
Hari ini, aku memutuskan untuk kembali ke beranda belakang rumah. Aku ingin merasakan kembali kedamaian yang selalu kurasakan saat memandang langit. Aku ingin menghidupkan kembali imajinasiku yang sudah lama tertidur.
Aku memejamkan mata, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulitku. Aku mendengar suara burung-burung berkicau, suara dedaunan bergesekan, dan suara gemericik air dari keran yang bocor. Semua suara itu berpadu menjadi melodi yang menenangkan.
Aku membuka mata, memandang langit dengan tatapan baru. Aku tidak lagi melihat awan-awan itu sebagai makhluk hidup yang sedang berpetualang. Aku melihatnya sebagai simbol perubahan, simbol kehidupan. Awan-awan itu selalu bergerak, selalu berubah bentuk, seperti halnya kehidupan yang selalu dinamis.
Aku tersenyum, merasa bersyukur atas kesempatan ini. Kesempatan untuk kembali terhubung dengan alam, untuk kembali menemukan kedamaian dalam diri. Aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi melupakan keindahan langit, untuk tidak lagi mengabaikan keajaiban alam.
Langit di atas genting ini mengajarkanku tentang pentingnya menghargai setiap momen, tentang pentingnya bersyukur atas segala yang kita miliki. Ia adalah pengingat bahwa kehidupan ini indah, meskipun kadang-kadang penuh dengan awan kelabu.
(end)
Author:fida