Subjudul 1 : Luka Lama Tak Pernah Mati*
Namanya *Alya Rivani*. Tak ada yang menyangka, gadis pendiam yang selalu duduk di bangku belakang kelas itu... menyimpan rahasia paling gelap.
Tujuh tahun lalu, keluarganya dibantai dengan kejam. Semua mengira itu perampokan, polisi menutup kasus dengan cepat, tak ada yang peduli. Tapi Alya tahu... itu bukan perampokan biasa. Itu *rencana pembunuhan*, dan dia *melihat wajah pelakunya*.
Seorang pria berjas hitam, dengan tato aneh di tangan kanan. Dan satu kalimat yang terus menghantuinya sejak malam itu:
_"Kalau kau hidup... anggap ini hadiah. Tapi ingat, hadiah bisa dicabut kapan saja."_
Subjudul 2: Gadis Pendiam yang Tak Biasa*
Sejak malam itu, Alya berubah. Ia tumbuh dalam sunyi, tinggal bersama paman yang tak pernah peduli. Di sekolah, dia seperti bayangan: tak dikenal, tak disukai, dan tak dianggap. Tapi diam-diam, Alya mempelajari sesuatu...
Ia membaca buku forensik. Belajar psikologi kriminal. Membaca pola. Mempelajari pembunuh berantai. Dan diam-diam... mulai *melatih dirinya sendiri.*
Nama terakhir dalam daftar adalah orang yang paling berkuasa—*Reza Hartanto*, seorang pengusaha besar... yang ternyata adalah ayah dari Dika.
Kini Alya dihadapkan pada dua pilihan: membunuh pria yang menghancurkan hidupnya, atau membiarkan anaknya hidup dalam kehancuran yang sama.
Tapi Alya sudah terlalu jauh. Dalam kamar gelapnya, ia menatap foto terakhir sambil berbisik:
_"Tak ada maaf untuk yang pura-pura tak bersalah."_
Ia menyusun daftar. Satu per satu nama yang terlibat dalam pembunuhan keluarganya. Mulai dari tukang bayar pembunuh... sampai yang menutup-nutupi kasus. Total: 7 nama
Subjudul 3: Pembalasan Dimulai*
Korban pertama ditemukan seminggu setelah ulang tahun Alya ke-17. Seorang pengacara tua—yang dulu menangani kasus keluarganya—ditemukan tewas dengan *mulut dijahit* dan kata "Kebohongan" tertulis di dinding.
Tak ada jejak. Tak ada bukti. Tapi Alya menulis satu kata di buku hitamnya: *“Satu.”*
Korban kedua... seorang mantan polisi. Ditemukan tenggelam dalam bak mandi, dengan seluruh kuku tercabut. Kata "Diam" tertulis dengan darah di cermin.
Subjudul 4: Menjadi Bayangan*
Alya tak membunuh untuk kesenangan. Ia membunuh dengan tujuan. Ia tidak sekadar psikopat—dia adalah *arsitek balas dendam yang tenang*.
Tapi semakin banyak korban jatuh, semakin dekat kecurigaan mengarah padanya. Seorang siswa pindahan, Dika, mulai penasaran. Ia menyadari Alya bukan gadis biasa.
_"Kamu tahu banyak soal pembunuhan... tapi kamu terlalu tenang setiap kali ada kasus muncul."_
_"Kenapa kamu selalu sendirian saat korban ditemukan?"_
Tapi Alya hanya tersenyum. “Mungkin aku cuma beruntung.”
Subjudul 5: Kebenaran yang Terungkap*
Dika mulai menyelidiki Alya. Ia mengikuti gadis itu sepulang sekolah, melihat ke mana dia pergi, bahkan memotret diam-diam. Tapi yang ia temukan... bukan bukti pembunuhan.
Dika malah menemukan sebuah ruangan rahasia di perpustakaan tua—tempat Alya menyimpan artikel lama, peta, catatan tangan... dan *foto-foto korban*.
Saat itulah Dika sadar: ini bukan cuma pembunuhan berantai. Ini adalah *rangkaian hukuman* yang terencana.
Dan lebih mengejutkan lagi, Dika menemukan foto ayahnya... dicoret dengan tinta merah.
Subjudul 6: Luka yang Sama*
Dika menuntut jawaban. Ia mendatangi Alya langsung.
_"Kamu mau bunuh ayahku, ya?"_
Alya tak menjawab. Tapi matanya penuh air, bukan karena takut—tapi karena marah.
_"Dia membunuh keluargaku, Dika. Saat aku umur 10 tahun. Kamu tahu apa rasanya melihat ibumu mati di depan mata, tapi tak bisa berbuat apa-apa?"_
Dika terdiam. Untuk pertama kalinya, ia melihat Alya bukan sebagai psikopat… tapi *korban yang kehilangan segalanya.*
_"Aku cuma ingin dia tahu rasanya kehilangan. Seperti aku."_
Subjudul 7: Tak Ada Jalan Pulang*
Dika mencoba meyakinkan Alya untuk berhenti. Tapi malam itu, Reza Hartanto—ayah Dika—menyadari seseorang sedang mengincarnya. Ia memerintahkan pengawalnya untuk mencari tahu siapa gadis bernama Alya itu.
Tapi terlambat. Alya sudah ada di rumahnya.
Di tangan Alya, pisau melambai di bawah cahaya lampu gantung. Tapi saat Reza melihatnya, ia tertawa:
_"Ternyata kamu… anak yang lolos malam itu. Aku pikir kamu sudah mati."_
_"Kamu tahu, kamu tak akan pernah bisa kabur dari ini semua."_
Tapi Alya tersenyum, dingin.
_"Aku tak mau kabur. Aku datang untuk menyelesaikannya."_
Dan malam itu… darah kembali tumpah.