---
Malam itu dingin, tapi tidak sedingin hatiku yang semakin lama semakin hampa.
Aku, Nadia, mencintai seseorang yang seharusnya tidak pernah kucintai: Arka.
Dia datang dalam hidupku dengan cara yang sederhana. Menawarkan tawa di hari-hari suramku, mengulurkan tangan ketika aku hampir menyerah, dan memberi cahaya pada ruang hatiku yang gelap. Aku jatuh, terlalu dalam, tanpa pernah sadar bahwa jatuh ini tidak punya jalan kembali.
Masalahnya sederhana: Arka tidak pernah menjadi milikku.
Sejak awal, dia sudah punya seseorang yang dicintainya—seorang perempuan yang selalu ia sebut “rumah”. Setiap kali namanya keluar dari bibir Arka, ada pisau tak kasat mata yang menusuk dadaku.
“Aku beruntung banget bisa punya dia,” katanya suatu malam dengan mata berbinar.
Aku hanya tersenyum. Senyum yang kupaksakan, sementara hatiku runtuh berkeping-keping.
Hari-hari setelah itu terasa semakin berat. Aku mencintainya, tapi cinta ini seperti api yang membakar diriku sendiri. Setiap pertemuan adalah kebahagiaan sekaligus penderitaan.
Sampai suatu hari, aku mendengar kabar itu. Sebuah pesan singkat masuk ke ponselku:
> “Nad… Arka kecelakaan. Kondisinya parah.”
Dunia seakan berhenti. Aku berlari ke rumah sakit dengan napas terengah, jantungku berdegup kencang, berharap semua ini hanya mimpi buruk.
Di ruang ICU, kulihat tubuhnya terbujur lemah dengan berbagai selang. Wajah yang biasanya penuh senyum kini pucat, matanya terpejam. Aku berdiri kaku, air mata tak terbendung.
“Aku… di sini, Ark,” bisikku dengan suara bergetar. “Bangunlah… aku belum siap kehilanganmu.”
Tapi takdir selalu punya cara kejamnya sendiri. Malam itu, detik demi detik berlalu, dan garis monitor di samping tempat tidurnya tiba-tiba lurus.
Aku menjerit, tapi tangisku tak bisa membangunkannya lagi.
Arka pergi, meninggalkan semua orang yang mencintainya. Termasuk aku—yang mencintainya diam-diam, dengan seluruh jiwa, meski tidak pernah jadi pilihannya.
Kini setiap kali hujan turun, aku masih teringat padanya.
Pada tawa yang pernah ia berikan, pada luka yang ia tinggalkan.
Mencintaimu, Arka… sungguh begitu menyakitkan.
Tapi kehilanganmu, ternyata jauh lebih menyiksa.
Dan aku tahu, luka ini mungkin tak akan pernah sembuh.
---
✨ Tamat.