Halaman depan Malfoy Manor.
Lampu taman berkilauan, mobil-mobil tamu berjajar rapi. Y/N berjalan cepat menuju mobil Blaise. Gaun hijaunya melambai setiap langkah, heels-nya mengetuk lantai batu.
Di wajahnya jelas ada sisa emosi—campuran marah, malu, dan capek.
Kenapa gue harus kena drama kayak gini? Kenapa harus di depan banyak orang?
Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dari kejauhan, di area taman samping, Y/N ngeliat seseorang yang sangat familiar.
“Theo…?” gumamnya pelan.
Dan benar—Theo Nott.
Cowok jangkung itu berdiri dekat air mancur… tapi nggak sendirian. Ada cewek lain berdiri di depannya, gaun biru muda, rambut pirang bergelombang.
Y/N refleks jalan pelan, matanya nggak bisa percaya.
Sampai akhirnya… dia liat sendiri Theo mencium cewek itu.
Dunia Y/N kayak runtuh seketika. Dadanya sesak, matanya panas.
---
Dari belakang, terdengar suara pelan tapi jelas.
“Y/N…”
Y/N noleh, ternyata Draco. Dia jalan cepat nyamperin, wajahnya penuh rasa bersalah.
“Gue nyari lo. Gue mau minta maaf soal Pansy tadi. Gue nggak pernah maksud—”
Tapi Draco berhenti ngomong pas liat mata Y/N udah berkaca-kaca.
Y/N cuma bisa berdiri kaku, suaranya pecah, “Dia… Theo… pacar gue…”
Draco noleh sekilas ke arah air mancur, langsung paham. Rahangnya menegang, tangan mengepal.
Sementara Y/N akhirnya nggak kuat lagi—air matanya jatuh.
Tanpa sadar, Y/N langsung meluk Draco erat-erat.
Draco sempet kaget, badannya kaku sepersekian detik. Tapi begitu ngerasa Y/N gemeteran di pelukannya, dia perlahan balas meluk.
“Udah… jangan liatin dia lagi,” bisik Draco pelan di telinganya.
Y/N nangis tertahan di bahunya, “Kenapa semua orang yang gue percaya selalu bikin gue kecewa, Malfoy…”
Draco nutup mata, nyesek ngeliat Y/N kayak gitu. Tangannya otomatis nahan belakang kepala Y/N dengan lembut.
“Lo nggak sendiri, Y/N. Selama gue ada di sini… gue nggak bakal biarin lo jatuh lagi.”
Siap 😏🔥 kita masuk ke titik konflik besar: Theo ketahuan, Y/N bareng Draco, semua ketegangan pecah di halaman manor.
---
Halaman samping Malfoy Manor.
Y/N masih di pelukan Draco, bahunya gemetar. Draco ngejaga erat, matanya dingin ke arah Theo yang masih sibuk sama cewek pirang tadi.
Theo akhirnya nyadar ada yang ngeliatin. Pas dia nengok… matanya langsung melebar.
“Y/N?!”
Y/N langsung lepasin pelukan Draco, buru-buru usap air matanya. Tapi jelas semuanya udah ketahuan.
Theo panik, jalan cepet ke arah mereka.
“Dengar dulu gue bisa jelasin!”
Y/N ketawa pahit sambil geleng, “Jelasin? Gue liat sendiri, Theo. Lo ciuman sama cewek lain… di malam lo tau gue ada di sini.”
Theo: “Itu—itu bukan yang lo pikir! Dia cuma—”
Y/N potong dengan suara pecah, “Cukup! Jangan pernah anggap gue bego. Satu bulan lo pacaran sama gue, tapi lo masih main sama cewek lain. Jadi… gue cuma cadangan kan? Backburner lo.”
Cewek pirang yang tadi bareng Theo melotot ke Y/N, “Hei, jangan asal nuduh! Theo tuh—”
Draco akhirnya maju, suaranya dingin dan tegas.
“Udah cukup. Malam ini dia nggak perlu jelasin apa-apa lagi. Gue rasa semua orang di sini udah liat fakta yang jelas.”
Tatapannya menusuk Theo, “Lo udah nggak pantes buat dia.”
Theo mendengus, “Dan lo pikir lo pantes? Draco Malfoy, yang udah punya tunangan tapi sekarang peluk cewek lain?”
Ruangan seketika hening. Pukulan telak.
Y/N kaget, noleh ke Draco. “Apa maksudnya, Draco? Tunangan…?”
Draco ngehela napas berat. Tatap matanya jelas penuh keributan.
“Itu… bukan kayak yang lo pikir, Y/N. Pertunangan itu bukan pilihan gue.”
Theo ketawa miris, “Liat kan? Lo cuma pelarian, Y/N.”
Y/N terdiam. Hatimu udah remuk sekali malam ini—tapi sekarang malah tambah parah.
Draco buru-buru, nadanya nyaris putus asa, “Jangan dengerin dia. Gue serius soal apa yang gue bilang semalam. Dari dulu gue cuma peduli sama lo.”
Y/N mundur selangkah, tatapannya ke Draco dan Theo bergantian.
“Aku… aku nggak bisa sekarang.”
Dia langsung putar badan, jalan cepat ke arah parkiran, ninggalin dua cowok itu saling melotot.