Salwa Annuzaimah, salah satu siswi kelas 2 di SMP 3 Nusantara. Dia hanya siswi muslim biasa yang terkadang malas dan lupa untuk mengerjakan ibadah.
Dia masih gadis remaja dalam masa pubertas nya.
"Ade itu sudah besar, kalau pekerjaan rumahmu saja masih harus ibu suruh, setidaknya sholat mu jangan kamu tinggalkan." Ini adalah kalimat yang sering ibu nya katakan.
Salwa sadar, dunia itu terus berproses dan berkembang, Semalas apapun dan selelah apapun, ibadah adalah yang harus di utamakan.
Mari kita mulai, kisah Salwa yang akhirnya ingin mencari ridhonya Alloh.
~
"Assalamualaikum." Sebuah salam diiringi ketukan pintu.
"Ibu ini salwa, tolong bukakan pintunya." Pintanya dengan nada cukup dikeraskan.
Sore ini, Salwa baru pulang dari sekolahnya. Dia, pulang diantar ojek langganannya. Ayahnya adalah seorang arsitek yang cukup sibuk, itu mengapa ayahnya jarang mengantar jemput Salwa ke sekolahnya.
Ceklek~
Pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita dewasa dengan balutan kerudung di kepalanya. Itu ibu Salwa, wanita yang sudah melahirkan Salwa, anak satu-satunya dengan penuh cinta.
"Waalaikumsalam"
"Ibu kunci pintunya, karena ibu lagi masak ikan yang ibu beli kemarin. Kalau tidak di kunci, nanti takut ada kucing yang masuk ke dapur" jelas ibu Salwa.
Salwa mengangguk mengerti, kemudian mencium tangan ibunya itu.
Sore itu Salwa menghabiskan waktunya untuk membersihkan diri. Lalu, duduk di kursi ruang tamu sambil memainkan handphone nya.
Ibu yang tidak sengaja melihat Salwa pun kemudian bertanya. "Sudah sholat ashar de? Ini sudah jam setengah lima loh."
Salwa seketika menengok, kemudian tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Belum ibu, Salwa asik main hp" ujar Salwa sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Astaghfirullah adek! Yaudah sholat dulu, udah mau magrib ini." Ucap ibu geleng-geleng kepala.
"Hehehe, siap ibu" ujar Salwa sambil melempar handphone nya ke sopa, lalu berlalu pergi dari pandangan ibunya.
Salwa benar-benar mengerjakan sholat ashar nya saat itu. Tapi, gerakan sholat nya benar-benar sangat terburu-buru, kurang dari 3 menit pun Salwa sudah menyelesaikan sholat ashar nya itu.
'Ya Alloh, Salwa berdosa banget yah?' batinnya.
Ternyata Salwa melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Karena ternyata teman-temannya sudah menjemputnya untuk pergi ke mesjid bersama.
Di sekolah Salwa ada program magrib mengaji dimana semua murid SMPN 3 Nusantara harus menyetorkan jumlah kehadiran mengaji magrib selama satu bulan. Salwa tidak keberatan adanya program tersebut, karena diwaktu magrib memang waktu yang sering terbuang sia-sia untuk orang seperti Salwa.
Sore sudah berganti malam. Salwa, kawan-kawan dan jamaah lainnya sudah melaksanakan sholat magrib berjamaah dengan khusyuk.
Tiba saatnya magrib mengaji dilaksanakan, seorang ustadz memulai doa sebelum mengaji diiringi Salwa dan kawan-kawan lainnya.
"a'udzu billahi minasy syaithaanir rajiim,bismillaahir rahmaanir rahiim"
"Robbi zidni ilman warzuqni Fahman, Aamiin"
"Malam ini kita akan belajar tentang menuntut ilmu, ada yang tau hadits tentang kewajiban menuntut ilmu?"
Semua menggelengkan kepala tak tahu.
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Hadits riwayat Ibnu Majah."
"Orang yang wajib menuntut ilmu itu contohnya kita yah pak ustadz?" Tanya Salwa.
"Betul, dari mulai kalian hingga kakek nenek juga. Karena kewajiban menuntut ilmu itu sepanjang hidup mulai dari lahir sampai meninggal."
Pelajaran berlanjut sampai adzan isya berkumandang.
Akhirnya, Salwa dan kawan-kawan sudah menyelesaikan sholat berjamaah isya.
Saat dalam perjalanan pulang teman Salwa yang bernama Maria membuka pembicaraan.
"Salwa, kamu sudah mengerjakan pr matematika belum?"
"Aduh! Aku lupa. Ternyata besok hari Jumat yah? Aku belum ngerjain nih, Menurut mu pr nya susah atau mudah?" Tanya Salwa
"Susah sekali, aku dibantu Kakak ku untuk mengerjakannya."
"Wah! Iri sekali aku Maria, aku tidak punya kakak."
Ujar Salwa.
"Yasudah, aku masuk dulu Maria. Assalamualaikum."
Ucap salam dari Salwa setelah di depan rumahnya.
"Iya, waalaikumsalam" jawab Maria, kemudian berlalu pergi.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Salwa sibuk bermain handphone dikamar tanpa mengerjakan PR nya terlebih dahulu.
"De ayok tidur, sudah malam" ajak ibu Salwa
"Salwa ngerjain dulu PR deh!" Ujarnya, kemudian mengambil buku dan duduk dimeja belajarnya.
"Astaghfirullah, kenapa tidak dari sore? Kalau mau tidur saja baru dikerjakan." Tegur ibu Salwa.
"Khilaf ibu, kalau mau tidur duluan juga gapapa" ujar Salwa.
"Nggaklah, ibu pengen nunggu dulu ayah" ujar ibu salwa
"Iya deh yang punya suami" ejek Salwa bercanda.
"Bisa aja anak ibu" ucap ibu kemudian berlalu pergi dari kamar Salwa.
Malam sudah larut dan Salwa masih mengerjakan PR nya yang susahnya minta ampun. Salwa sudah mencari dari internet tapi tidak ada jawabannya, sudah tanya teman tapi tidak ada yang mau kasih contekan.
Akhirnya, setelah pukul setengah dua belas malam Salwa sudah mengerjakan PR nya itu.
"Alhamdulillah, bisa tidur sekarang" gumam Salwa kemudian naik ke atas kasurnya dan terlelap dalam tidurnya.
~
Pagi tiba, ayam telah berkokok menandakan aktivitas manusia telah dimulai. Adzan subuh berkumandang, para jamaah mulai berdatangan ke mesjid untuk melakukan ibadah bersama-sama.
Di rumah Salwa, ibu sedang memasak sarapan pagi setelah menyelesaikan sholat subuh. Ibu juga bangun lebih siang sekitar pukul lima pagi karena terlalu lama menunggu ayah pulang kemarin.
Sedangkan Salwa? Dia masih tertidur lelap di kasurnya.
Saat jam menunjukkan pukul setengah enam pagi, barulah Salwa terbangun kemudian membersihkan diri dan menyiapkan peralatan sekolah yang akan dibawanya ke dalam tas. Setelah semuanya siap, dia berjalan ke meja makan yang sudah ada ayah dan ibu yang menunggunya disana. Pagi itupun keluarga Salwa menyantap sarapan pagi dengan nikmatnya.
"Adek berangkat bareng ayah yah" ujar ayah sambil menyalakan mobilnya.
"Wih, seneng banget bisa dianter ayah. Oke boss berangkat" ujar Salwa dengan gembira, kemudian berpamitan kepada ibunya. Ibu yang melihat kegembiraan Salwa pun hanya bisa tersenyum lebar.
Diperjalanan Salwa mulai membuka pembicaraan dengan ayahnya.
"Ayah tambahin uang jajan adek yah, Tapi jangan bilang-bilang ibu" ucap Salwa dengan suara yang cukup pelan, Ayah pun terkekeh geli dibuatnya. "Emangnya adek dikasih berapa sama ibu?" Tanya ayah.
"Adek dikasih 20rb, 15rb untuk jajan, 5rb untuk ditabung" ayah yang mendengar jawaban Salwa pun seketika mengerutkan keningnya. "Lhoo, bukannya itu malah kebanyakan? Kalau buat anak sekecil adek mah 5rb aja cukup. Memangnya adek sekolah di swasta?" Tanya ayah geleng-geleng kepala.
Salwa hanya bisa merespon dengan wajah datarnya, ternyata benar orang tua itu tidak bisa di ajak kompromi kalau masalah uang.
Ayah yang melihat Salwa terdiam pun seketika berucap. "Adek tau tidak? Diluar sana masih banyak anak-anak yang dikasih uang 1rb aja dia mengucap syukur. Kalau adek yang setiap harinya dikasih 15rb masih aja ngeluh, gimana Alloh bisa kasih rezeki lebih sama adek? Rezeki kan sudah ada yang mengatur"
Salwa yang mendengar ucapan ayah nya pun hanya bisa mengangguk.
"Nah, jadi yang ngatur rezeki itu siapa adek?" Tanya ayah
"Alloh"
"Dari perantara?"
"Malaikat Mikail"
"Pinter! Nih 10rb buat adek, sekolahnya yang semangat. Kalo lemes ilmunya nggak akan masuk otak" ucap ayah dengan nada bercandanya.
"Wah, makasih ayah. Salwa sudah dipastikan semangat inimah" gembira Salwa.
"Yasudah, assalamualaikum ayah" salam Salwa setelah mobil berhenti di depan gerbang sekolahnya.
"Waalaikumsalam" jawab ayah.
~
Senyum yang pagi tadi terpangpang diwajah Salwa seketika berubah menjadi angry bird setelah pagi berganti siang. Salwa cukup kesal karena guru matematika nya tidak masuk setelah dirinya mengerjakan PR semalam.
"Alloh baik banget sama aku hari ini Salwa, aku mau ngerjain pr sesudah subuh tapi kelupaan. Ternyata Alloh cari jalan dari permasalahan ini" ucap Kinan teman sebangku Salwa.
"Alloh lagi nggak baik sama aku Kinan, aku udah ngerjain PR semalaman tapi nggak diperiksa hasilnya. Mana subuh kelupaan" ucap Salwa dengan lesunya.
"Itumah teguran dari Alloh, Soalnya kamu nggak sholat subuh Salwa" ucap Maria yang ikut menimbrung obrolan keduanya.
"Coba lihat hasil PR mu" ujar Maria.
Salwa pun memberikan bukunya, kemudian Maria menyamakan hasilnya dengan punya miliknya, Maria di buat bingung.
"Lhoo, Salwa kok jawaban punya mu cuma bener satu?" Tanya Maria sedikit heboh.
"Masa?" Tanya Salwa tidak kalah terkejut, lalu kembali memeriksanya, ternyata benar! Jawabannya cuma satu yang sama.
"Jawaban ku nggak mungkin salah lhoo, soalnya kakak ku kan guru" ujar Maria.
"Gapapa Salwa, mungkin ini jadi hari yang baik buat kamu. Alloh kasih guru matematika nggak masuk kelas soalnya jawaban mu banyak yang salah" ucap Kinan diiringi tawa diakhir kalimatnya.
"Betul juga Kinan" jawab Salwa
'Alloh baik banget sama Salwa, padahal Salwa lupa sholat subuh' batinnya.
~
Jam menunjukkan pukul setengah dua siang, sekolah Salwa tengah mengadakan eksul Pramuka wajib setiap hari Jumat dengan bergiliran antar angkatan dan Jumat ini waktunya kelas delapan. Salwa dan kawan-kawan Tengah upacara Pramuka terlebih dahulu. Namun, ditengah pelaksanaan tersebut Salwa dipanggil oleh salah satu guru untuk keluar dari barisan, Salwa pun menurut lalu berjalan ke arah guru tersebut.
"Ada apa yah Bu?" Tanya Salwa
"Hmm, sebenernya ibu ingin menyampaikan sebuah kabar untuk kamu" ucap guru tersebut dengan ragu.
"Silahkan Bu"
"Ibu baru saja dapat informasi dari ibumu, bahwa ayah mu telah meninggal dunia pukul satu tadi, Ibu turut berduka cita. Nak Salwa dibolehkan pulang saat ini juga" ucap ibu guru tersebut semakin pelan karena tidak kuasa menahan air matanya.
Salwa yang mendengar itupun seketika terdiam seribu bahasa, dia tidak merasa sedih dan ingin menangis, dia hanya bingung sekarang. Apa dia tidak salah dengar? Ayahnya baru saja dikabarkan meninggal dunia. Orang yang baru saja mengantarnya pagi itu untuk terakhir kalinya.
"Sa-saya diantar pulang siapa Bu?" Tanya Salwa ragu
"Ojek langganan ibumu sudah menunggu digerbang sekolah" jawab guru tersebut.
Salwa diantar pulang saat itu juga kerumahnya, selama perjalanan Salwa hanya terdiam dengan pikiran yang kosong. Sampai dirumah, Salwa melihat kerumunan di lingkungan rumah dengan bendera warna kuning kecil terkibar di pagar rumahnya. Orang-orang menatap Salwa dengan iba, tidak bisa membayangkan seberapa sedih seorang anak di hadapan mereka.
Salwa masuk kedalam rumah dan disuguhi pemandangan jenazah Ayahnya yang sudah dibalut kain kafan, disampingnya terdapat ibu yang sudah menangis sesenggukan sambil memeluk sang ayah untuk terakhir kalinya.
Salwa berjalan ke arah ibu, lalu duduk disampingnya. "Ibu, ayah bakal bahagia di samping yang kuasa. Alloh kan sayang sama hambanya" kata-kata tersebut tiba-tiba Salwa ucapkan secara spontan yang membuat ibunya memeluk Salwa sambil mengelus punggungnya.
"Kalau ayah bahagia disana, kita juga harus bahagia disini ya dek" ujar ibu yang seketika membuat Salwa mengis sejadi-jadinya.
Ruang tamu dan orang yang berada disana menjadi saksi haru diantara keduanya.
~
Satu tahun berlalu dan Salwa telah menyelesaikan sekolah menengahnya. Selama satu tahun itu Salwa banyak belajar dan berubah. Dari yang sebelumnya malas untuk beribadah seketika selalu yang paling awal dari pada ibunya bahkan teman-temannya, dari yang sebelumnya sholatnya selalu terburu-buru sekarang selalu dilakukan dengan khusyuk. Karena Salwa ingin doa nya selalu didengar Alloh, doa untuk ibu dan almarhum ayahnya.
"Ibu, Salwa ingin masuk pondok" ucap Salwa ketika baru saja pulang dari wisuda kelulusannya.
"Masyaallah, ibu setuju sekali kalo itu" jawab ibunya
"Tapi nanti ibu jadi sendiri terus kalo Salwa mondok" ujar Salwa cukup lesu
"Gapapa dong! kan masih tetanggaan sama nenek dan kakek, Jadi disini ibu bertiga" ucap ibu meyakinkan
"Beneran diizinin nih?" Tanya Salwa sekali lagi
"Iya, ibu izinin Salwa buat mondok, emangnya Salwa mau mondok dimana?" Tanya ibu.
"Di pondok Al zaitun"
~
Dari sini kita belajar, bahwa keadaan bisa merubah siapapun. Asalkan dengan niat karena Allah, tuhan pasti mudahkan setiap proses hambanya.