---
Judul: “Lovely & Jimmy: Cinta Tak Terduga”
Lovely tahu dirinya bukan tipe gadis populer di sekolah. Ia bukan anggota cheerleader, bukan juga peraih rangking. Ia hanyalah gadis kelas 2 SMA biasa dengan rambut ikal yang sering diikat seadanya, kulit hitam manis khas tropis, dan beberapa jerawat kecil yang setia nongol di pipi. Tapi entah kenapa, cowok-cowok sering memperhatikannya lebih dari sekadar teman sekelas.
“Lo tuh kayak... gula aren, Lov. Manisnya nggak lebay, tapi ngangenin,” kata Rika, sahabatnya, sambil menggoda. Lovely hanya nyengir malu, tak pernah benar-benar percaya dirinya menarik.
---
Awal Perkenalan
Semua bermula ketika Lovely menemani Rika ke tempat fotokopi dekat sekolah. Di situlah ia bertemu Jimmy Pangalila—bukan anak sekolah, bukan juga kakak kelas. Jimmy adalah pemilik usaha fotokopi itu. Umurnya 25 tahun, tinggi semampai, kulit putih bersih, rambut hitam agak panjang yang disisir rapi ke belakang. Kata Rika, dia blasteran Manado–Tionghoa. Kata orang-orang sekitar, dia mirip oppa Korea.
Jimmy terlihat santai tapi karismatik. Ia menyapa semua pelanggan dengan senyum, dan ketika Lovely pertama kali datang, ia sempat melongo sesaat sebelum berkata, “Fotokopi tugas atau hatiku, Dek?”
Lovely nyaris melempar map karena gugup. Sejak saat itu, tiap kali Lovely datang untuk ngeprint tugas atau beli kertas, Jimmy selalu menyapanya dengan lelucon aneh yang entah kenapa malah membuat Lovely ketagihan datang.
---
Dua Minggu yang Aneh Tapi Manis
Jimmy mulai sering menyapa Lovely lewat DM Instagram. Bukan rayuan murahan, tapi hal-hal kecil: “Eh, kemarin lupa bilang, kamu cocok banget pakai kaos warna biru.” atau “Kucing kamu lucu, tapi kayaknya kamu lebih gemesin.”
Lovely bingung. Cowok sematang Jimmy—yang udah kerja, mandiri, dan katanya punya banyak cewek naksir—kenapa justru naksir cewek SMA yang masih bingung ngerjain PR Matematika?
Dalam dua minggu, mereka semakin dekat. Kadang Jimmy menawari tumpangan saat hujan. Kadang ia hanya nongol di pagar sekolah sambil ngacungin kotak bekal, bilang, “Mau makan bareng?” dengan santainya.
Dan pada suatu sore yang teduh, Jimmy menembak Lovely di depan toko fotokopinya sendiri, ditemani segelas es kopi dan langit sore.
“Aku tahu kamu masih muda, Lov. Aku nggak mau ganggu sekolahmu, nggak akan nyuruh kamu yang aneh-aneh. Tapi aku suka kamu... tulus. Kalau kamu nggak nyaman, bilang aja.”
Lovely, dengan pipi merah dan tangan gemetar, mengangguk. "Aku juga suka kakak... tapi jangan terlalu sering bikin deg-degan, ya."
---
Dunia yang Mulai Ribut
Begitu kabar kedekatan mereka tersebar, banyak cewek mulai kesal. “Kok bisa sih Jimmy pilih anak SMA?” “Pasti Lovely pura-pura polos deh!” Bahkan beberapa cewek datang langsung ke toko Jimmy, pura-pura nyetak tugas tapi menyindir habis-habisan.
Lovely sempat ingin mundur. Ia tak suka menjadi bahan gosip, apalagi dicap buruk oleh teman-teman sebayanya.
Tapi Jimmy tak tinggal diam.
Suatu hari, ia menjemput Lovely dari sekolah. Bukan dengan motor mentereng, tapi dengan payung besar karena hari itu hujan deras. Di depan banyak siswa, ia berdiri menunggu, lalu menutupi Lovely dengan payung dan menggandeng tangannya tanpa canggung.
“Kalau mereka mau ngomongin kamu, biar aku yang dengerin,” ucapnya. “Tapi kamu jangan berubah. Aku suka kamu apa adanya.”
---
Cinta yang Pelan Tapi Pasti
Jimmy tak pernah terburu-buru. Ia tahu Lovely masih SMA, masih punya mimpi dan masa depan panjang. Hubungan mereka pun bukan yang diumbar tiap hari. Tapi Jimmy konsisten: menjemput saat hujan, mengingatkan belajar, dan diam-diam nitip pesan lewat Rika setiap kali Lovely sedang marah kecil.
Lovely sendiri mulai menyadari bahwa cinta tak harus datang dari yang seumuran atau yang satu dunia. Kadang, cinta datang dari seseorang yang membuatmu merasa dihargai, aman, dan... dicintai tanpa paksaan.
---
Epilog
Setahun kemudian, saat Lovely lulus dan hendak masuk kuliah, ia berdiri di depan toko fotokopi Jimmy, kini sudah berkembang jadi mini print-shop. Jimmy menyerahkan satu map berisi hasil cetakan tugas kuliah pertama Lovely. Di bagian belakang map itu tertulis tangan Jimmy:
> “Mau kamu jadi mahasiswa, dosen, atau presiden sekalipun... kamu tetap Lovely-ku yang pertama kali bikin hatiku deg-degan waktu bawa map warna pink ke tempat ini.”
Lovely tertawa. Jerawatnya masih ada satu-dua. Rambut ikalnya tetap bergelombang. Tapi kini ia tahu, di balik semua kesederhanaan itu... ada seseorang yang mencintainya dengan cara yang dewasa, pelan, dan sepenuh hati.
---selesai