Asavella duduk di taman, menatap jam tangan yang tergenggam di tangannya. Waktu terus berjalan, tak peduli dengan perasaan Asavella yang masih terjebak di masa lalu. Dia merasa seperti sedang berada di dua waktu yang berbeda, satu kaki di masa lalu dan satu kaki di masa kini.
"Aku seharusnya tidak memikirkan hal itu lagi," kata Asavella kepada dirinya sendiri. Tapi, kenangan tentang seseorang yang pernah sangat dekat dengannya masih menghantui pikirannya. Mereka pernah berbagi cerita, tawa, dan air mata bersama.
Asavella berdiri dan berjalan-jalan di taman, mencoba mengalihkan pikirannya. Tapi, setiap langkah yang diambilnya seakan membawa dia kembali ke masa lalu. Dia melihat wajah orang itu di setiap orang yang ditemuinya, tapi tidak pernah menemukannya.
"Aku tidak bisa melupakanmu," kata Asavella lirih. Dia merasa seperti sedang mencari sesuatu yang hilang, tapi tidak tahu apa yang sedang dicarinya.
Tiba-tiba, Asavella melihat seseorang yang mirip dengan orang yang pernah dia cintai di depannya. Hatinya berdebar kencang, tapi saat dia melihat lebih dekat, ternyata itu bukan orang itu.
"Aku harus move on," kata Asavella kepada dirinya sendiri. Dia tidak bisa terus-menerus terjebak di masa lalu. Dia perlu melangkah maju dan menemukan kebahagiaan baru.
Asavella mengambil napas dalam-dalam dan memutuskan untuk meninggalkan masa lalu di belakangnya. Dia ingin fokus pada waktu yang akan datang, bukan waktu yang sudah terlewat.
"Aku akan melangkah maju, tanpa menoleh ke belakang," kata Asavella dengan tekad yang kuat. Dia siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi di masa depan, dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang lebih jernih.