JENDELA KAMAR NAYA
Malam itu hujan turun deras, petir menyambar langit yang gelap. Naya baru saja pindah ke rumah peninggalan neneknya di pinggiran kota. Rumah itu besar, tua, dan terkesan sunyi meskipun berada di dekat jalan raya. Tapi yang paling membuat Naya tidak nyaman adalah jendela kamarnya.
Bukan karena jendelanya rusak atau menghadap ke arah yang buruk. Tapi karena jendela itu selalu terbuka sendiri setiap malam pukul 2, tepat di saat Naya mulai tertidur lelap.
Awalnya ia berpikir itu karena angin atau engsel tua. Namun setelah dua malam berturut-turut ia menutup jendela itu rapat-rapat dan bahkan menyangganya dengan kursi, jendela itu tetap terbuka di jam yang sama. Dan malam ketiga, ia mendengar ketukan.
Tok. Tok. Tok.
Ketukan itu terdengar dari jendela. Padahal kamarnya berada di lantai dua. Siapa yang bisa mengetuk dari luar?
Dengan jantung berdegup, Naya membuka matanya. Hujan deras. Petir menyambar lagi. Dan saat kilat menerangi malam, ia melihat wajah pucat menatap dari balik jendela yang terbuka.
Matanya kosong. Rambutnya basah dan menempel di pipinya. Tubuhnya tampak kurus, seperti... tulang yang dibungkus kulit. Naya ingin berteriak, tapi suaranya tercekat. Saat ia mengedipkan mata, sosok itu sudah tidak ada. Tapi jendela tetap terbuka.
Hari berikutnya, Naya bertanya pada tetangga tua di sebelah rumah. "Apa nenek saya pernah cerita soal hal aneh di kamar atas?"
Wajah tetangga itu mendadak kaku. "Kamar yang jendelanya menghadap pohon besar?"
Naya mengangguk.
Perempuan tua itu menelan ludah. "Dulu, ada anak gadis yang tinggal di rumah itu sebelum nenekmu membelinya. Ia... lompat dari jendela itu. Bunuh diri. Katanya... tiap malam ada sesuatu yang memanggilnya dari balik pohon. Sejak itu, jendela itu tak pernah mau tertutup."
Naya pulang dengan tubuh menggigil. Ia bertekad akan pindah, tapi malam itu ia ingin mencoba satu hal terakhir. Ia meletakkan kamera menghadap jendela dan membiarkannya merekam semalaman.
Pagi harinya, ia menonton rekaman itu.
Pukul 01.59: Jendela masih tertutup.
Pukul 02.00: Jendela terbuka perlahan sendiri.
Pukul 02.01: Sosok perempuan dengan gaun basah dan rambut panjang masuk ke kamar melalui jendela.
Naya menutup mulutnya sendiri, nyaris muntah melihat rekaman itu.
Pukul 02.03: Kamera menangkap sosok itu berdiri di samping tempat tidur, menatap ke arah Naya yang sedang tidur.
Pukul 02.05: Sosok itu membungkuk dan berbisik di telinga Naya.
Dan dalam rekaman, Naya tersenyum dalam tidur. Senyum yang aneh. Bukan seperti dirinya.
Sejak malam itu, Naya tidak pernah terlihat lagi oleh tetangga.
Rumah itu kini kosong. Tapi kadang-kadang, pukul 2 dini hari, ada suara ketukan terdengar dari lantai dua.
Tok. Tok. Tok.
Dan kalau kamu cukup berani berdiri di bawah pohon besar di halaman rumah itu, kamu mungkin bisa melihat seorang gadis tersenyum dari balik jendela yang selalu terbuka.