Aku mau nanya dulu deh, kalian pernah nggak dijahatin temen sendiri.Hmm maksudku yang dijelekin, sampai orang lain ikut jahatin kalian juga.
Baru-baru ini, itu yang aku rasain. Tidak, ini sudah dari lama aku notice perilakunya ini tapi kali ini aku sudah sampai di tahap muak.
"Ki, gua nggak nyangka dia segitunya ke gua"
Terdengar Hela nafasku pelan, sudah 2 hari belakangan ini aku disibukan dengan pemilihan anggota KKN dan ditambah overthinking rumor jelek tentangku.
"Gua baru sadar sih sa sekarang, kayaknya dia iri deh ke lu" Kia menjeda sejenak
"Lu ingat waktu kita semua berantem cuman gara-gara dress code, dia marah sampai ngejelekin lu ke kita semua" Sambu Kia
Ya aku masih ingat kejadian itu, Mia teman yang sudah ku anggap dekat sekali komplain dengan dress code yang aku usulkan. Dia tidak setuju karena dress code yang kita pilih, salah satunya dia tidak punya sehingga dia mempermasalahkan hal itu dan membuat aku dan dia ribut kala itu.
"Gua nggak mau kerudung putih males beli tahu sendiri kan gua anak kos-kosan". Dia mengeluh seolah-olah kami juga tidak mendengarkan dia padahal di sisi lain teman-teman masih banyak yang tidak memiliki dress code yang saat itu kita bicarakan.
Semua dia lontarkan di hadapan kami semua, aku yang sudah lelah dengan drama yang dia buat memutuskan segala ocehannya.
"Ya udah, kan keputusan ditangan gua selaku koordinator divisi acara" ujarku.
Wajahnya langsung merah padam ketika aku memutuskan omong kosongnya.
Niat awal yang hanya ingin mendengarkan pendapat teman-temanku, berakhir dengan adu mulut kami. Setelah itu, Mia pergi begitu saja tanpa menyapaku.
Aku kira permasalahan akan selesai begitu saja jadi aku cuek dengan kejadian itu.
Tapi lucunya keesokan harinya ketika aku kuliah. Ada keanehan, teman-teman sekelasku menjauhi aku. Awalnya aku tidak tahu alasannya karena apa, tapi setelah aku memutuskan untuk menyelesaikan masalah yang aku tidak tahu penyebabnya itu apa. Aku sangat speechless karena fakta yang diucapkan teman-temanku.
"Kita ngejauhin lo, gara-gara si Mia bilang ke kita kalau lo ngejelekin kita ke dia" Ayu membuka suara ketika aku dan dia sudah mencari posisi yang aman untuk bercerita.
Ya kalian tahu sendiri lah kalau dinding itu punya telinga.
Kecewa, itu yang aku rasakan. Tapi nggak begitu parah karena sebelumnya aku malah difitnah lebih parah dari ini.
"Emang dia bilang apa ke lu?" Aku memutuskan untuk bertanya karena kepo dengan apa yang disampaikan Mia kepada si Ayu.
"Dia bilang kalau lo fitnah kita nggak mau ngajak elu kemana-mana, intinya dia bilang lo itu problematik orangnya. Makanya kita nggak mau temenan sama lu dan nggak mau ngajak-ngajakin lu nongkrong" lanjut penjelasan Ayu.
Gila, ternyata dia parah juga sih. Wajah lugu dan seceria itu bisa menyebarkan gosip ke teman sekelasku. Yang nggak habis pikirnya, ini loh teman sekelas aku dia nggak deket sama mereka tapi dia berani buat ngejelekin aku ke mereka. Aku beri dia dua jempol karena trik manipulasinya itu.
Selain itu Ayu juga memperlihatkan bukti chat serta voice note dari Mia.
Semenjak saat itu, aku sudah mulai hati-hati dengan Mia. Walaupun aku tetap dekat sama dia. Jujur saja aku tipe orang yang susah untuk memaafkan orang-orang seperti ini.
Dari awal pertemanan dekat dengan siapapun aku nggak bakal sampai hati buat ngejelekin teman-teman dekatku walaupun aku tahu kejelekan dan keburukan mereka.
Tapi, ada tapinya ya kalau sampai aja aku tahu teman dekat itu ngejelekin aku. Ke depannya aku nggak bakal bela Mereka lagi di belakang. Kalau ada yang ngejelekin terus nanya ke aku, ya paling aku jawab dengan porsi yang aku tahu tanpa nambahin atau ngurangin tentang dia.
Balik lagi ke cerita awal, jujur aku sedikit stres dengan kelompok KKN dan rumor jelek yang menyebar tentangku.
Awalnya kelompok itu akan dipilihkan kampus, tapi karena ada kelebihan dari awal karena pembayaran kampus memberikan kebijakan siapa yang bayar duluan bisa menentukan kelompok lebih dulu. Tentu ini membahagiakan mahasiswa karena dapat memilih teman satu kelompok KKN mereka.
Aku berinisiatif untuk mengajak Mia satu kelompok denganku. Namun ternyata pemilihan kelompok ini begitu sulit dan rumit. Karena ada salah satu Prodi yang hanya boleh satu orang dalam kelompok itu.
Karena teman yang diajak Mia itu perempuan kami memutuskan untuk mengeluarkan dia dengan mencarikan alternatif kelompok untuknya.
Namun, tidak sesuai dengan rencana. Dia menolak hingga harus cekcok dengan Ina ya teman sekelasku juga. Dia tidak ingin keluar dari kelompok dengan alasan "aku lebih duluan masuk ke sini daripada dia".
Pada akhirnya dia keluar, diikuti dengan gengnya yang sempat masuk ke kelompokku. Ya termasuk dengan yang Mia. Dia memberikan alasan biar kampus saja yang menentukan kelompok kita.
Karena itu aku tidak bisa menahan mereka notabenya kelompok ini bermasalah saat mendirikannya dari awal.
Tapi aku tetap berusaha dengan teman-teman yang lain untuk mencari anggota kelompok kami. Sulit sekali, Aku kira memang kemohon mereka untuk tidak mau bergabung dengan kelompokku. Ternyata aku tersambar fakta lagi, banyak mahasiswa dari fakultasku tidak mau bergabung karena 'permasalahan mengeluarkan orang'.
Menurutku ini nggak adil, ketika mereka hanya mendengar sebelah pihak saja. Dan pihakku yang paling dirugikan, bahkan nama bayiku dicemari oleh mereka.
Disclaimer dulu tentu ini tidak sembarang menyampaikan aku masih ingat kala itu aku sedang menunggu temanku asih untuk makan bareng, banyak yang memperhatikanku kala itu di kantin.
Hei ayolah aku bukan pengidap NPD, instingku sebagai manusia pasti sadar dengan keadaan di sekitarku. Hingga akhirnya suasana di sana sedikit mereda sejak kedatangan temanku asih.
"Sa udah pesan belum?" Dia langsung bertanya ketika sudah duduk di kursi di depanku.
"Belum, gue nungguin lu" jawabku.
Setelah itu dia langsung memesan makanan untukku. Di antara banyaknya teman, dia termasuk salah satu yang aku anggap dekat denganku. Ya walaupun first impression dia bertemu denganku katanya sedikit tidak suka karena wajahku songong.
"Sa lu udah tahu gosip tentang kelompok lu?" Asih langsung to the point.
"Belum emang gosip apa?" Tanyaku pada asih.
Dia cukup cepat mendapatkan berita seperti ini. Karena visualnya yang kalem dan pendiam membuat orang-orang tidak mempedulikan itu alias mereka berpikir nggak bakal si Asih macam-macam.
Tapi ketika ada yang menjelekkan aku, dia akan nanya dahulu dari kedua belah pihak. Setelah itu dia menyimpulkannya sendiri.
"Lu sama si ina digosipin cekcok gara-gara ngeluarin satu anggota KKN kalian,
Terus... Mereka bilang kelompok lu itu problematik. Apalagi lu dibilang egois, banyak anak-anak nggak mau satu kelompok sama lu karena itu". Asih menceritakan itu panjang lebar.
Aku nggak bisa berkata-kata, Aku cukup kecewa dengan hal itu. Tidak menyangka rumor jahat seperti itu bisa mempengaruhi orang-orang yang nggak kenal sama aku, dan membuat mereka juga nggak suka sama aku.
Dan yang bikin aku tambah kecewa ternyata Nia dan gengnya lah yang menyebarkan gosip itu.
Padahal Mia awalnya beralasan agar kelompoknya dipilihkan sama kampus, tapi ternyata dia berbohong denganku.
Dia ternyata bikin kelompok baru yang kebetulan anggotanya juga ada Asih teman dekatku ini.
Kali ini aku nggak bisa menutupi kecewaan ini. Terlalu banyak toleransi yang aku berikan selama ini kepada Mia. Alhasil aku menelan pahit atas toleransi yang aku berikan kepadanya.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk cut off semua yang berhubungan dengannya. Ya dibilang jahat, ya udah ga papa.
Aku nggak benci dia, tapi aku kecewa dengan apa yang dia lakukan kepadaku.
Pesan yang mau aku sampein ke kalian, memilih teman itu wajib itu suatu keharusan bukan kita mendeskriminasi mereka dari ras suku budaya. Tapi memilih teman itu berdasarkan karakter yang baik dan bagus.
Karena karakter itu dapat menular, ini yang dapat aku petik dari salah satu bab yang ada di buku filosofi teras.
Dengan membatasi diri dari "mereka" yang akan membuat kita terhindar dari masalah.
Selain itu, sebagai makhluk sosial setidaknya kita harus punya prinsip hidup agar jika ada yang melanggar batasan prinsip itu kita tahu apa yang akan kita lakukan kepada mereka.