Gue mendarat bukan di tanah. Tapi di tubuh-tubuh yang udah mati. Dunia ke-12 ini adalah reruntuhan dunia-dunia sebelumnya. Semua target gue dari dunia pertama sampai sebelas muncul dalam bentuk arwah: Wakubumi Yadipaku, Kaisar Jangkung, Pendeta Darah, Putri Bisu, dan bahkan Karma-chan yang udah bukan cahaya lagi, tapi mayat kecil dengan mata hampa.
> [Sistem Rusak. Karma Point: 999.999.999.999+]
[Peringatan: Lo gak boleh hidup.]
"Lucu," gue ketawa kecil. "Lo semua cinta sama gue, tapi sekarang lo benci karena gue gak balas?"
Tapi gak ada yang jawab.
Karena dunia ini cuma berisi gema penderitaan yang pernah gue ciptakan.
Dan di tengah kuburan neraka ini, berdirilah Dewa Matahari Tanpa Ampun — perwujudan dari seluruh penderitaan yang gue toreh.
Dia gak bicara.
Dia cuma nunjuk.
Dan matahari langsung jatuh ke atas tubuh gue.
---
Eksekusi Karma: Ribuan Abad Terbakar
Gue gak bisa mati.
Tubuh gue dibakar tiap detik.
Kulit tumbuh, meleleh, tumbuh lagi, meleleh.
Sadar penuh.
Rasa sakitnya gak ada jeda.
Setiap jeritan gue memantul ke seluruh dimensi.
Gue gak punya nama.
Gak punya bentuk.
Gak punya akhir.
> [Sistem dimatikan.]
[Mode Penebusan: Abadi.]
Kadang, roh Wakubumi datang. Cuma buat nonton.
Kadang Kaisar Jangkung bisikin doa buat ngebunuh gue, tapi doanya selalu telat satu detik.
Kadang Karma-chan duduk di atas dada gue, dengan boneka dari daging arwah, dan bilang, “Gue bilang jangan terlalu bajingan... sekarang lo sendirian selamanya.”
Dan yang paling gila?
Gue masih cinta sama diri gue sendiri.
---
Epilog: Kiamat Datang, Tapi Bajingan Gak Pernah Mati
Saat semesta pecah dan waktu berhenti, tubuh Gatra masih terbakar.
Dan di detik terakhir, saat semua realitas hancur...
...tiba-tiba terdengar satu tawa kecil dari bawah puing waktu.
Gatra buka mata.
Matanya kosong.
Dan dia bilang, “Yuk, ronde dua.”
> [Quick Transmigration 2.0 dimulai.]
[Genre: Neraka Baru.]
[Poin Karma: -∞]