Gue mati. Lagi.
Bukan karena ditusuk dari belakang. Gue gak sepelik itu. Gue mati karena dilempar ke lubang penuh ular berbisa gara-gara nyolong istri pemimpin kultus sihir. Itu pun bukan karena gue cinta, tapi karena istri itu punya liontin yang bisa jual kembali ke pasar sistem seharga 99999 karma point.
Dan karma? Gue buang ke tong sampah.
Begitu mata gue merem dan napas terakhir keluar, layar notifikasi transparan muncul di langit-langit kematian:
> [Selamat, Bajingan Gatra! Kamu telah memenuhi kuota kebajingan tahun ini! Sistem Cinta & Karma 2.0 akan mendampingimu ke dunia berikutnya.]
[Target: Hancurkan moral dunia. Bangkitkan cinta dalam kebencian. Buat target jatuh cinta padamu sebelum mereka menyadari kalau lo adalah sumber segala penderitaan mereka.]
“Lucu,” gue ngeludah ke layar itu. “Lo pikir ini main-main?”
> [Aku serius, Kak Gatra! Sistem ini sudah tersertifikasi oleh Dewan Etika Multisemesta!]
[Aku Sistem Cinta & Karma 2.0! Panggil aku Karma-chan! Aku imut, suka peluk, dan anti-bajingan!]
Gue mengerang. “Sial, gue dapet sistem bocah TK.”
---
BAB 2: Dunia Pertama - Putri yang Membuang Bajingan
Gue dikirim ke tubuh bangsawan rendahan di kerajaan pseudo-Majapahit. Nama barunya: Raden Kurara Ranggah, putra ketiga dari selir keempat.
Target: Putri Mahkota Nanditha, cewek paling suci di istana. Misi gue? Hancurin hidupnya. Hancurin reputasinya. Dan bikin dia jatuh cinta sama gue sambil nangis darah.
Sistem Karma-chan? Udah rewel dari awal.
> [Kak Gatra, kamu gak boleh curi kuda pangeran! Itu tindakan kriminal!]
[Kak Gatra, jangan selipin surat cinta palsu ke laci sang putri, nanti dia—]
[Kak Gatra, STOP cium dia waktu dia tidur!!]
Gue ngelirik ke arah Karma-chan yang terbang melayang dalam bentuk bola cahaya pink. “Lo bisa diem gak? Ini baru langkah awal. Rencananya udah gue susun dari 11 langkah ke depan.”
> [Tapi Kak Gatra, aku... takut...]
“Bagus. Rasa takut lo adalah bahan bakar gue.”
---
BAB 3: Cinta, Kebencian, dan Darah di Bawah Ranjang
Gue berhasil. Dalam dua minggu, Putri Nanditha kehilangan kepercayaan pada tunangannya, sahabatnya, bahkan ibunya sendiri.
Semua bisikan datang dari gue.
Semua luka di hatinya gue gores sendiri.
Tapi dia? Dia malah makin deket sama gue.
Suatu malam, dia nangis di pelukan gue.
"Aku gak punya siapa-siapa lagi, Raden Kurara. Kalau kamu juga pergi, aku akan bunuh diri."
Gue senyum. Sadis. Narsis. Dan sedikit... geli.
"Tenang, Putri," bisik gue. "Gue gak akan pergi. Gue bakal temenin lo sampai lo hancur total."
---
BAB 4: Sistem Menangis, Gue Ketawa
Karma-chan makin histeris.
> [Kak Gatra! Lo dapet 99999 karma point dari menyiksa psikologis orang yang rapuh! Ini melanggar kode etik sistem!]
Gue ngelus dagu. “Kode etik? Ganti aja jadi kode erotik. Biar pas.”
> [Aku serius! Ini bisa bikin kamu dihapus dari sistem transmigrasi!]
Gue ketawa pelan. “Karma-chan, lo pikir gue masuk sistem buat main adil?”
Gue masuk sistem buat jadi bajingan sejati.
Dan gue belum selesai.