Dina Menghela nafas panjang di depan cermin cafe , ini blind date ke tiga nya bulan ini. Setelah dua pertemuan sebelumnya berakhir awkward, dia hampir menyerah.
Tapi entah kenapa, sahabatnya Rina , maksa banget "yang ini beda ! Sumpah deh, kamu bakal ketawa terus!" Katanya dengan yakin.
Ketika melangkah masuk , Dina langsung melihat seorang cowok duduk di pojok melambaikan tangan tersenyum lebar. Wajah nya . Astaga, muda banget, kulit putih bersih, rambut acak-acakan, kaos polos, sneakers. Dina hampir otomatis putar balik.
"Eh kamu Dina kan?" Aku Rio!"
Sapanya ceria, berdiri dan menarik kursi buat Dina .
"Eh iya kamu... Anak magang di sini ya?"
Tanya Dina polos , membuat Rio langsung ngakak.
"Anak magang? Gila, baru pertama ketemu udh di kira anak magang?"
Katanya sambil nepuk meja , masih ketawa
Dina mendelik "emang umur kamu berapa sih??"
"Baru 23" jawabnya santai
Dina meringis"aku 29"
Rio nyengir"ya terus kenapa? Kamu kelihatan 24 , sumpah deh!'
Dina mau membalas , tapi entah kenapa Rio membuatnya nyaman. Dia banyak bercanda , cerita cerita absurd soal kuliah online yang amburadul, kerja part time yang penuh drama, sampai ngaku pernah nyasar ke toilet cewek karena keasikan main hp.
Dina ketawa sampai matanya berair. Rasanya lama banget sejak dia bisa ketawa segitu bebas nya.
Sejak malam itu, mereka sering chatting. Awalnya Dina pikir cuam teman lucu lucuan tapi Rio konsisten. Setiap hari ada chat "selamat pagi nona cantik" setiap malam ada "good night, cewek cantik sedunia." Kadang norak sih , tapi bisa bikin hatinya anget.
Suatu sore saat Dina lembur di kantor Rio muncul bawa martabak dan minuman favoritnya. katanya lembur itu butuh penyemangat katanya sambil menyodorkan kantong plastik.
Dina nggak tahan dengan senyum nya " kamu brondong ngeselin tapi manis"
Rio nyengir lagi "iya dong , brondong kayak aku bukan buat di makan doang tapi buat di sayang.
Dian ketawa geli.
Lama lama Dina sadar, umur itu cuma angka . Rio perhatian, sabar banget ngadepin semua overthinking Dina . Kalau Dina tiba tiba insecure, Rio peluk dan bilang " kamu nggak perlu jadi siapa siapa selain diri kamu sendiri.
Tiga bulan kemudian, di taman kecil dekat rumah Dina , Rio membentang kan banner buatan tangan sendiri. Tulisan warna warni itu sedikit miring miring tapi tulus "kamu mau gak jadi pacar aku?"
Dina ketawa sambil menutup muka "kamu ini kayak bocah."
Rio pura pura manyun "ya udah kalau gitu aku panggil kamu mba terus,"
"Awas aja teriak Dina .
Mereka sama-sama ketawa , lalu Dina mengangguk "iya aku mau"
Rio langsung loncat kecil , heboh sendiri. Dina ngakak ,lalu tanpa sadar, merasakan sesuatu yang hangat mengalir di hati nya.
Bukan cuma ketawa yang Rio bawa, tapi juga rasa tenang yang sudah lama dia lupa.
Dan di bawah langit senja, Dina saling menggenggam tangan, mereka tahu kisah berondong dan nona cantik ini baru saja di mulai.
Selesai