"Kamu sudah berani membohongi papah Raina!" Ucapnya sembari mengepalkan tangan.
Wajahnya memerah penuh emosi, dadanya naik turun dengan nafas memburu. Ia sangat kecewa karena putrinya yang ia percayai selama ini, sudah berani membohongi dirinya.
"Lihat apa yang akan papah lakukan sama kamu, Raina!" Gumamnya penuh emosi sembari melajukan mobil meninggalkan taman dimana putrinya berada.
Disisi lain, Raina yang tidak tahu ia diikuti oleh papah nya masih menunjukan sikap tenang meskipun dalam hatinya selalu merasa cemas.
Raina terpaksa berbohong untuk bisa bertemu dengan Raka, karena papah nya sangat melarang keras hubungan mereka. Entah apa alasan nya, karena setiap Raina bertanya pasti selalu ada saja alasan untuk menghindari pertanyaan itu.
"Rain, kenapa sih kita harus bertemu diam-diam terus, kenapa kamu gak pernah mengizinkan aku untuk ketemu sama papah kamu?"
"Maaf Rak, aku belum bisa membiarkan kamu buat ketemu sama papah aku."
"Tapi kenapa, Rain?" Tanyanya penasaran.
Meskipun sudah sering mendapat pertanyaan itu, tetap saja bagi Raina sangat sulit menjelaskannya. Karena ia pun bingung dengan alasan papahnya melarang hubungan mereka.
Selama satu tahun ini, Raina menjalin hubungan dengan Raka pria yang merupakan kakak kelasnya di sekolah SMA.
Namun beberapa bulan ini, hubungannya sudah diketahui oleh papahnya. Raina berfikir papahnya akan mengizinkannya, tapi ternyata papahnya melarang keras Raina untuk tidak berhubungan dengan Raka.
Raina sudah sering bertanya apa alasan papahnya melarang hubungannya dengan Raka, tapi sekalipun papahnya tidak mau menjelaskan. Selalu ada saja alasan yang menurut Raina tidak masuk akal yang diberikan papahnya.
Raina sering diperingati papahnya untuk menjauhi Raka, tapi dia tidak pernah menurutinya. Meskipun papahnya mengancam akan memindahkan Raina ke sekolah lain yang jauh dari tempat tinggalnya sekarang, tapi Raina tidak pernah mendengarkannya.
Raina menghembuskan nafas berat, fikiran dan perasaan nya gelisah. Dia bingung harus menjelaskan apa alasan sebenarnya.
"Aku bingung harus mulai darimana menjelaskan semuanya."
"Memangnya ada apa Rain?"
"Aku juga enggak tahu alasan sebenarnya apa, tapi papah selalu melarang aku buat enggak berhubungan lagi sama kamu Rak."
"Melarang?" Tanya Raka bingung.
"Ya Rak, beberapa bulan ini, papah tahu aku menjalin hubungan dengan kamu. Aku kira papah akan mengizinkan, tapi ternyata papah malah melarang aku. Dan alasan nya apa aku juga enggak pernah tahu, karena setiap aku tanya papah selalu menghindarinya."
Raka yang mendengar itupun semakin bingung, ia bahkan belum pernah bertemu dengan papahnya Raina, tapi papahnya sudah melarang Raina berhubungan dengan dirinya.
"Tunggu dulu Rain, kamu bilang papah kamu melarang hubungan kita. Tapi kenapa? Aku saja bahkan belum pernah ketemu sama papah kamu?"
"Aku juga enggak tahu Rak, kenapa papah sampai melarang."
Disaat keduanya sedang bingung membicarakan hubungan mereka, tiba-tiba ponsel Raina berdering menandakan panggilan telepon masuk.
Setelah Raina melihat siapa yang menelepon nya, ia menjadi gelisan dan cemas. sehingga panggilan itu tidak sempat terjawab, namun tidak lama ada pesan masuk di ponselnya.
[Raina, papah tunggu kamu di rumah!] Isi pesan masuk dari papahnya.
Mendapat pesan itu, Raina semakin gelisah. Ia segera berpamitan dengan Raka, sebelum papahnya menelpon lagi.
"Rak, aku pulang dulu ya. Aku ada urusan mendadak, nanti kita bicarakan lagi." Pamitnya.
"Yaudah, kamu hati-hati pulangnya. Kabarin kalau sudah sampai."
Setelah berpamitan, Raina bergegas pergi meninggalkan Raka. Sedangkan Raka, terus memandangi nya dari tempat mereka duduk sebelumnya.
Sesampainya di depan rumah, Raina mencoba mengatur nafas agar tenang. Sebelum melanjutkan masuk kedalam rumah.
Setelah sedikit tenang, barulah Raina masuk. "Assalamualaikum, pah."
"Waalaikumsalam." Jawabnya dingin.
Raina yang melihat raut wajah papahnya berbeda dari biasanya sedikit takut, tapi ia segera membuang perasaan itu.
"Duduk Raina, papah mau bicara sama kamu!"
Tanpa banyak tanya, Raina menuruti perintah papahnya.
"Kamu darimana Rain?" Tanyanya
Sembari menunduk, Raina menjawab "Aku kan sudah izin tadi sama papah, aku mau kerumah temen."
"Benarkah?"
Raina hanya menganggukan kepala, semakin gelisah dan takut dengan papahnya.
"Lalu ini apa?" Tanyanya sembari meletakan ponsel ke hadapan Raina yang menampilkan gambar seseorang.
Melihat itu, seketika matanya melotot. Tubuhnya menjadi panas dingin, keringat bercucuran membasahi wajah dan badannya.
"Bisa kamu jelaskan ini apa?" Tanyanya masih sedikit tenang.
Karena tidak kunjung mendapat jawaban, akhirnya Pak Bima papahnya Raina menjadi emosi. Sambil menggebrak meja, pak Bima berbicara.
"Papah sudah sering peringatin kamu untuk jauhin dia! Tapi apa, kamu masih sering temuin dia diam-diam. Bahkan dengan berani kamu bohongin papah, Apa susahnya kamu nurut Raina!" Ucapnya dengan penuh emosi.
Dalam duduknya, Raina semakin takut akan kemarahan papahnya, Raina sadar akan kesalahannya yang sudah berbohong.
Sambil menunduk, Raina mencoba mengatur nafasnya kemudian menjawab dengan perasaan takut "Maaf pah, Raina mengaku salah. Tapi Raina cinta sama Raka pah, Raina sayang sama dia. Kenapa sih, papa selalu melarang Raina buat enggak dekat dengan Raka?"
"Cinta kamu bilang! Bahkan setelah papah larang kamu, kamu masih berani bilang cinta dan terus berhubungan dengan dia."
"Lalu apa alasan papah melarang aku? setiap aku tanya alasannya apa, papah selalu menghindarinya."
"Kamu tidak akan pernah mengerti Raina!"
"Aku memang tidak akan mengerti, karena papah tidak pernah menjelaskan apapun."
"Tolong, untuk kali ini kamu nurut sama papah Rain. Papah melakukan ini untuk kebaikan kamu, tapi jika kamu masih terus melawan, papah tidak akan segan memindahkan kamu keluar negeri."
Sekeras apapun mencoba, tetap saja Raina tidak pernah mendapat jawabannya. Tanpa pamit, Raina berlalu meninggalkan papahnya masuk kedalam kamar.
Disana, Raina menangis sembari memeluk foto seorang wanita cantik yang sudah lama meninggalkan dirinya dan papahnya.
"Mah, kenapa Mamah tidak membawa Raina pergi bersama Mamah. Kenapa Mamah tidak pernah pulang hanya untuk melihat Raina."
Sampai sekarang Raina tidak pernah tahu akan keberadaan ibunya, dulu sewaktu kecil ibunya pergi entah kemana dan tak kunjung pulang. Hingga sekarang Raina yang sudah berumur 18 tahun, belum pernah bertemu lagi dengan ibunya.
Disisi lain, pak Bima yang sedang duduk di kursi ruang tamu. Hanya bisa menahan kesedihan, karena ia belum siap memberikan alasan kenapa sampai melarang hubungan putrinya dengan pria itu.
"Maafkan papah Rain, papah belum siap melihat kamu sedih dan kecewa. Papah melakukan semua ini karena papah sayang sama kamu, papah tidak ingin kamu kecewa karen seseorang yang sangat kamu sayangi dan kamu nanti-nanti membuat hatimu terluka lebih dalam." Gumamnya dalam hati.