Hujan ringan mengguyur kota Oxford, membasahi jendela _jendela kaca perpustakaan Bodleian. Di salah satu sudut ruang baca, Eleanor duduk berdampingan dengan mike, keduanya tengelam dalam buku masing masing. Tapi sejak beberapa minggu terakhir, keheningan antara mereka bukanlah jarak, melainkan kenyamanan. Saling diam, tapi saling hadir.
Di atas mereka, jurnal kecil berjilid kulit itu kini mulai terisi. Di dalamnya:puisi singkat dari Eleanor, sketsa bangunan kampus dari mike, dan satu halaman penuh daftar tempat tempat yang mereka ingin kunjungi bersama.
Suatu sore, saat hujan reda, mike mengajak Eleanor ke kebun belakang kampus tempat yang jarang di kunjungi orang. Di bawah elm pohon tua yang mulai meranggas, mike duduk di rerumputan basah dengan mantel panjang nya, dan Eleanor disamping nya sedikit mengigil.
Kau ingat saat kita pertama kali bicara? Mike membuka percakapan.
Eleanor tersenyum. " saat kau menanyakan catatan kuliah yang ternyata sudah kau punya? "
Mike tertawa. " itu alasan bodoh hanya supaya aku bisa duduk di sebelah mu, "
Mereka terdiam sejenak, membiarkan suara angin dan daun kering berbicara.
Aku takut, " kata Eleanor tiba tiba, suara nya nyaris tengelam oleh gemerisik daun.
Hubungan ini aku tak ingin merusak nya karena harapan yang terlalu tinggi. "
Mike memandang nya serius. " aku juga takut. Tapi aku lebih takut jika kita tidak bisa memberi kesempatan bagi hal indah yang bisa tumbuh dari rasa ini. "
Eleanor menoleh, matanya bertemu dengan tatapan mike m dalam tatapan itu ada keraguan, tapi juga keberanian. Sesuatu yang hanya dimiliki orang yang benar benar ingin memperjuangkan sesuatu.
Eleanor menundukkan sebentar, lalu menggenggam tangan mike. Mungkin kita tidak tahu masa depan . Tapi kita bisa menulis hari ini dengan indah "
Hujan mulai turun lagi, pelan tapi mereka tidak beranjak. Di antara tetes tetes air dan udara dingin musim gugur dua hati
Mahasiswa itu mulai menyatu perlahan tidak lewat janji besar,tapi lewat kesederhanaan dan kejujuran.