"Ughhh"
"Ini di mana?"
Krek..
Seorang pria berjalan menuju arina. Di dekat arina pria itu bicara di dekat telinga Arina.
"Jika kau ingin pulang kau harus sehat"
"T-tapi yah... "
"Jika kamu tidak mau kau bisa pulang"
Arina terasa gugup menjawab. Lalu ia menjawab..
"Huhh baiklah aku ingin pulang"
Arina terlihat ketakutan akan adanya fitnahan dari sang adik.
Di rumah
"Ehh papa udah pulang, mana boneka nya pah? "
Ayahnya memberikan boneka yg di mah sang adik.
*Hmm? Hah?! Kenapa kakak pulang siii! *
Arina berjalan ke kamar dengan wajah yg pucat. Saat di kamar ia mendapat sebuah surat.
'Hai kak... Ini adek enak gak, di pukulin?? Oh ya kamu kan masuk RS jadi tau rasanya. Hmmm adek rasa kakak masih mau di pukulin ya? Adek bantu kok... Bantu fitnah agar kakak bisa du pukulin lagi sama ayah. Oiya kakak kamu harus kasih aku apa yg aku mau klo nggk aku bkl adu ke ayah agar kk di pukul!!! '
"Huh?? Adek yg nulis ini?! "
Di luar kamar
"Kak! Aku mau es krim wall's yg wadahan! "
"Tapi itu mahal dek... Uang kakak gak cukup buat beli itu... "
"Ihhh beliin aja apa susahnya sih! "
"Huhh iya... "
Di minimarket
Arina mencari es krim yg diinginkan oleh sang adik.
"Hmmm nah yg ini! Bayar dlu ahh"
Arina menuju kasir namun, ia mendapat masalah.
Bruk!
"Ehh kak... Maaf aku nggk sengaja.. "
"Awww. Minta maaf doang?! Tunduk juga dong! "
"Hah tapi kan-"
"Cepet tunduk!! "
Saat membayar Arina berpikir soal adiknya. Karena adiknya tidak suka menunggu lama.
Di rumah
"Mana es krim nya?! "
"Ini dek... "
"Hmmm rasa kesukaan gw! "
Di kamar lagi² Arina menemukan surat dari adiknya.
'Makasih loh kak udh beliin es krim tapi sayang nya aku udah bilang ke ayah kalo kakak pukul aku xixixixi. Siap² buat nerima pukulan'
*hah... Adek.. *
Tok tok tok
"I-iya"
Plak!!
Bruk!!
"Uhh yahh... Sakit... Berhenti.. "
Arina di pukul selama 1 jam. Sehabis itu Arina pingsan dan dia bangun dengan wajah pucat, namun... Ibu yg biasanya peduli sekarang menjadi cuek kepada Arina.
"Ibu.. "
"Apa"
"Aku... Minta uang buat beli makanan"
"Ck! Nih!! "
Arina membeli mie ayam di warung sebelah rumahnya. Saat ia sedang makan ia tidak sengaja ter pingsan.
"Eh dek!!! "
"Ughh ayah... Ibu... "
"Haduhh ini gimana bawa ke RS aja kali ya? "
Di RS Arina sempat terbangun dan tidak sengaja mendengar jika hidupnya tinggal 3 bulan lagi.
"Hah... T-tiga bulan? "
1 bulan berlalu tapi kebiasaan harinya tetap sama. Dan... Sampailah di bulan yg akan membawa Arina pergi selamanya namun.
Ayah dan ibunya selalu peduli ke pada adik, ketika Arina bilang jika hidupnya akan berakhir ayah dan ibunya hanya bisa melihat adik dari jauh dan tersenyum.
Jam 00.05
"Ini udh waktunya. Bye bye keluarga ku.. "
Bruk!!
"Ishhh apa sih malam malam?! Hah... A-Arina anakku?! Sayang bangun... Anakku.. "
"Ada apa sihh sayang? Hah Arina?! D-dia kenapa syg?! "
*Akhirnya aku bisa pergi dengan tenang*
*Maaf ibu... Ayah... Arina terpaksa ini adalah takdir hidup*