Namanya Mira, gadis berusia 18 tahun yang lebih suka menghabiskan waktunya di depan layar laptop daripada keluar nongkrong. Dunia nyata terlalu bising. Tapi dunia fiksinya? Tenang, gelap, dan penuh tragedi.
Mira punya akun media sosial dengan nama samaran @SorrowInk. Di sanalah ia memposting anime pendek buatannya sendiri—animasi 2D berdurasi 1–2 menit, menceritakan kisah anak-anak yang kehilangan orang tua, ksatria yang dikhianati, gadis yang mencintai musuhnya, dan monster yang ingin dicintai tapi terus ditolak.
Setiap episode ditonton ratusan ribu orang. Komentarnya? Ramai. Tapi isinya nyaris selalu sama:
“Authornya jahat banget! Kasian banget karakter ini!!”
“Author, emang gak kasihan sama karaktermu?”
“Tolong, kasih mereka bahagia sekali aja!!”
Tapi Mira selalu membalas dengan satu komentar yang kini sudah legendaris di kalangan pengikutnya:
> “Aku yang bikin karakternya. Aku yang bikin alur ceritanya. Lagipula mereka cuma fiksi. Dan aku akan terus bikin cerita mereka sengsara.”
Komentar itu viral.
Beberapa memujinya karena jujur dan “edgy.” Tapi tak sedikit pula yang mencacinya. “Gak punya hati,” kata salah satu komentar. Tapi Mira tak goyah.
Malam itu, ia sedang menggambar karakter baru. Seorang anak laki-laki kecil bernama Nico yang kehilangan ingatannya dan mencari rumahnya—padahal, rumah itu sudah tak ada sejak awal. Ia tahu, penonton akan mencintai Nico, lalu menangis saat Nico ditinggal sendirian di akhir.
Sambil menggambar, ia tersenyum kecil. Bukan senyum kejam. Tapi senyum kosong… sedingin malam yang sunyi.
Karena yang tak diketahui orang-orang adalah…
Mira menciptakan tragedi karena hanya itulah yang ia kenal.
Orangtuanya bercerai saat ia kecil. Kakaknya meninggal karena kecelakaan. Teman-temannya menjauh karena menganggapnya “aneh.” Dan satu-satunya hal yang bisa ia kendalikan adalah ceritanya sendiri.
“Kalau aku nggak bisa menyelamatkan diriku,” bisiknya, “setidaknya aku bisa membuat fiksi yang lebih menyakitkan… supaya lukaku sendiri terasa lebih ringan.”
---
Dan dia terus menulis. Tentang penderitaan. Tentang kehancuran. Tentang luka. Karena terkadang, membuat orang menangis… adalah satu-satunya cara Mira merasa hidup.