Bella berdiri di depan cermin, menyentuh perlahan gaun merah muda yang baru ia beli dari hasil menabung selama satu bulan.
Di rambut nya terselip jepit berbentuk hati berwarna putih. Pipinya yang bulat merona alami karena perasaan gugup dan bahagia.
Malam ini adalah malam valentine pertama yang akan dia lewati bersama Denis pacarnya selama enam bulan terakhir. Mereka sudah janji untuk bertemu malam ini, cuma makan malam sederhana, kemudian ngumpul di cafe bersama teman - teman. Bukan tempat mahal tapi bagi Bella itu lebih dari cukup.
Namun dunia Bella mendadak runtuh ketika suara bapaknya terdengar tegas dari ruang depan.
"Bella ! Bapak bilang tidak usah pergi! Cari apa keluar malam ,malam?"
Bella bergegas keruang tamu "pak cuam sebentar!"
Tapi wajah bapak nya tetap keras. Lelaki tua berkulit legam itu menatap putra nya lekat - lekat.
"Udah bapak bilang gak usah ya gak usah ,mau di jemput malaikat sekalipun juga bapak gak ijinkan!"
Suasana mendadak hening. Bella menggigit bibir menahan tangis yang sudah menggenang di pelupuk mata.
Ingin rasanya ia membantah, tapi ia tahu watak bapaknya keras. Sekali berkata tidak , maka tak ada yang bisa merubah keputusannya.
Dengan lesu Bella kembali ke kamar, ia duduk di tepi tempat tidur . Meremas jari sendiri. Mentap posel yang berkedip pelan, pesan dari Denismasuk.
" Sayang, aku udh suruh ijong jemput kamu. Kita udh siap nunggu di cafe, kamu siap ya !"
Bella menatap tulisan itu lama, jantung nya terasa di tarik turun. Dengan pelan ia mengetik balasan.
*Maaf aku gak bisa keluar, bapak ngak ngizinin."
Lalu ia berjalan keluar kamar, menggunakan jaket tipis dan berkata ke ibunya yang sedang duduk di dapur" Bu aku kerumah Lia ya sebenttar aja."
Ibunya hanya mengangguk. Ayahnya yang duduk di teras depan mengawasi langkah Bella tanpa berkata-kata, hanya menyesap kopi dari cangkir kecil di tangan nya.
Rumah Lia berada tepat di seberang. Bella menyebarang cepat, masuk ke ruang tamu sepupu nya yang hangat dan wangi teh manis.
"Bell.. kamu gak jadi jalan?"tanya Lia pelan.
"Bella hanya mengangguk dan duduk di samping Lia. "Bapak nggak ngizinin padahal Denis udah nunggu.
"Aku udh siap lia tapi tetap aja gak boleh."
Air mata jatuh juga akhirnya. Ia cepat mengusap nya, malu kalau sampai terlihat cengeng.
Dari jendela ruang tamu Bella bisa melihat teras rumahnya . Bapaknya masih di sana, duduk tegak seperti prajurit tua yang tidak pernah lelah menjaga benteng.
Beberapa menit kemudian datang Ijong di depan rumah Lia.
"Bell ayo Denis udh nunggu!"
Bella tidak tau harus bilang apa ia hanya duduk memeluk lututnya
"Kamu kenapa Bell ayo buruan!"
"Ijong aku gak di izinin tunlihat, dia mengawasi di teras rumah ku.
Ijong mengerti dan Diapun pergi tak lama Lia juga pergi di jemput pacarnya.
Malam valentine itu
Langit penuh bintang, tapi hati Bella justru di penuhi awan mendung. Ia tidak marah pada ayahnya ia tahu mungkin itulah bentuk cinta yang paling keras dan kaku. Tapi kecewa? Tentu kerna malam yang harus nya penuh tawa berubah jadi malam yang penuh sesak di dada.
Ia hanya bisa berharap mungkin suatu hari nanti,ia akan punya malam Valentine lain yang tak lagi harus sembunyi dari balik jendela kamarnya atau mungkin pesan maaf pada pacar yang kecewa.
Selesai.