Catatan : Bayangan kalian bernyanyi sambil mendengarkan lagu "My Heart" saat membaca cerpen ini !
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi pegunungan dan danau yang tenang, tinggal seorang gadis buta bernama Aira. Hari-harinya sederhana—duduk di tepi danau, meraba angin, dan mendengarkan suara alam.
Suatu pagi, Aira duduk seperti biasa di bawah pohon.
“Apa kamu sering duduk di sini?” suara laki-laki tiba-tiba terdengar.
Aira menoleh, “Siapa kamu?”
“Namaku Ken. Aku tinggal tak jauh dari sini. Kamu?”
“Aira… Aku tidak bisa melihat. Tapi di sini rasanya damai.”
Ken tersenyum, walau Aira tak bisa melihatnya. “Kalau begitu, boleh aku temani kamu duduk setiap hari?”
Mulai hari itu, mereka menjadi teman. Ken menggambarkan segala hal untuk Aira.
“Hari ini langit berwarna jingga keemasan, Aira. Awan-awan seperti kapas terbakar lembut.”
Aira tertawa kecil, “Aku suka saat kamu menggambarkannya. Aku membayangkannya dalam pikiranku.”
Hari-hari pun berlalu. Mereka tertawa, bermain air di danau, bahkan saling menyuapi makanan.
“Aira…” kata Ken suatu hari, “Kalau kamu bisa melihat, hal pertama apa yang ingin kamu lihat?”
“Senyumanmu,” jawab Aira pelan.
Ken terdiam. Ia tersenyum getir, menahan batuk yang semakin parah.
Beberapa minggu kemudian, Ken mulai jarang datang. Saat muncul, wajahnya pucat, tubuhnya lemas.
“Kamu kenapa, Ken?”
“Aku cuma kelelahan, tidak apa-apa…” jawabnya sambil menyembunyikan batuknya di balik tangan.
Namun suatu malam, Ken duduk termenung di depan dokter.
“Ken… Kami minta maaf. Penyakitmu sudah terlalu parah. Mungkin hanya tersisa beberapa minggu lagi.”
Ia terdiam. Di kepalanya hanya satu hal: senyuman Aira.
Hari terakhir sebelum tubuhnya benar-benar lemah, Ken mengajak Aira ke danau.
“Aira, aku punya sesuatu.”
Ia memberikan sebuah kotak kecil.
“Nanti… setelah kau bisa melihat, bukalah. Dan janji, kamu harus bahagia.”
“Ken, aku tidak mengerti…”
Ken memeluk Aira erat. Sangat erat.
“Aku mencintaimu, Aira,” bisiknya. “Terima kasih sudah membuat hariku berarti.”
Setelah hari itu, Ken tak pernah muncul lagi.
Beberapa hari berlalu, Aira dipanggil ke rumah sakit. Ada donor mata anonim untuknya. Ia menjalani operasi.
Saat perban dibuka, cahaya masuk ke matanya untuk pertama kali.
“Aku bisa melihat…” bisiknya sambil menangis. “Aku bisa melihat… dunia…”
Ia memandangi sekeliling dengan air mata, lalu membuka kotak dari Ken. Di dalamnya, ada surat.
> *Aira…
Jika kamu membaca ini, berarti kamu telah melihat dunia.
Aku adalah donormu. Aku ingin mataku menjadi matamu.
Karena aku ingin kamu melihat segala hal yang dulu hanya bisa kamu bayangkan.
Aku ingin kamu melihat dan tersenyum.
Jangan menangis. Jangan bersedih.
Aku mencintaimu.
Selamat tinggal, cahaya hatiku.*
Aira memeluk surat itu dan menangis sejadi-jadinya.
“Ken… Ken… kenapa kamu tidak bilang… kenapa kamu pergi sendiri…”
Di tepi danau, ia duduk sendiri, memandangi langit jingga seperti yang pernah digambarkan Ken.
Ia tersenyum dalam tangis.
“Aku bisa melihat, Ken… terima kasih…”
---