___♡♡♡___
Kabar buruk datang tepat pada tanggal 1 September. Hal yang membuat semua para member Bangtan merasa panik dan cemas.
Benar. Kabar buruk itu sebenarnya sudah mereka rasakan sejak kemarin malam, tetapi kepastian diketahui sejak pagi ini.
"Apa mereka sudah menemukan kabar terbaru?" tanya salah satu member, dia bernama Park Jimin.
"Belum. Mereka belum menelfon sama sekali." sosok yang sering disebut leader itu menjawab.
"Lalu bagaimana sekarang? cepat atau lambat, media akan mengetahuinya dari dispatch." Kim Seokjin ikut buka suara.
Mereka sedang kumpul di sebuah ruang tamu apartemen milik Sang leader, Kim Namjoon. Duduk di sofa ruang tamu sambil memikirkan rencana.
"Apa kita harus ikut turun tangan kali ini?" adalah suara dari Kim Taehyung.
"Jika kita ikut turun tangan, paparazzi akan semakin cepat bergerak." yang disahuti oleh Min Yoongi setelahnya.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan? apa kita hanya bisa berdiam diri?" pertanyaan kembali terucap dari Park Jimin.
Arkh! mereka benar-benar pusing memikirkan masalah kali ini. Bagaimana mungkin semua bisa terjadi seperti ini?
Hingga Jung Hoseok mengeluarkan argumennya. "Sebenarnya ini terlalu tidak masuk di akal, tapi juga bukan hal yang mustahil jika Pria dewasa berumur duapuluhan menghilang."
Karena seperti itulah masalahnya.
"Jeon Jungkook. Apa dia benar-benar diculik?" Kim Taehyung menduga.
Yang di detik selanjutnya, dering ponsel milik Kim Namjoon berbunyi.
___♡♡___
Hari yang seharusnya bahagia, kenapa justru menjadi kecemasan?
Benar. Sosok Jeon Jungkook yang kerap dikenal sebagai Golden Maknae member BTS telah dipastikan menghilang.
Kenapa bisa seperti ini?
Hingga member BTS yang sekarang tersisa 6 orang itu berdiri di sebuah salah satu ruang kantor milik perusahaan BigHit Entertainment.
"Lalu, siapa di antara kalian yang bertemu terakhir kali dengan Jungkook?" adalah pertanyaan dari Papa Bear, manager BTS.
"Kami. Karena terakhir kali melihat Jeon Jungkook adalah malam itu, saat kami minum soju di apartemen saya." Sang leader buka suara.
"Benar. Setelah itu ... Jungkook sempat pamit untuk pulang. Semalam dia tidak terlalu mabuk, dan katanya ada hal penting yang harus diselesaikan."
Park Jimin mengimbuhi. Lalu Papa Bear bertanya kembali.
"Apa kalian yakin jika Jeon Jungkook diculik? ini masih belum genap duapuluh empat jam."
Mereka diam. Kemudian Sang leader mulai mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Yang diberikan kepada Sang manager. Itu sebuah kertas lusuh yang sempat dia temukan tadi pagi.
Yang isinya ...
"Surat ancaman ini membuat kami yakin. Saya menemukan surat ini menempel di kaca mobil Jungkook. Jika Jungkook pergi, sudah pasti dia akan membawa mobilnya. Karena untuk apa dia pergi, tapi meninggalkan mobil di parkiran." kata Sang leader.
Lalu Jimin mengimbuhi, "Semua ini pasti sudah direncanakan secara matang. Padahal area di apartemen Namjoon hyung sangat terjamin keamanannya. Pasti pelaku sangat pintar menyusun rencana."
Bahkan rekaman cctv bisa dihack saat itu.
"Apa mungkin Jeon Jungkook diculik oleh sasaeng?" tebak Jung Hoseok.
"Jika benar seperti itu, apa kita harus lapor pada polisi?"
"Tidak, Taehyung. Hal itu tidak akan terjadi. Jika kita melapor pada kepolisian, sosok Jeon Jungkook menghilang akan lebih cepat menyebar. Kita harus bisa menyelesaikan masalah ini sendiri."
Jika Papa Bear sudah berkata seperti itu, maka semua member hanya bisa patuh kali ini. Mereka hanya bisa berdo'a untuk keselamatan Jeon Jungkook. Semoga tidak terjadi apa-apa pada Golden Maknae itu.
___♡♡___
Perlahan dia mulai mengerjap. Kepalanya masih terasa pusing. Perlahan dia melihat sebuah cahaya.
Tempat ini seperti sebuah pabrik bekas.
"Apa kau sudah sadar, sayang?"
Yang samar-samar dapat dilihat jika ada sosok gadis di depan pengelihatannya.
"Kau ... siapa?"
Pria itu melirih lemah. Masih setengah sadar. Dia juga terikat rapat di atas ranjang ... entahlah, ini sangat tidak nyaman dirasa.
"Aku? aku ini istrimu. Apa kau sudah lupa padaku?"
Gadis gila.
Benar. Pria itu adalah Jeon Jungkook. Dia benar-benar diculik.
"Semalam ... apa kau lupa jika kita telah melakukan sumpah suci?"
Benar-benar sinting.
"Lepaskan aku."
Jungkook tatap tajam gadis yang duduk di sisi ranjang. Dia benar-benar tidak ingat apa yang terjadi semalam. Jungkook pingsan. Dia hanya ingat jika berada di area parkir apartemen Namjoon hyung.
"Jangan harap! susah payah aku membawamu kemari. Kau ingin kulepaskan begitu saja? mimpi saja! kau ini milikku."
Sinting!
Gadis itu berdiri, berjalan ke sembarang arah sambil tertawa kesetanan.
"Akhirnya, akhirnya aku bisa mendapatkan dirimu seutuhnya! kau ini milikku. Milikku, Jungkook-ah!"
Jungkook mendecih. Tubuhnya bergerak, berusaha melepas ikatan tali yang menjelilit kedua tangannya.
Posisinya sedang ambigu saat ini.
Berulang kali Jungkook berusaha lepas, hasilnya percuma. Tali di tangannya terlalu rapat.
Apa begini akhirnya? apa Jungkook sudah dikalahkan oleh sosok gadis ini?
Dia mendekat lagi. Salah satu tangannya mulai nakal pada tubuh Sang pria. Gadis itu duduk di sisi ranjang kembali.
"Selamat ulang tahun, sayang." katanya. "Bukan kah ini hari ulang tahunmu, Jungkook-ah? kalau begitu biar aku memberimu hadiah ciuman."
Arkh! gadis itu tidak waras!
Kedua tangannya menangkup wajah Jungkook, menahannya, mengunci target bibir Jungkook, lalu dia mulai mendekatkan bibir miliknya.
Tetapi tindakannya tergagalkan oleh dobrakan pintu. Saat itulah sosok superman datang.
___♡♡___
Lari. Mereka lari sekuat tenaga. Kemana pun, asal menjauh dari tempat tadi.
Tangan Jungkook digandeng erat. Entah siapa sosok yang tiba-tiba datang menolongnya ini.
Seorang gadis muda yang dengan berani masuk, lalu melawan gadis gila tadi. Membuat gadis gila tadi sempat pingsan. Yang Jungkook akui jika bela diri gadis muda ini cukup hebat.
Tapi ... SIAPA GADIS INI?!
Sampai mereka berhenti di bawah lorong jembatan. Entah mereka sedang berada dimana, mereka tidak tahu.
Tempat ini terlalu asing, bahkan juga terlalu sepi dari permukiman warga. Yang pasti ... Jungkook tahu jika ini bukan Kota Seoul.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya gadis super hero itu.
Mereka berdua sedang menetralkan napas yang menggebu. Efek berlari.
"Hah? oh, iya. Saya baik-baik saja. Lalu, bagaimana denganmu?"
Karena Jungkook tahu jika gadis itu memiliki luka di sudut bibirnya.
"Aku baik-baik saja."
Mereka duduk lesehan di tanah. Mereka lelah.
"Apa saya boleh tahu nama anda siapa?" tanya Jungkook.
"Ahra. Kim Ahra." jawab Sang gadis. "Oh ya, kamu jangan terlalu formal. Aku ini lebih muda darimu."
Eh, apa dia mengenal Jungkook?
"Berapa usiamu?" tanya Jungkook lagi.
"Sembilan belas tahun."
Yang ternyata empat tahun lebih muda dari Jungkook.
"Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sana?"
Nah, itu yang menjadi pertanyaan Jungkook dari tadi. Tetapi gadis itu justru menjawab dengan santai.
"Aku mengikuti kalian sejauh ini."
"Maksud kamu?"
"Aku mengikuti kalian dari Seoul ke sini. Aku tidak sengaja melihat seseorang memukulmu saat di parkiran. Meskipun aku sempat kehilangan jejak kalian ... akhirnya aku bisa menemukan tempatmu berada."
Gadis itu tersenyum manis. Tetapi Jungkook justru mengernyit bingung.
"Lalu kamu naik apa saat ke sini?"
"Mobilku."
"Dimana mobilmu?"
"Aku tinggal di pinggir jalan. Mobilku sempat kehabisan bensin, itulah sebabnya aku sempat kehilangan jejakmu."
Jungkook diam. Dia menatap gadis itu dengan was-was. Siapa tahu jika gadis itu juga sekongkol dengan gadis gila tadi, kan?
"Ah, sudah cukup untuk istirahatnya. Sekarang kita harus cari cara untuk kembali ke kota Seoul sebelum gelap."
Karena hari juga sudah sore. Semakin surup, semakin gelap jalanan di sana.
"Kau percaya saja padaku. Aku akan menyelamatkanmu dari bahaya ini." ujar gadis itu.
Kenapa perkataan itu terdengar ... keliru, ya?
___♡♡___
"Kita hanya perlu jalan ke arah jalan raya. Mungkin sebentar lagi kita akan sampai." kata Ahra.
Setelah Jungkook menghubungi member lain, mereka lanjutkan perjalanannya.
"Beruntung ponselku masih ada sinyal tadi, kalau tidak ... mungkin kita akan terus jalan kaki sampai menemukan tumpangan. Itu pun tergantung keberuntungan." kata gadis itu lagi.
Kenapa jarak tempat tadi dengan jalan raya begitu jauh? baru kali ini Jungkook tahu ada tempat seperti ini. Tempat ini sangat terpencil. Mereka bahkan sudah melewati tempat mobil Ahra saat kehabisan bensin.
Dan suara aneh berhasil menghentikan langkah mereka. Gadis itu menoleh.
"Apa kau lapar, Jungkook?" tanya Sang gadis.
Ah, ini memalukan. Sungguh, ini memalukan bagi Jungkook. Kenapa perutnya begitu jujur di saat seperti ini. Dan tolong jangan tanya panggilan Ahra. Itu memang sudah sifatnya. Sedikit ... tidak sopan.
"Ya, aku lapar. Apa kamu tidak merasakan hal yang sama denganku?"
Jungkook memalingkan wajah, dia merasa malu. Sedangkan Ahra justru tertawa kecil melihat ekspresi Pria itu. Baginya itu pemandangan yang menggemaskan.
"Tentu saja aku juga lapar, tapi ... sayangnya uangku tak berlaku di tempat sepi ini."
Benar apa yang dikata Ahra. Seharian mereka tidak makan. Bukan karena Ahra tak membawa uang, tetapi karena tak ada yang berjualan di tempat seperti ini.
Hari sudah semakin surup saja. Mereka berjalan dengan perut keroncongan. Lapar.
"Tahan saja dulu. Kau cobalah untuk mengikat perut di saat sutuasi seperti ini."
Maksudnya Ahra itu menahan lapar. Mereka lanjut berjalan. Dengan pandangan Jungkook masih menatap wajah Ahra dari samping. Namun pandangan gadis itu lurus ke depan.
"Kita masih beruntung hanya tidak makan sehari. Sedangkan di luar sana masih ada orang yang tidak makan berhari-hari." katanya, lalu menghela napas.
Ah, Jungkook tak mengerti apa yang Ahra maksud. Kenapa Jungkook merasa jika Ahra ini ... misterius?
"Jungkook," menoleh, gadis itu memanggil sekali lagi.
"Ada apa?"
"Seharusnya ini adalah hari yang bahagia untukmu. Selamat ulang tahun, Jeon Jungkook. Dan maaf, aku tidak memiliki hadiah apapaun untuk diberikan padamu saat ini."
Jungkook diam.
"Apa kau tahu? aku selalu mengucapkan kata selamat diakhir, setelah semua orang mengucapkannya padamu. Tidak ada maksud buruk, aku hanya ingin menjadi yang terakhir mengucapakan itu. Walau pun aku tidak yakin soal yang terakhir."
Karena Ahra tahu betul jika Jungkook tak akan berkunjung di profil sosmed miliknya. Tentu saja! Ahra ini bukan siapa-siapa.
Kedua pasang mata mereka saling bersinggungan.
"Apa kali ini aku termasuk yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun ke padamu?"
Tak langsung dijawab. Pria itu masih diam memandang Sang gadis. Jungkook tersenyum. Dia pun menghentikan langkahnya lagi. Yang sekarang posisi mereka saling berhadapan.
"Tidak. Kau bukan yang pertama. Sebelumnya, aku sudah mendapat ucapan selamat ulang tahun dari gadis yang sempat kau hajar tadi."
"Ah, sudah kuduga."
Ahra berdecak. Jungkook diam.
"Lalu, di hari ulang tahun mu ini ... apa yang kau harapkan sebagai hadiah? apa aku boleh memberikanmu hadiah setelah kita pulang nanti?"
"Apa kau ingin memberiku hadiah?"
"Tentu saja!"
Karena sebenarnya Ahra sudah menyiapkan hadiah untuk sosok Jeon Jungkook. Yang mungkin tidak akan dia berikan langsung. Singkatnya, hadiah Pria itu sudah siap, tetapi ada di rumah.
Mereka lanjut berjalan kembali. Jungkook diam sebentar, seolah dia sedang berpikir.
"Eum ... apa aku boleh request hadiahku?"
Ah, ingin request ternyata. Yasudah, mungkin Ahra akan memberikan hadiah double untuk Jungkook nanti.
"Tapi apa aku boleh memberikannya secara langsung?" tanya Ahra, ragu. "Ah, mungkin itu akan sulit. Sudah, lupakan. Hadiahmu akan kukirim seperti fans lain mengirimnya untukmu." lanjutnya.
"Tidak Ahra. Mungkin hadiah yang aku minta kali ini akan bisa kau kabulkan sekarang."
Eh?
"Apa itu?" Ahra mengernyit bingung.
"Aku hanya minta sesuatu yang sederhana saja," terjeda. Jungkook tersenyum pada Ahra. "Karena hadiah yang aku minta adalah dirimu. Ah, maksudnya ... aku ingin kita berteman."
Itu bukan hadiah untuk Jeon Jungkook namanya! tapi itu adalah hadiah untuk Kim Ahra.
Saat itulah gadis itu tertegun di tempat.
___♡♡___
Ini salah.
Bukan ini yang seharusnya terjadi. Bukan seperti ini ceritanya!
Kenapa bisa begini?!
Jungkook. Pria itu berteriak keras.
"AHRA!"
Dan nama itu yang dia sebut.
"TIDAK!"
Ini salah. Sudah dibilang ini tidak benar. Jungkook berusaha lari ke arah gadis itu, meski saat ini dia berulang kali terhalang oleh dua Pria berbadan besar.
"Cepat bawa Pria itu masuk ke mobil!"
Lagi-lagi. Itu adalah suara gadis gila yang sempat Ahra hajar tadi siang.
"Lepas, Brengsek!"
Jungkook berusaha berontak, tapi tenaganya kalah kuat oleh dua Pria yang kebih kekar darinya.
"Ahra!"
Benar. Gadis itu tergeletak di jalanan. Dengan darah yang mengalir dari kepalanya. Kim Ahra sekarat.
Yang benar saja! meski ini dibilang sesuatu, tapi Ahra sempat bertarung dengan dua Pria kekar tadi. Hal ini membuat Jungkook merasa jika dia adalah Pria yang payah. Karena seharusnya laki-laki yang melindungi perempuan, tapi ini justru terbalik.
"Cepat!" pekikan dari gadis sasaeng tadi.
Ah, kenapa tenaga Jungkook terasa sulit keluar? dia ini kuat, tetapi tenaganya terasa lemah saat ini. Apa ini efek dia belum makan seharian?
Hampir. Hampir saja Jungkook dimasukkan paksa ke dalam mobil, tetapi hal itu justru digagalkan oleh suara tembakan.
Mereka menoleh. Dan ternyata berasal dari arah mobil yang melaju ke tempat Jungkook dan tiga parasit itu--gadis gila dan dua anak buahnya.
Dengan sekuat tenaga yang ada, Jeon Jungkook melepas cengkraman dua Pria kekar. Jungkook lari. Dia berlari ke tempat Ahra berada.
"Hei, bertahanlah Kim Ahra!"
Para musuh sudah dikepung di sana. Dan Jungkook masih berusaha menyadarkan sosok teman barunya.
"Ahra bangunlah!"
Berbagai cara sudah Jungkook lakukan. Dari menepuk pipi Ahra, sampai mengguncang tubuh gadis itu.
"Kim Ahra!"
Tapi hasilnya masih sama. Ahra ... dia tak sadarkan diri.
Malam itu, Jungkook benar-benar merasa takut saat melihat darah Sang gadis.
___♡♡♡___
Kim Ahra. Itu adalah nama salah satu teman Jeon Jungkook. Sosok perempuan kuat dan pemberani yang pernah Jungkook temui.
Seorang fangirl yang Jungkook anggap sebagai pahlawan. Namun ... kejadian buruk itu membuat gadis bernama Ahra hampir sekarat.
Kim Ahra. Gadis itu masih hidup. Itu kabar terakhir yang Jungkook dengar 1 tahun lalu.
Tidak terasa jika waktu sudah berlalu 1 tahun dari kejadian buruk itu.
Jungkook ingin bercerita sedikit tentang apa yang terjadi saat itu--hari dia selamat karena jemputan mobil polisi.
Benar, polisi. Dan jemputan dari Sang manager datang setengah jam setelah penjahat ditangkap.
Saat itu Jungkook benar-benar cemas. Pria itu merasa panik dan takut. Luka yang diterima gadis itu terlalu parah. Jika Jungkook yang menahannya ... mungkin masih bisa. Tapi ini seorang gadis.
Jika ditanya soal media sosial, kasus penculikkan Jungkook tidak menyebar. Singkatnya ... publik tidak tahu jika Jeon Jungkook pernah diculik.
Tentu saja, semua itu teratasi dengan adanya uang. Namun, bukan uang sogokan dari perusahaan, melainkan sogokan dari keluarga bermarga Kim. Tidak lain ya keluarganya Kim Ahra.
Hal yang sempat membuat Jeon Jungkook terkejut. Ternyata ... Ahra ini anak orang penting. Sangat penting malahan.
Siapa lagi sosok yang paling penting jika bukan Presiden.
Ya. Kim Ahra adalah anak dari Presiden Korea Selatan masa sekarang.
Sekarang Pria itu sedang duduk di kursi ruang make up. Jeon Jungkook termenung di sana. Dia sedang memikirkan sesuatu.
Soal masa lalu. Sang teman terhebat. Kim Ahra.
"Bagaimana kabarmu ..." Jungkook bergumam. Tatapannya lurus pada kaca besar di depan. Dia menatap bayangan sendiri, tetapi pikirannya justru terbayang wajah Kim Ahra.
Jungkook tak akan pernah melupakan wajah gadis itu. Padahal ini sudah berlalu cukup lama.
Ahra memang dikabarkan masih hidup. Namun hidup dalam masa tidur. Singkatnya, Ahra koma. Itu yang Jungkook tahu dari 1 tahun lalu.
Selama 1 tahun ini Jungkook tak pernah mendengar kabar gadis itu lagi. Sosok Jeon Jungkook ini terlalu disibukkan dengan dunianya sendiri.
"Jungkook, apa kau sudah siap?"
Celetukan dari member lain berhasil membuyarkan lamunan Jungkook. Pria itu menoleh.
"Oh, iya, Hyung. Aku sudah siap." sambil berdiri, Jungkook membenarkan pakaiannya sekali lagi.
"Kalau begitu, ayo. Para fans sudah menunggu kita di sana." kata Kim Taehyung.
Hari ini adalah acara fansign. Dan kebetulan juga adalah hari ulang tahun Jeon Jungkook yang ke 24.
Hingga tiba lah di tempat ini. Jungkook pancarkan senyuman lebarnya. Rasa sayang para fans berhasil membuat moodnya terasa lebih baik.
"Gomawo," kata Jungkook, setelah dia menerima hadiah spesial dari salah satu fansnya.
Di acara itu tentu sosok Jungkook yang mendapat hadiah lebih banyak dari yang lain. Karena hari ini adalah ulang tahunnya.
"Jungkook oppa, apa aku boleh minta sesuatu sebagai permintaan fans?" kata salah satu fansnya.
"Apa itu?"
Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, lalu memberikan sesuatu itu kepada Jungkook.
"Tolong pasangkan cincin berlian ini di jari manisku, dan katakan maukah kau menikah denganku?"
Dasar aneh. Permintaan seorang fansgirl itu memang selalu aneh. Namun Jungkook sebagai idol merasa sulit untuk menolak.
Yang Jungkook turuti permintaan gadis di depannya. Dia pasangkan cincin pada jemari manis Sang gadis. Sembari dia berkata ....
"Maukah kau menjadi fansku yang baik? untuk sekarang aku belum berniat menikah. Tapi jika kita berjodoh, mungkin kita akan dipertemukan kembali." Jungkook tersenyum.
Yang disenyumi malah baper berkepanjangan. Salah tingkah. Membuat Jungkook ikut tertawa. Fansnya ini lucu.
Hingga Jungkook menerima buku album lagi dari fans selanjutnya.
"Siapa namamu?" tanya Jungkook tanpa menoleh. Pria itu sibuk menandatangani buku album fansnya.
Merasa tak ada jawaban, Jungkook ulangi pertanyaannya.
"Siapa nama kamu?"
Masih tak menjawab. Hingga pandangan Jungkook beralih pada sosok di depannya.
Dan bingo!
Jungkook mematung karena senyuman lebar gadis itu.
"Ahra. Namaku Kim Ahra." katanya. "Happy birthday, Jeon Jungkook."
Jungkook masih diam. Ah, kenapa jantungnya malah berdebar tidak slow?
Andai.
Andai saja ini bukan acara fansign. Kenapa Jungkook ingin memeluk gadis itu?
Sekali lagi. Kim Ahra pancarkan senyuman bahagianya. Namun ... itu justru terlihat cantik di mata Jeon Jungkook.
"Maaf, kali ini aku juga tidak membawa hadiah lagi untukmu. Itu karena aku langsung ke sini setelah dibolehkan pulang dari rumah sakit tadi pagi."
Kata Ahra. Maksudnya, dia tak sempat berbelanja untuk hadiah Jeon Jungkook. Dan Pria itu masih diam.
"Tapi kamu tenang saja. Aku akan kirimkan hadiah itu secepatnya padamu. Meski tidak bisa kuberikan secara langsung."
Jeon Jungkook menggeleng. Kemudian dia tersenyum. Sedikit mendekatkan wajahnya pada wajah Ahra.
Jungkook berbisik, "Asal kamu tahu, Kim Ahra. Sebenarnya hadiah terbaik yang pernah aku dapat adalah saat kamu mau menjadi temanku."
Hari ulang tahun yang sempat Jungkook anggap sebagai hari musibah, kini semua berubah menjadi anugerah terindah.
Jungkook punya kisahnya sendiri yang tidak banyak orang tahu. Mereka tidak tahu soal kejadian yang menimpa Jeon Jungkook di saat ulang tahun sebelumnya.
Kejadian buruk yang mempertemukannya dengan gadis bernama Kim Ahra.
Yang mungkin dari seorang teman, lalu kenyamanan, dan bisa saja berubah menjadi perasaan.
Mungkin.
Tetapi ... sekarang cukup begini saja dulu.
♡THE END.♡