Ia beranjak dari tempat duduk berbahan kayu nan keras yang membuat orang tak kan nyaman berdiam dalam waktu lama .
Berjalan sembari menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari sesuatu yang ntah bersembunyi dibagian mana.
Dan yapp,lihatlah barang yang dicari itu,terlihat tergeletak di samping sofa rumah. Padahal ia rasa tak melihat nya disana, atau mungkin mata nya yang keliru?
"Ishh, udah dicariin ternyata malah gak dipake" sungut Nika dengan berlipat tangan didada.
"Maaf, lupa ngasih tau" balas Lika yang berada tak jauh dari tempatnya.
"Dah lah" berlalu dan jalan dengan menghentak hentakkan kaki nya pada lantai yang tak bersalah itu.
"Jangan gitu,Nik" tegur Ibunya yang bernama Wika.
"Iyah buk"
----
23.47 Wita.
Mata yang tadinya terpejam dengan indah justru sekarang terbuka lebar,terlihat gurat ketakutan yang jelas.
"Itu mimpi doang kan?" tanya nya pada diri sendiri.
𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘, 𝑖𝑡𝑢 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎.
Seperti bisikan yang sangat jelas diucapkan di belakang daun telinga.
"Hah" gugup nya.
Walaupun begitu, ia berusaha menahan tubuh nya untuk tak berbalik kebelakang, ia takut akan sesuatu yang mungkin memang nyata adanya.
"Mending tidur lagi deh" putus nya setelah lama terdiam dalam suasana malam yang kian mencekam tanpa sedikitpun suara suara.
"Mimpi indah, nikala" gumam seseorang tak kala mata indah itu mulai terpejam.
"Siapa sihh" pekik nika dengan membuka lebar matanya, sedikit menyipit tak kala sinar mentari pagi menerpa wajah nya.
"Hah" cengo nya dengan menatap kekanan dan kiri.
Mengucek mata untuk berusaha memastikan apa yang ia lihat, "Udah pagi?"gumam nya.
Tak sampai sedetik hingga ia melompat dari ranjang empuknya dan bergegas ke kamar mandi saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 08.03 Am.
Ia baru ingat bahwa ada kelas dipagi hari ini,jangan sampai karena mimpi sialanm atau apalah itu ia jadi terlambat dan berakhir tak masuk kelas.
"Bukk, kenapa gak bangunin aku lagi" ucap Nika yang berjalan keluar dari dapur.
"Kirain kamu kelas nya siang kayak biasanya, makanya besok besok ngomong dong" balas Ibuk nya dengan membawa pisau tajam.
"Buk, ibuk mau ngapain" sahut nya yang sedang duduk di kursi dekat meja makan, bergegas berpegangan pada pinggir meja yang ada didekat nya.
"Maaf buk kalau nyalahin ibuk. Gak niat kok" sahut nya nyaring dengan sedikit menutup matanya.
"Lah,ngambil ini" balas Ibuk lika dengan tangan yang menjulur untuk mengambil buah apel dan pir yang ada dibelakang Nika, tepatnya di atas meja.
Nika yang melihat itu pun menghela nafas lega dan melanjutkan kegiatan nya yang tertunda, yaitu menchat teman nya.
-
-
-
"Buk, aku jalan yah" salim nya dan berlari keluar dengan membawa totebag yang berisi buku dan dokumen.
"Sya,baru nyampe kah" sapa nya pada Arsya, temannya yang tadi ia chat.Rumah nya hanya 350 meter dari rumah Nika.
"Baru aja, tadi aku juga sempat singgah beli bubur di sana" tunjuk Arsya pada gerobak bubur yang tak jauh dari mereka berdiri.
"Owlah, yokk"
"Yuhuu"
"Sya, masa tadi malam aku mimpi aneh" cerita Nika.
"Mimpi yang kayak mana" sahut nya agak keras karena suara nya yang pasti terbawa angin.
"Ada orang yang liat liatin aku, baru tuh kayak ada orang yang berbisik ditelingaku, pas aku nyaut dan buka mata ternyata udah pagi" lanjut nya dengan bersungguh-sungguh.
"Mungkin perasaan mu aja kali, udah jangan dipikirin"
"Iya deh"
"Singgah ke tempat yang bia —
-
-
-
"Buk, aku bawain martabak manis nya nih" seru Nika berjalan ke ruang tamunya.
Terlihat ada kakaknya dan ayahnya juga disana, sedang duduk santai di lantai dan bersandar pada sofa.
"Beli berapa? " tanya Ayah nya yang melihat tak hanya satu kotak yang ada di dalam kresek.
"Tiga, dua manis dan satu telur" jawab Nika mengeluarkan kotakkan nya dari kresek dan meletakkan pada meja di depan.
Kakaknya pun bergegas membuka kotak dan menyomot nya.
"Ihhh, aku dulu dong yang seharusnya makan. Kan aku yang beli" sungut nya.
"Noh, tinggal diambil" tunjuk Lika pada kotak di meja.
"Iyah Iyah"
-
-
-
"Aakh ibukk" pekik Nika memecah keheningan malam.
Badan gemetar dan pelipis yang mengeluarkan peluh walau udara malamm itu terasa dingin.
Suara nyanyian itu hilang tak kala pintu kamarnya terbuka.
"Kenapa Nik? " tanya Lika yang memang kamarnya berada di depan kamar Nika.
"Kak, ada orang disana, beneran" tunjuk Nika pada jendela yang mengarah pada pohon rambutan di samping rumahnya.
Lika membuka gorden dan tak melihat apapun, selain hal aneh seperti jendela yang tak dikunci. Padahal seingat nya, tadi sore saat dirinya disuruh menyapu ia menutup jendela-jendela rumah.
"Kamu buka jendela kah? " tanya nya.
"Hah, nggak. Kan aku pulang tadi sore cuma mandi habis tuh keluar lagi.Apa jangan jang—"
"Udah udah, tidur lagi gih" sela Lika yang melihat Lika mulai berpikir kemana mana.
"Iyah Iyah"
"Hah" telah nafas yang terdengar berat.
Tidak, mata nya tak bisa terpejam.
Lagi dan lagi, nyanyian itu semakin terdengar bahkan mulai jelas,nyanyian yang ntah apa artinya.
Tapi, yang pasti terasa seperti menggambarkan kesedihan mendalam.
"Gak bisa gak bisa, tolong keluar"
Hembusan angin semilir terasa, bulu kuduk mulai menunjukkan tanda tanda tak baik.
Keheningan malam yang benar benar sunyi, ada apa?