"Malam Menyulam Namamu"
Di ujung malam yang dingin dan lengang, aku berjalan dalam sepi yang memeluk erat,
bulan mengintip malu dari balik awan tipis,
sementara namamu mengalir pelan di dadaku.
Sunyi berbicara lewat desir angin,
membisikkan rindu yang tak tahu arah,
kau yang jauh, kau yang kurindukan,
seperti bayang kabut yang tak pernah benar-benar hilang.
Di setiap detik yang hening,
aku menulis namamu di langit gelap,
bintang-bintang tersenyum kecil,
mengerti betapa dalam aku mencintaimu.
Tak ada suara selain detak jantungku,
menggema di lorong waktu malam ini,
memanggilmu dalam doa yang bisu,
menyulam harapan pada selimut mimpi.
Damai terasa aneh tanpa hadirmu,
seolah ada yang tak lengkap di setiap hembus napas,
aku mendekap udara, berharap menemukan jejakmu,
menyusuri jalan sunyi menuju bayangmu.
Malam ini, kasih, aku menunggu,
di bawah payung rindu dan cahaya rembulan,
berharap waktu membawamu pulang,
menjadi hangat dalam dinginku,
menjadi suara dalam sunyiku,
menjadi damai dalam seluruh hidupku.
Bila kau dengar bisikan angin malam,
itu aku, memanggil namamu perlahan,
bila kau rasakan getar kecil di dadamu,
itu aku, yang tak pernah lelah mencintaimu.
Di malam sepi ini,
aku tak butuh kata-kata mewah,
hanya ingin kau tahu,
dalam sunyi yang mendamaikan,
dalam sepi yang menenangkan,
hatiku tetap, dan selalu,
milikmu.
Cirebon, 28/04/2025