Hujan turun deras malam itu. Aroma tanah basah menyatu dengan kenangan yang sulit di hapus. Di sebuah cafe kecil,Rania duduk dengan tangan gemetar menggenggam cangkir kopi yang tak di sentuh sejak di sajikan. Matanya Nanar memandangi pintu masuk. Jantung nya berdetak begitu keras , seakan tahu bahwa pertemuan malam ini bukan sekedar pertemanan biasa.
Dan benar saja pintu itu terbuka , Sosok tinggi itu muncul dengan senyum ragu . Damar pria yang selama tiga tahun ini menjadi rumah baginya . Tapi esok pagi, Damar bukan lagi milik nya. Ia akan menikah dengan gadis pilihan keluarga nya.gadis baik, sempurna ,yg bisa membahagiakan ibunya. Bukan seperti Rania ,yang di anggap terlalu keras kepala dan tak cukup pantas.
Damar menarik kursi di hadapan Rania duduk perlahan, lalu menatap gadis yang selalu ia cintai itu dengan mata berkaca.
"Terimakasih mau datang" katanya pelan
Rania tak mau menjawab. Tatapannya kosong. Wajahnya tenang, tapi matanya bercerita tentang badai yang menari - nari dalam dadanya.
"Aku gak tau harus mulai dari mana?tapi aku cuma mau bilang aku tetap mencintaimu,Ran. Sampai detik ini aku tak pernah berhenti."
Rania mengangkat wajahnya , untuk pertama kalinya, ia menatap mata itu. Mata yang dulu jadi tempat ia berlindung kini hanya membawa perih yang tak tertahankan.
"Aku tahu bisiknya pelan, tapi cinta aja gak cukup Dam."
Damar terdiam "kita bisa pergi kalau kamu mau. Sekarang juga. kita tinggal kan semuanya . Aku gak mau hidup tanpa kamu.
Rania menggeleng pelan, air mata jatuh satu satu ,tanpa suara "kamu tahu aku nggak akan pernah jadi orang yang kamu ajak kabur. Bukan begitu caranya."
"Ran..."
"Aku cuma mau bilang maaf,aku gak bisa datang ke pernikahan mu."
Dan tanpa menunggu jawaban. Rania berdiri langkah nya terasa seakan kalau ia bertahan satu detik lebih lama semua yang ia simpan akan runtuh tak bersisa.
Damar hanya bisa mematung. Hujan semakin deras.ia menatap kosong ke arah pintu yang tadi di tinggal kan Rania.
Dalam diam, ia tahu, cinta yang mereka punya terlalu indah untuk berakhir seperti ini.
Tapi Dunia tak selalu adil bagi dua hati yang saling mencintai.
Selesai.