Cerpen
Keputusan terbaik adalah putus
Rere Baru saja menginjak semester tiga di kampusnya. Hidupnya cukup sibuk dengan kuliah. Tugas tugas menumpuk. Di tengah kesibukan nya ,ia punya seorang pacar bernama Dhani , sosok yang awalnya ia kira akan selalu mendukung dan menjaga hati nya. Tapi seiring waktu , Rere mulai melihat sisi lain Dhani. Dhani gampang marah untuk hal hal kecil, keras kepala dan terlalu posesif. Rere merasa terkekang. Ia sering merasa tidak menjadi diri sendiri.
Setelah banyak berpikir dan menimbang, akhirnya Rere memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu, ia tahu Dhani sayang padanya ,tapi Rere juga sadar , bertahan hanya akan membuat mereka berdua saling menyakiti.
Suatu sore di sebuah kafe dekat kampus Rere Dengan berat hati menyampaikan keputusan nya.
"Aku rasa kita cukup sampai di sini Dhani,"
Kata Rere , matanya menunduk menghindari tatapan Dhani.
Dhani menatap nya tidak percaya. "Rere kamu serius? Aku gak mau putus!" Seru Dhani , suaranya meninggi.
Rere menggangguku pelan, berusaha tegar "aku serius, aku butuh ruang untuk diriku sendiri.
Dhani menolak, ia tetap berharap Rere berubah pikiran. Tapi Rere sudah mantap. Malam itu Rere memilih menginap di rumah teman nya ,Dima, untuk menenangkan diri. Ia ingin menjauh sementara' dari suasana kost.
Tanpa di sangka ,malam itu Dhani yang mabuk berat datang ke kost Rere . Ia menggedor gedor pintu dan berteriak memanggilnya namanya. Untung saja Rere tidak ada di sana . Teman Rere , Lily , bilang kalau Rere tidak ada .
Anak anak kost lainya ketakutan . Salah satu teman Dhani , yang sepertinya merasa bersalah,akhirnya datang dan membawa Dhani pulang , Dhani sempat tertidur di teras kost ,sebelum dia di bopong pergi.
Paginya saat Rere baru saja sampai depan kost dan posisi masih di atas motor , Teri nama salah satu teman kost nya langsung cerita dengan muka heboh.
"Rere...! Kamu tau gak semalam cowok kamu datang! Dia ngamuk ngamuk kayak orang gila ! Mau dobrak pintu segala !" Cerita Teri suaranya menggebu- gebu.
Mendengar itu, jantung Rere seperti mau copot. Tangannya gemetar,tubuhnya lunglai seperti kehilangan tenaga. Wajahnya pucat pasi . Ia langsung turun dari motor ,nyaris tak bisa berdiri tegak. Ketakutan menyergap dirinya begitu kuat.
Untunglah sat itu Lily, sahabat baik Rere , buru - buru menghampiri dan memeluknya.
" Tenang Re, jangan percaya semua kata ,- kata Teri dulu, " bisik Lily lembut.
Lily lalu menceritakan yang sebenarnya. "Dhani memang datang mabuk dan menggedor pintu, tapi tidak sampai ngamuk- ngamuk atau mau mendobrak pintu seperti yang di ceritakan Teri. Dhani hanya kebingungan , mencari Rere setengah sadar sambil memangil namanya.
"Dhani cuma mabuk Re, bukan ngamuk,"
Kata Lily sambil mengusap punggung Rere yang masih gemetaran.
Mendengar penjelasan itu, Rere perlahan menarik napas panjang . Ketegangan di tubuhnya sedikit mengendur. Tapi tetap saja hatinya terasa berat. Dhani sudah kelewat batas pikirnya.
Saat itu Rere yakin bahwa keputusan nya untuk mengakhiri hubungan dengan Dhani adalah hal yang paling benar. Ia tak mau lagi hidup dalam ketakutan, atau harus berurusan dengan emosi yang tidak stabil. Rere sadar cintanya pada dirinya sendiri jauh lebih penting.
Hari itu Rere memutuskan untuk sementara waktu menghindari Dhani sepenuhnya samapi Dhani bisa menerima kenyataan bahwa mereka sudah berakhir.
Tamat.
By Elisabet T